Selamat malam bapak Presiden yg terhormat. Saya tau kok bapak gak akan punya waktu untuk baca seonggok tulisan tidak guna ini. Tapi yaa, siapa tahu bapak lg penat dengan aktivitas, lalu melipir ke lounge, kemudian nemu surat ini deh. Hehe

Sebenarnya pak, saya mempunyai sebuah.. apa ya, uneg-uneg mungkin. Tentang eksekusi duo bali nine yang mungkin tinggal berapa hari. Dulu sih saya kurang peduli dengan berita macam itu yang berseliweran di tv, waktu komplotan rani cs ditembak, saya yaa kasihan sih tapi biasa saja.

Kebetulan, kemarin saya browsing dan tidak sengaja nemu artikel tentang kedua orang ini. Saya pikir, apakah tidak ada ampunan bagi orang ini? Yang membuat saya miris, ketika saya melihat ibunda kedua terdakwa sedang memegangi foto anaknya yang akan segera dieksekusi tersebut ketika mereka masih kecil. Jujur saya merasa iba, dan terenyuh. Sangat terlihat di mata ibunda, sebuah harapan dan keputusasaan. Harapan mungkin hukuman akan dibatalkan, keputusasaan karena mengetahui mungkin hal itu tidak akan terjadi.

Saya tahu hal ini sangat memicu pro dan kontra, bagi yang kontra, saya sering mendengar mereka, "hukum mati saja, karena mereka banyak orang mati overdosis." Mari kita menilai ini secara obyektif, maksud saya, kita sebagai manusia sudah dibekali akal dan iman, apabila kita tidak kuat mempertahankannya, maka akan tetap terjerumus. Jadi bukan kesalahan mereka sepenuhnya. Itu opini saya sih.

Lagipula mereka manusia, yang pernah melakukan sebuah kesalahan. Namun hukuman selama dikurung saya rasa sudah merubah mereka menjadi orang baik. Kemarin saya lihat di kaskus, yang satu jadi pelukis, yang satu bahkan bermimpi untuk mendengar tangisan anak pertamanya.

Apakah tega mematikan orang-orang yang ingin bertobat. Mereka sangat ingin melanjutkan hidup. Saya sungguh iba melihat foto masa kecil mereka. Apakah tega? Membunuh anak dari seorang ibu? Allah saja Maha Pengampun dan Maha memberi kesempatan. Pertanyaan saya, tidak adakah kesempatan untuk mereka?