- Beranda
- The Lounge
Perjuangan Masyarakat di Beberapa Daerah Untuk Mendapatkan Air Bersih (MIRIS)
...
TS
milanistilombok
Perjuangan Masyarakat di Beberapa Daerah Untuk Mendapatkan Air Bersih (MIRIS)
Quote:
Spoiler for :
Quote:
Quote:
Mukaddimah
Image courtesy of leimena.org
Quote:
Air adalah Kebutuhan Dasar Makhluk Hidup, tidak ada yang bisa hidup tanpa air. Di jaman yang serba canggih seperti sekarang ini kita mungkin mengira bahwa air bersih bukan sebuah kendala, tapi kenyataan berbicara lain, ternyata masih banyak saudara-saudara kita di beberapa daerah yang kesulitan untuk mendapatkan air bersih, apalagi jika sudah memasuki musim kemarau berkepanjangan, Air Bersih menjadi barang yang sangat langka, banyak kita lihat melalui televisi atau kita baca di Koran tentang perjuangan mereka yang harus berjalan kaki berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan Air Bersih secara Gratis. Dalam Thread Sederhana Kali ini ane akan sedikit memberikan gambaran tentang perjuangan sebagian kecil masyarakat di beberapa daerah di Negara Kita ini untuk mendapatkan air bersih.
Semoga thread sederhana ini bisa bermanfaat.
Semoga thread sederhana ini bisa bermanfaat.
Quote:
Perjuangan Untuk Mendapatkan Air Bersih
di Beberapa Daerah di Indonesia
di Beberapa Daerah di Indonesia
Quote:
Quote:
Dusun Halimuti, Desa Silawan, Belu, NTT
Image courtesy of nefosnews.com
Quote:
Sulitnya mendapatkan air bersih, membuat warga Dusun Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT)terpaksa mengonsumsi air kali yang sudah tercemar kotoran hewan. Sebanyak 520 warga di wilayah perbatasan NTT dengan Timor Leste pasrah menggunakan air kali tercemar itu, meski mereka tahu bisa terancam penyakit.
Warga Dusun Halimuti memang telah berusaha mendapat air bersih. Termasuk dengan cara menggali lubang kecil di pinggir kali. Namun tetap saja, air yang didapat masih tercampur kotoran hewan peliharaan yang selalu berkeliaran di sekitar kali. "Kami tidak punya sumur maupun air keran sehingga setiap hari kami ambil air di kali yang juga sudah tercampur kotoran hewan. Air itu kami gunakan untuk pakai minum, masak, mandi, dan cuci," ungkap Gabriel Valente, Ketua RT 016 Dusun Halimuti.
"Kalau air sudah kering di kali, kami bersama warga dusun lain pergi mencari air bersih sampai ke Batu Gade (salah satu wilayah di Timor Leste) yang jarak tempuhnya sejauh enam kilometer. Kadang juga kami hampir ditangkap oleh tentara dan polisi dari Timor Leste karena hanya mengambil air minum di rumah penduduk di Batu Gade," jelas Gabriel.
Warga Dusun Halimuti memang telah berusaha mendapat air bersih. Termasuk dengan cara menggali lubang kecil di pinggir kali. Namun tetap saja, air yang didapat masih tercampur kotoran hewan peliharaan yang selalu berkeliaran di sekitar kali. "Kami tidak punya sumur maupun air keran sehingga setiap hari kami ambil air di kali yang juga sudah tercampur kotoran hewan. Air itu kami gunakan untuk pakai minum, masak, mandi, dan cuci," ungkap Gabriel Valente, Ketua RT 016 Dusun Halimuti.
"Kalau air sudah kering di kali, kami bersama warga dusun lain pergi mencari air bersih sampai ke Batu Gade (salah satu wilayah di Timor Leste) yang jarak tempuhnya sejauh enam kilometer. Kadang juga kami hampir ditangkap oleh tentara dan polisi dari Timor Leste karena hanya mengambil air minum di rumah penduduk di Batu Gade," jelas Gabriel.
