beefkeefAvatar border
TS
beefkeef
Kenaikan Harga Beras Tertinggi Di Era Jokowi

Jakarta, HanTer - Harga beras mulai Februari naik drastis. Seluruh jenis beras standar atau medium hingga beras premium mengalami kenaikan rata-rata 40%. Sejak pemerintahan Soekarno, di masa pemerintahan Joko Widodo harga beras naik sangat tinggi.

"Gimana ini Pak Jokowi. Sejak zaman Pak Karno, Pak Harto, dan presiden selanjutnya, di zaman Pak Jokowi harga beras sangat mahal. Sekarang beras paling murah jenis IR 2 Rp 11.000/kg, kualitas IR I Rp 12.000/kg. Rakyat kecil tak mampu membelinya,” kata Suminta, pedagang beras di Pasar Pondok Gede, Bekasi.

Pedagang mengaku heran melonjaknya harga beras itu. "Ini mah bukan Cuma naik, sudah krisis dan darurat beras. Kasihan rakyat kecil,” ungkap Riana, pemilik toko beras di wilayah Cakung, Jaktim.

Hasil pantauan Harian Terbit di sejumlah pasar, untuk beras IR KW I Rp11.400 per Kg, IR KW II Rp11 ribu per Kg, IR KW III Rp10.800 per Kg, dan IR KW IV (medium) Rp10.200 per Kg.

“Beras naik banyak, dari 6 Februari sampai hari ini (20/2/2015) sudah naik Rp1.500. Baru kali ini harga beras naik hingga ribuan,” ujar Pemilik Toko Beras “Sinar Jaya”, Harsono Rusli (Ayong) kepada Harian Terbit.

Menurut Ayong, kenaikan harga di tingkat grosir saat ini terjadi karena Pemerintah melalui Perum Bulog sejak Januari telah menghentikan OP untuk para pedagang di PIC. Sedangkan panen raya masih menunggu April mendatang.

“Stok harian kurang, kalau toko saya saja biasanya 30 ton sehari, sekarang 10 ton saja nggak sampai, karena harganya ketinggian. Makanya kita minta kepada pemerintah untuk kembali adain OP, tapi malah nggak ke Pasar Cipinang, melainkan langsung ke pasar-pasar kecil,” katanya.

Untuk diketahui, sejak Senin (16/2/2015), Bulog melakukan OP di 12 titik pasar tradisional dan 50 titik di pemukiman daerah Jakarta, Bekasi, Depok dan Tangerang. Harga beras eceran melalui OP dijual seharga Rp7.400 per Kg. Hal demikian, diharapkan Ayong agar operasi pasar beras murah tersebut juga kembali dialirkan ke PIC. “Bulog lakukan OP di pasar-pasar kecil, tapi harga malah makin naik,” katanya.

Pedagang Nakal

Secara terpisah, Kementerian Perdagangan (Kemendag) meng-claim sudah maksimal berkoordinasi terkait penanganan perdagangan terutama terkait bahan pokok beras.
 
“Untuk menjaga stabilisasi harga beras di pasaran, sejak Desember 2014- Januari 2015, Mendag telah meminta Bulog untuk melakukan OP melalui Food Station Pasar Induk Cipinang (PIC) dan PD Pasar Jaya.  Kemudian karena harga di pasaran cenderung naik, saya minta Bulog untuk OP langsung di pasar-pasar tradisional dan pemukiman,” kata Mendag Rachmat Gobel di Kemendag, Jumat (20/2/2015).

Namun upaya tersebut belum cukup ampuh. Pedagang beras di PIC, menjerit karena upaya pemerintah menggelar OP langsung di pasar-pasar tradisional dan pemukiman pemerintah tidak berdampak pada penurunan harga beras.

Di tempat terpisah, Direktur Utama Bulog, Lenny Sugihat menyanggah pihaknya menghentikan OP ke PIC dan PD Pasar Jaya sejak Januari.  

Menurutnya, dalam OP, Bulog menetapkan harga Rp7.400 per Kg dan untuk luar Pulau Jawa dapat hingga Rp 7.500 per Kg. Dari harga tersebut pedagang telah mengantongi untung Rp 600/kilogram.
“Pedagang dilarang menaikkan harga, apalagi melakukan pengoplosan beras tersebut dengan beras yang harganya lebih tinggi, demi meraih keuntungan lebih banyak,” ujarnya.

Mafia Beras

Selain itu, pelaku usaha beras yang terbukti menimbun beras atau menjadi mafia beras, maka terancam penjara dan denda hingga puluhan miliar rupiah.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Srie Agustina menegaskan, ancaman itu menyusul pencabutan izin usahanya.

“Aturannya jelas yaitu satu izin usahanya dicabut dan mereka kena kurungan lima tahun dan denda Rp 50 miliar, kalau yang nyata-nyata menimbun beras,” ungkap Srie.
 
Kemendag menurut Srie, akan melakukan audit di lebih dari 14.000 gudang beras miliki pelaku usaha terdaftar, dengan melibatkan PT Sucofindo sebagai perusahaan surveyor.

Pengamat pertanian, Khudori mengatakan, melonjaknya harga beras ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama memengaruhi harga beras adalah akibat musim panen mundur. Panen yang tidak sesuai jadwal ini dikarenakan datangnya musim hujan diluar dari perkiraan. Seharusnya pertengahan atau akhir Februari ini sudah mulai panen raya.

"Kalau benar panen raya itu biasanya pasokan banyak, nah harga pastinya turun, nah yang sekarang terjadi itu tidak seperti ini," ungkap Khudori kepada Harian Terbit, Jumat (20/2/2015).

Faktor yang kedua, kata Khudori, diduga pada Januari dan Februari ini, beras miskin (raskin) belum dibagikan. Menurutnya, raskin memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga besar. Sebab, sekitar 40-50 persen kebutuhan beras warga miskin dipenuhi dari raskin.

Kemudian faktor yang ketiga adalah pedagang yang memanfaatkasn situasi ini untuk mendapatkan keuntungan. Khudori mengungkapkan, pedagang beras terutama di PIBC memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga beras lantaran pedagang-pedagang tersebut menguasai pasokan beras yang banyak.

"Kalau situasinya memungkin pasti mereka (pedagang) ingin mendapatkan untung. Nah situasi semacam ini pasti tidak akan mereka lewatkan," katanya.

http://harianterbit.com/hanterekonomi/read/2015/02/21/20116/30/21/Zaman-Jokowi-Presiden-Harga-Beras-Paling-Mahal

Hidup presiden pro rakyat...makan di warteg jadi pantas jadi presiden, skrg makan di warteg juga rakyat enggak sanggup lagi emoticon-fuck
nona212
nona212 memberi reputasi
1
10.4K
213
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.