Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

junker.eliteAvatar border
TS
junker.elite
[Parent Logic] Skor ortu vs anak selalu 0 - 1

Apa kabar agan ? Dlm sesi ini saya ingin sharing opini seputar parenting.

Pernahkah agan sebagai ortu merasa selalu benar di depan anak ? Jawaban umumnya adalah YA.
Pada masa usia anak masih belum akil baligh, hal ini memang terjadi karena sang anak masih butuh figur dan guidance. Dan pada saat itu kita (ortu) masih menjadi satu2nya sumber pengetahuan dan guidance untuk anak.

Yang jadi pertanyaan adalah sampai kapan otoritas 'merasa selalu benar' ini bisa dipertahankan ?

Oke, sebelum menjawab itu pernahkah agan melihat atau mengalami sbb :
> merasa bersaing dg anak ?
> merasa anak jadi pemberontak ?
> berseteru atau clash dg anak ?

Kondisi di atas umumnya terjadi ketika anak kita sudah menginjak usia smp dan seterusnya. Pada usia anak ini tanpa sadar seolah terjadi 'perang dingin' antara ortu vs anak. Di mana ortu ingin mengetahui apa yg sedang dipikirkan anak. Sementara sang anak sedang asyik men-trial daya nalar dan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal disekelilingnya yg 'baru' baginya. Mudahnya, ortu cenderung ingin mempertahankan otoritasnya terhadap anak, sementara sang anak cenderung meninggalkan zona otoritas tsb yg mana mulai terasa sempit atau mungkin mengekang seiring perkembangan jiwanya.

Dalam fase seperti ini maka dimulailah 'kompetisi' ortu vs anak. Seperti halnya kompetisi, siapapun berusaha untuk menang. Maka tidak heran bila terjadi anak dan ortu yg berseteru, berkonflik karena masing-masing merasa dirinya benar. Sampai kapan ini akan berlangsung ? Biasanya sekali di mulai akan berlangsung seterusnya sampai anak dewasa. Maka tidak sedikit ortu yg tidak akur dg anaknya bahkan sampai si anak berumah tangga

Oke, sekarang kita hitung skor dari kompetisi ortu vs anak tadi. Berapa hasilnya ? 1 - 0
Dan siapa pemenangnya ? Ya betul, si ANAK.
Bagaimana rumus perhitungannya ?

Sebetulnya rumus perhitungannya sangat sederhana. Dan sudah kita pelajari sejak kita masih SD. Agan pasti ingat pribahasa : buah jatuh tak jauh dari pohon. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Like father like son, bukan ?
Ketika anda sebagai ortu merasa benar, maka skor benarnya anda harus ditambah satu. Dan itulah skor benarnya si anak. Singkatnya, anda sebagai orang tua jangan pernah menyalahkan anak atau menuding anak bersalah Kenapa demikian ? Ya, karena memang anak tidak pernah salah. Anak itu selalu 'benar'. Seperti kata pepatah tiongkok : tidak ada murid yg buruk, tetapi guru yg buruk. Sikap anak adalah cerminan orang tuanya sendiri. Ketika kita sebagai ortu suka menyalahkan anak, sebetulnya kita sedang mengutuk atau mencaci kesalahan kita sendiri dengan cara yg tidak fair.

Nah, sekarang mari kita introspeksi apakah kita pernah menyalahkan anak, menuding anak bersalah ? Bila anda merasa betul maka mulai sekarang hentikanlah. Apalagi jika anda lakukan itu pada usia anak masih balita atau belum akil baligh. Anda seperti sedang menciptakan musuh anda sendiri yg akan menggerogoti anda di hari tua anda alih-alih mendidik seorang anak. Sebab tidak sedikit ortu yg menyalahkan anaknya dalam segala hal.
Mengapa saya katakan tidak sedikit ?
Karena itu hal yg mudah dilakukan ortu. Menyalahkan anak tanpa disadari membuat para ortu kecanduan. Dan sikap ini kita lakukan karena berbagai alasan diantaranya kesibukan ortu, gaya hidup sosial ortu, intinya segala hal yg menjadi sebab hilangnya waktu ortu untuk dekat dan peduli dg anaknya. Mencandu bukan ? Ibaratnya narkoba, sikap cepat menyalahkan, sering mengancam, cepat menghukum ini hanya kenikmatan sesaat.

Jaman dulu sikap 'militan' kepada anak seperti itu bisa dibilang masih efektif. Ya, karena jaman dulu sumber informasi dan sumber inspirasi anak masih sangat minim. Belum ada internet, blog, sosmed, ragam channel tv baik luar dan dalam negeri, sehingga rasa ingin tahu anak cukup diasup oleh ortu dan pelajaran sekolah. Masa itu sangat mudah untuk membina jiwa dan menanamkan nilai2 positif kepada anak.

Tetapi jaman sekarang ? Jangan harap kita selaku ortu sebagai satu-satunya sumber nilai dan inspirasi bagi anak kita. Mereka, anak kita akan secara naluriah akan membandingkan ortunya dg hal-hal lain di sekitarnya. Yang logis bagi si anak itulah yg akan diambil dan dijadikan model / panutan. Dan ketika anda mencoba menghalanginya maka anak akan tertekan karena anda akan dianggap 'diktator'.

Masih ingat bagaimana ketika negara indonesia terpaksa melakukan reformasi dan negara unisoviet melakukan glasnot-perestroika (keterbukaan) karena desakan rakyatnya yg meminta negara lebih terbuka (tidak otoriter) ? Kurang lebih si anak itu seperti rakyatnya dan orang tua pemerintahnya. Gelombang era global informasi ini dalam skala besar mengguncang suatu negara dan tak luput mengguncang keluarga-keluarga dalam skala kecil pasti. Anda sepakat bahwa jaman sudah berbeda bukan..

Yang perlu para orang tua sadari dari sharing ini yaitu agar selalu ingat bahwa akan datang suatu masa di mana kita akan face-to-face dg si buah hati. Kedewasaan anda sebagai orang tua disini akan diuji. Apakah anda akan menjadikannya sebagai sebuah kompetisi atau team work ?

Team work ? Yup, itu seperti team rakit dalam balap mobil formula satu. Anda jadi team rakitnya dan si anak jadi pembalapnya. Team rakit yg sedia setiap saat ketika pembalap masuk ke pit-stop untuk menyegarkan mobilnya dan kembali ke arena balap dengan prima dalam menghadapi kompetisi.
0
2K
19
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
Kids & ParentingKASKUS Official
4.1KThread5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.