Quote:
Quote:
Dusun Gandarusa dan Planjan Desa Cikakak, Banyumas
Image courtesy of merdeka.com
Quote:
Ratusan kepala keluarga di Dusun Gandarusa dan Planjan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengalami kekeringan awal musim kemarau 2014. Untuk mendapatkan air bersih mereka harus berjalan 1 - 1,5 kilometer, naik turun perbukitan kapur. Bahkan untuk mendapatkan satu jeriken kapasitas 10 liter warga harus antre hingga berjam-jam. Saat musim kemarau hanya ada dua mata air yang masih hidup, satu berada di tengah 'grumbul' dan satu lagi berada di pinggir sungai Kroya. Untuk mencapai tempat tersebut harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer dengan medan yang berat, naik turun bukit kapur.
Menurut Tati (37), untuk mencari air bersih harus antre selama berjam-jam. Untuk satu jeriken harus menunggu antrian selama satu hingga tiga jam. "Saya tidak hanya mencari air bersih tetapi mencuci baju, untuk itu semua saya harus menunggu sampai dua jam. Mata airnya cuma satu yang membutuhkan ratusan orang," katanya. Menurut Sunarso (46) warga Grumbul Gandarusa itu sedikitnya 300 KK atau 800 jiwa yang membutuhkan air bersih sebagai kebutuhan pokok.
Menurut Tati (37), untuk mencari air bersih harus antre selama berjam-jam. Untuk satu jeriken harus menunggu antrian selama satu hingga tiga jam. "Saya tidak hanya mencari air bersih tetapi mencuci baju, untuk itu semua saya harus menunggu sampai dua jam. Mata airnya cuma satu yang membutuhkan ratusan orang," katanya. Menurut Sunarso (46) warga Grumbul Gandarusa itu sedikitnya 300 KK atau 800 jiwa yang membutuhkan air bersih sebagai kebutuhan pokok.
Quote:
Quote:
Dusun Ngendut, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Tuban
Image courtesy of beritametro.co.id
Quote:
Naik turun tebing curam setinggi 10 metersepertinya menjadi rutinitas warga Dusun Ngendut, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Tuban. Bayangkan saja, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga yang tinggal di perbukitan kapur ini terpaksa melakukan aktivitas berbahaya itu sedikitnya 5 kali dalam sehari. "Untuk mandi, masak, sama cuci baju. Di rumah tidak ada air, harus ambil disini," kata Suhanto (45), "Kadang bolak balik empat kali sampai lima kali, gak mesti," lanjutnya sambil mengisikan air ke dalam jeriken yang dibawa. Suhanto yang rumahnya berjarak 500 meter masih lebih beruntung. Pasalnya jalan setapak dari sumber air ke rumahnya relatif mudah dilintasi, meski sedikit naik turun.
Kondisi memprihatinkan harus dialami belasan Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di atas tebing Watu Ondo. Untuk mendapatkan air bersih mereka terpaksa harus naik turun tebing setinggi 10 meter menggunakan tangga kayu. Tak hanya sulit dilalui, medan terjal tersebut juga membahayakan nyawa warga. Mereka harus naik turun dengan membawa beban berat. Sementara kondisi tangga kayu sebagai alat utama sudah mulai dimakan usia. Sedikit saja terpeleset, maka nyawa menjadi taruhannya. Namun perjuangan tersebut tetap harus dilakoni warga demi air bersih agar tetap bertahan hidup. "Ya seperti ini jalan desa tidak seperti jalan di kota. Kalau tidak berani jangan naik mas" Sahut Jumirah.
