Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Kankurou19Avatar border
TS
Kankurou19
Ironi trotoar Jakarta
Ketika kau kecil, kau selalu mendapat apa yang sepatutnya kau dapatkan; bermain, tertawa, berteman, atau mungkin hakmu untuk menangis walau hanya tak mengunyah permen. Ketika kau kecil, krayon dan warna adalah hiburan, kau lukis dengannya seorang nahkoda tepat didepan sebuah bahtera yang luar biasa. Dan sungguh kau takjub, betapa hebatnya sebuah imaji yang tak berbatas. Kaupun berlarian di taman kota, dengan semangat yang menyala meliuk dengan memegang erat balon-balonmu. Sesampainya pada tempat yang engkau anggap landasan, kau jatuh kedalam pelukan. Ibu.
Didalam dekapan yang hangat itu, sedikit kau resapi rasa nyamannya, dan kau sisipi segenggam cinta kecil. Tangan-tangan mungilmu mengepal tinju yang lemah, lalu engkau berteriak, “aku adalah seorang pilot!” lantas, tawa kalian lepas.

Kebahagiaan itu patut kau jaga, karena bukan salahmu kau memiliki itu, tak pula salah mereka yang dengan nanar hanya dapat menatap iba. Sepelemparan batu dari jalan itu, sepasang bola mata lekat menelisik gerak-gerikmu walau kau tak pula mempedulikannya. Senyum getir itu, timbul tenggelam tersungging-sungging pada pipi yang kusam. Sekali-kali ia sedikit menggigit bibirnya karena tak kuasa menahan senyum. Jari-jarinya yang kurus ikut menari dibalik kutang yang compang-camping itu, setiap engkau berlari, setiap itu pula ia menahan lompatnya.

Namun sayang, ketika lampu jalan berubah menjadi merah, dan segenap saja jalan raya dipenuhi kendaraan, ia harus kembali bekerja. Tanpa alas kaki, tanpa cinta kasih, anak itu kembali merajut hari dengan mengamen. Setiap uang koin yang ia terima terus memberinya sepercik asa, bahwa malam ini, setidaknya satu kali saja, masih ada sedikit harapan untuk ia dapat membeli makan—walau tak jarang yang ia terima adalah hardik.

Ketika lampu jalan kembali hijau. Kembalilah ia duduk manis disebuah trotoar tadi. Memandangi anak-anak yang lain bermain-main. Sesekali ia ingin ikut serta kedalam kelompok itu, tapi... begini saja sudah cukup, batinnya.

Jari-jari mungil itu mulai menari-nari lagi, mungkin karena sebuah pemandangan yang ia impi-impikan, sedang terjadi tepat didepannya.

Mereka sama saja dengan kalian. Tidak ada yang berbeda dalam dirinya, hanya nasib yang berwarna lain. Ironi ini bak dua dunia yang hanya berbatas udara, kawan. Seperti fenomena yang tidak fenomenal saja. -asa


*tulisan ini sudah diterbitkan dalam machupicchu magz. sebelumnya
0
1.3K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.