Quote:
Bangga kerja di Jakarta? Udah Dapetin Semua kebahagiaan yang lo cari?
Banyak yang bilang kerja di Jakarta itu indah. Semua mimpi yang lo punya bisa diraih di sini. Lo akan menjadi besar ketika lo hidup di Jakarta. Tapi nyatanya? semua itu gak semudah ngebalikin telapak tangan, bahkan gak semudah mencari jarum di tumpukan jerami. Meskipun masih banyak orang yang mempertaruhkan hidupnya, baik itu waktu, masa depan hingga kebahagiaannya. Satu pertanyaan besar, apa yang kita cari di kota sebesar ini? Apakah kita harus menjual diri kita layaknya seorang pramuria yang rela dijamah hanya demi seutas materi?
Quote:
Quote:
Yang Lo Lihat Hanya Materi
Banyak orang yang berfikir materi adalah segalanya agar lo bisa hidup di Jakarta. Lo akan mati dan gak pernah dianggap jika lo gak punya materi. Lo bisa beli kebahagiaan dari materi. Oke, harus kita akui. Ketika sebuah pilihan antara “lo mau bahagia tapi miskin” atau “lo mau bahagia tapi kaya”, mana yang lo pilih? menjadi kaya dan bahagia adalah semua impian orang. Lantas apa yang harus kita lakuin demi “menjadi kaya”? Yup, bekerja dengan keras hingga di luar akal sehat demi mendapatkan materi yang lo inginkan. Namun hanya karena materi, lo membuang waktu lo. Lo jadi lupa apa yang sebenernya lo inginkan, yaitu menjadi bahagia. Sehingga banyak orang yang lupa tujuan awal hidupnya, bahagia.
Quote:
Quote:
Lo Lupa Akan Harta Lo Yang Sesungguhnya, Orang Tercinta
Berangkat gelap, pulang gelap. Seakan-akan jadi rutinitas semua orang yang menjual dirinya ke dunia materi. Demi apa? demi segenggam harta yang terus ingin ditumpuk agar nantinya bisa lo nikmati, dan juga dinikmati oleh orang tercinta lo. Nyatanya rutinitas yang lo lakuin ini gak pernah ada abisnya, bahkan sampe akhir hayat lo. Apa lo yakin ketika lo mendapat posisi tertinggi di perusahaan yang lo pimpin, akan memberikan waktu leluasa lo buat mereka yang selalu sayang sama lo?Waktu demi waktu habis percuma saat lo bekerja, hingga lo kehabisan waktu buat berkumpul, tertawa, bermain hingga menangis bersama mereka. Sungguh menyedihkan saat lo menyadarinya.
Quote:
Quote:
Ketika kita berusaha untuk melakukan segala yang terbaik untuk perusahaan, karena lo takut kalo suatu saat lo akan ditendang, dan lo juga takut persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan dengan mudah mencari pengganti lo, yang mengantri panjang. Akhirnya lo menurunkan harga kerja keras lo demi menyambung hidup dan bertahan di perusahaan yang lo inginkan. Yup, kita udah menjadi budak kapitalisme di mana kita pun hanya mengangguk apapun yang diinginkan majikan, yaitu perusahaan.
Quote:
Quote:
Gak Punya Keberanian, Terkubur Dengan Zona Aman
Berada di zona aman emang enak. Lo gak perlu ribet dan mengambil resiko yang besar tentunya ketika berada di sana. Lo takut kalah, dan lo takut kehilangan materi yang berujung dengan kehilangan hidup lo. Mengambil resiko terdengar asing oleh beberapa manusia yang takut tenggelam. Kegagalan apa yang akan lo dapatkan nanti tampak terasa menjadi ancaman buat lo. Namun lebih baik gagal karena mencoba dibanding gagal karena hanya diam bukan?
Quote:
Quote:
Apakah Ini Semua Hanya Demi Popularitas Belaka?
Menyedihkan memang, terlebih lo membuang semua waktu lo demi mendapatkan sebuah pengakuan dari orang lain, pesaing lo, rekan lo, bahkan keluarga lo. Diibaratkan media sosial, lo rela meng-upload kehidupan pribadi lo hanya demi puluhan like atau love. Semua orang ingin menjadi selebritis, tapi bukan berarti lo harus menjual diri.
Saatnya kita berpikir kembali apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup ini, kebahagiaan yang sederhana, di mana kita melihat orang tercinta kita selalu tersenyum dan bahagia, membuat mereka tertawa tanpa harus menyodorkan karung emas di hadapannya, karena gak cuman uang yang bisa membayar kebahagiaan, tetapi juga waktu.
Artikel ini terinspirasi tulisan “Menjadi Tua Di Jakarta” dari Seno Gumira Ajidarma
“Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa”
SUMUR