Kondisi memprihatinkan harus dialami belasan Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di atas tebing Watu Ondo. Untuk mendapatkan air bersih mereka terpaksa harus naik turun tebing setinggi 10 meter menggunakan tangga kayu. Tak hanya sulit dilalui, medan terjal tersebut juga membahayakan nyawa warga. Mereka harus naik turun dengan membawa beban berat. Sementara kondisi tangga kayu sebagai alat utama sudah mulai dimakan usia. Sedikit saja terpeleset, maka nyawa menjadi taruhannya. Namun perjuangan tersebut tetap harus dilakoni warga demi air bersih agar tetap bertahan hidup. "Ya seperti ini jalan desa tidak seperti jalan di kota. Kalau tidak berani jangan naik mas" Sahut Jumirah.
Quote:
Quote:
Dusun Jatisari Desa Jatirunggo, Pringapus, Kabupaten Semarang
Image courtesy of suaramerdeka.com
Quote:
Kekeringan yang melanda Dusun tersebut mengakibatkan sejumlah air sumur warga mengering dan berkualitas buruk. Demi seember air bersih untuk kebutuhannya, warga setempat pun harus melalui perjuangan berjalan berkilo-kilo meter dari rumahnya. Setelah sampai di belik, mereka pun harus mengantre diantara deretan ember warga lain. Giliran mengisi air ke embernya pun warga lagi-lagi harus ekstra sabar menunggu debit air di belik itupun bertambah naik sehingga bisa di ambil dengan gayung. Sedikit demi sedikit air yang berhasil digayung dimasukkan ke ember maupun jerigen.
Mengisi seember air penuh pun harus melalui perjuangan selama 1 jam bahkan lebih.Yah, sebuah perjuangan demi seember air pun tetap harus mereka lalui, demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perjuangan demi seember air, demi bertahan hidup.
Mengisi seember air penuh pun harus melalui perjuangan selama 1 jam bahkan lebih.Yah, sebuah perjuangan demi seember air pun tetap harus mereka lalui, demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perjuangan demi seember air, demi bertahan hidup.
Quote:
Quote:
Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul
Image courtesy of kabarhandayani.co
Quote:
Sejumlah warga di komplek Pantai Nglambor, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus Gunungkidul, terpaksa bertahan hidup dengan sumber air untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal ini dilakukan karena jaringan air bersih ataupun sumur belum ada di wilayah tersebut.Dampak musim kemarau di wilayah ini membuat sejumlah warga harus berjalan puluhan kilometer untuk mendapat air bersih. Anehnya, air tawar justru mereka peroleh tidak jauh dari bibir Pantai Nglambor. Air jernih itu mereka manfaatkan untuk kebutuhan memasak dan MCK. Proses pengambilan air pun cukup sulit, setiap waga harus menuruni bukit yang curam dan membawa wadah air seadanya. Di cekungan kecil di antara bebatuan laut, air terus keluar dari sela bebatuan tanpa henti. Dengan sabar mengantri, warga silih berganti untuk mendapatkan air bersih.
Sakinem (52), warga setempat mengungkapkan, di lokasi itulah setiap hari ia dan warga lainya mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Sebelum sumber air ini ditemukan, kami sempat kewalahan untuk mendapat air bersih. Untuk mendapat satu jerigen air saja butuh perjuangan berjalan puluhan kilometer,” katanya di sela kesibukan memasukan air ke dalam jerigen. Ia mengatakan, tidak hanya sekali dia naik turun bukit untuk mengambil air. Selama bak mandi dan tampungan air (genthong) dalam rumahnya belum terisi penuh, ibu dua orang putra ini terus mengambil air hingga stok air tercukupi hingga hari berikutnya. “Sudah terbiasa naik turun bukit seperti ini,” ungkapnya.
