Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Arab Yang Tidak Faham + Indonesia Yang Tidak Menyadari = China Yang Kaya

waroengmuAvatar border
TS
waroengmu
Arab Yang Tidak Faham + Indonesia Yang Tidak Menyadari = China Yang Kaya

Madinah, 28/03/2014. Hari masih gelap. Semburat cahaya di langit sebelah timur kota Madinah baru saja terlihat. Sholat Subuh di masjid Nabawi baru saja usai yang ditandai dengan berhamburannya Jemaah keluar dari masjid peninggalan Nabi Muhammad SAW itu. Namun itulah waktu yang ditunggu para pedagang yang menggelar dagangannya di ruang terbuka di beberapa pintu keluar pelataran masjid. Sebagian besar pedagang itu adalah warga Arab dan warga yang berasal dari negara-negara Afrika.

“Murah, murah, murah, hanya sepuluh Real,” teriak lelaki berwajah arab menghambur-hamburkan dagangannya. Dia menjual pakaian jadi yang kerap digunakan jemaah haji dan umroh saat berada di Mekkah dan Madinah. Sekelompok ibu-ibu berwajah Indonesia yang masih mengenakan mukena menyerbu laki-laki yang menjajakan dagangannya dengan sangat atraktif itu. “KamHaazda?” seorang ibu bertanya dengan menggunakan bahasa arab. Sang pedagang dengan tersenyum menjawab dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih,” 40 Real saja ibu, itu murah!”

Bahasa Indonesia memang sangat dikenal dan menjadi alat komunikasi kedua setelah bahasa Arab di kalangan pedagang Mekkah dan Madinah. Tidak hanya terbatas kaki lima tetapi juga pemilik dan penjaga toko di lantai dasar semua hotel dan ruko-ruko di kota itu. Maklum Indonesia adalah negara dengan Jemaah terbesar yang berkunjung di dua kota itu, yang juga dikenal sebagai bangsa yang gemar belanja. “Membawa barang dari tanah suci itu memilki makna tersendiri bagi sebagian Jemaah kita terutama yang berasal dari daerah,” kata Teguh Ryanto, Tim Beli Indonesia Tuban yang sedang berada di Madinah pagi itu. Keyakinan itu ditambah dengan perilaku orang Indonesia yang konsumtif dan tidak mempertimbangkan produk siapa yang mereka beli.

Hampir semua barang-barang yang dijual di Madinah dan Mekkah adalah produk China. Mulai dari pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan umrah dan haji hingga mainan anak-anak. Dan Indonesia adalah konsumen terbesarnya. Maka tidak heran jika semua pedagang menguasai bahasa Indonesia. Pedagang makanan yang berasal dari Bangladesh, Pakistan, Maroko, Afrika Tengah, Sudan dan lain-lain menggunakan bahasa Indonesia jika bertemu dengan pembeli yang berwajah Melayu. Padahal bisa saja Jemaah itu berasal dari negara-negara yang memiliki warga negara dari rumpun Melayu seperti Malaysia, Thailand, Philipina dan lain-lain.

Arab Saudi bukanlah bangsa produsen karena negara ini mengandalkan produk negara lain untuk memenuhi kebutuhan negerinya. Mereka hidup dengan mengandalkan hasil minyak buminya. Angka pengangguran yang tinggi di negara ini karena kaum mudanya enggan bekerja di sektor non formal. Di samping itu pemerintah memberi subsidi kepada mereka yang tidak bekerja, yang membuat pekerjaan “rendah” semakin dihindari. Inilah yang membuat tenaga kerja asing berbondong-bondong masuk ke negara ini termasuk dari Indonesia. Warga Saudi yang menjadi pedagang kaki lima di kota seperti Mekkah dan Madinah itu sebagian adalah Arab Badui yang berasal dari desa-desa sekitar atau pendatang dari negara lain.

Untuk menarik perhatian Jemaah Indonesia, pedagang itu menyebut beberapa daerah yang dikenal di Jakarta atau kota lainnya. “Lihat dulu pak, ini tanahAbang, Bandung ada di sini,” kalimat yang kerap diucapkan pedagang jika orang Indonesia melntasi di depan tokonya. Sesekali mereka menyebut nama sosok atau figure yang mereka kenal,” Syaiful Jamil sudah ke sini beli baju, murah murah,” katanya merayu tanpa ada yang tahu apa benar Syaiful Jamil pernah ke situ. “Itu Syaiful Jamil tetangga saya,” komentar Khorul Hidayat, Tim Beli Indonesia Surabaya .

Setelah berkeliling melihat aksi para pedagang menjajakan dagangannya dan aksi Jemaah Indonesia –ibu memborong barang-barang di pintu keluar masjid Nabawi pagi itu, Tim Beli Indonesia menikmati sarapan nasi kari di warung milik warga Bangladesh di sudut kota nabi itu. “Orang Arab yang jualan tidak tahu produk milik siapa dia jual, bertemu dengan orang Indonesia tidak peduli produk siapa yang dia beli,” kata Heppy Trenggono, Pemimpin Gerakan Beli Indonesia mengomentari. Yang pasti aksi jual orang Arab dan aksi belanja orang Indonesia membuat negara pembuat produk itu yang kaya raya. Karena China yang membuat produk itu maka China lah yang paling banyak mengambil untung buat bangsanya.

“Wah, kalo begitu, Arab yang tidak faham ditambah Indonesia yang tidak menyadari sama dengan China yang kaya, dong,” kata Teguh membuat semuanya tertawa, termasuk Ahmad Nursodik yang baru datang sambil menenteng plastik hitam. “Dari mana saja Dik, kok terlambat?” tanya Shofwan Aji sambil melirik plastik hitam yang dibawa Sodik. Sodik menunjukkan sepasang sandal hitam yang baru dibelinya pengganti sandalnya yang hilang. “Ini tadi saya muter-muter nyari sandal buatan Indonesia. Karena enggak ada saya pun nyari buatan Tiongkok, enggak ada juga , di mana-mana adanya Made in China,” kata Sodik terkekeh sambil menuangkan kuah kari kedalam nasinya.

sumber : beliindonesia.com

Spoiler for Dukung Gerakan Beli Indonesia:

Spoiler for JANGAN DIBACA!:

Spoiler for Treads PANAS! Siapkan Mental Sebelum Membaca!:
Diubah oleh waroengmu 06-03-2015 18:42
0
13.2K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.