Sakinem (52), warga setempat mengungkapkan, di lokasi itulah setiap hari ia dan warga lainya mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Sebelum sumber air ini ditemukan, kami sempat kewalahan untuk mendapat air bersih. Untuk mendapat satu jerigen air saja butuh perjuangan berjalan puluhan kilometer,” katanya di sela kesibukan memasukan air ke dalam jerigen. Ia mengatakan, tidak hanya sekali dia naik turun bukit untuk mengambil air. Selama bak mandi dan tampungan air (genthong) dalam rumahnya belum terisi penuh, ibu dua orang putra ini terus mengambil air hingga stok air tercukupi hingga hari berikutnya. “Sudah terbiasa naik turun bukit seperti ini,” ungkapnya.
Quote:
Quote:
Desa Mantajun, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura
Image courtesy of tribunnews.com
Quote:
Perjuangan warga di enam dusun di Desa Mantajun, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, untuk mendapatkan air bersih secara gratis tidaklah mudah. Mereka, terpaksa berjalan kaki sejauh lima kilometer. Air itu, didapatkan warga dari sumur penduduk lainnya yang sengaja diberikan oleh pemiliknya.
Surtini, salah satu warga Desa Mantajun menuturkan, persediaan air di rumah-rumah penduduk saat ini sudah habis dan sumur warga sudah mengering. Air yang digunakan sebelumnya berasal dari menampung air hujan di sebuah tandon besar. Untuk mengisi tandon itu, warga harus berjalan kaki melewati perbukitan.
"Sekarang sudah kemarau, dan air hujan yang kami tampung sudah habis. Terpaksa harus mencari ke daerah lain, untuk mendapatkan air bersih dengan tanpa membeli," kata Surtini, Terlebih, bagi yang tidak punya kendaraan roda dua, harus berangkat pagi buta sehabis shalat subuh untuk mendapatkan air. Meski sudah berjauh-jauh berjalan kaki, setiap warga hanya mendapat satu jeriken air.
"Warga ada yang naik sepeda ontel dan ada yang naik motor. Karena saya tidak punya motor dan sepeda ontel, cukup jalan kaki saja," ungkap Surtini. Sementara, untuk membeli air bersih, warga masih mempertimbangkan sisi biaya. Di Dusun Hopelan, sebelahnya Dusun Mantajun, misalnya, ada warga yang menjual air bersih. Setiap jeriken ukuran 25 liter dijual Rp 1.500. Itupun harus berebut dengan warga lainnya.
Surtini, salah satu warga Desa Mantajun menuturkan, persediaan air di rumah-rumah penduduk saat ini sudah habis dan sumur warga sudah mengering. Air yang digunakan sebelumnya berasal dari menampung air hujan di sebuah tandon besar. Untuk mengisi tandon itu, warga harus berjalan kaki melewati perbukitan.
"Sekarang sudah kemarau, dan air hujan yang kami tampung sudah habis. Terpaksa harus mencari ke daerah lain, untuk mendapatkan air bersih dengan tanpa membeli," kata Surtini, Terlebih, bagi yang tidak punya kendaraan roda dua, harus berangkat pagi buta sehabis shalat subuh untuk mendapatkan air. Meski sudah berjauh-jauh berjalan kaki, setiap warga hanya mendapat satu jeriken air.
"Warga ada yang naik sepeda ontel dan ada yang naik motor. Karena saya tidak punya motor dan sepeda ontel, cukup jalan kaki saja," ungkap Surtini. Sementara, untuk membeli air bersih, warga masih mempertimbangkan sisi biaya. Di Dusun Hopelan, sebelahnya Dusun Mantajun, misalnya, ada warga yang menjual air bersih. Setiap jeriken ukuran 25 liter dijual Rp 1.500. Itupun harus berebut dengan warga lainnya.
Quote:
Bijaksanalah Dalam Menggunakan Air
Karena Masih Banyak Saudara Kita Yang Kekurangan Air Bersih
Karena Masih Banyak Saudara Kita Yang Kekurangan Air Bersih
Quote:
Diubah oleh colot_nay 03-03-2015 00:36
0
37.1K
Kutip
367
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya