Menanti Sikap Ksatria Pendekar Jokowi

Jakarta - Di tengah keraguan Presiden Joko Widodo, KPK kini di ujung tanduk. Semua pihak saat ini menunggu ketegasan Presiden Jokowi mengambil langkah konkret menyelamatkan institusi KPK dan Polri dari badai polemik cicak vs buaya jilid III.

Polemik KPK-Polri semakin rumit setelah Ketua KPK Abraham Samad dijadikan tersangka oleh Bareskrim Polri. Kini dua pimpinan KPK sudah jadi tersangka dan presiden dituntut segera mengambil jalan penyelesaian polemik KPK-Polri yang komprehensif dan menyentuh semua persoalan yang sedang berkecamuk.

"Yang diperlukan publik saat ini memberikan penyelesaian komprehensif jangan satu-satu. Jadi yang diselesaikan bukan persoalan BG, BW atau Samad, tapi secara menyeluruh termasuk hubungan buruk KPK-Polri harus dibenahi," kata pakar hukum tatanegara Refly Harun kepada detikcom, Selasa (17/2/2015).

Sudah seharusnya Jokowi sebagai presiden lekas mengambil langkah yang berani. Refli menyarankan Jokowi mengambil langkah yang tegas dan memastikan tak ada konflik lagi setelahnya. Selain Refly masih banyak tokoh pro pemberantasan korupsi lain, bersama jutaan rakyat Indonesia menanti keputusan Presiden Jokowi.

Lalu kenapa Presiden Jokowi terkesan lamban dan tak lekas mengambil keputusan menyelesaikan polemik cicak vs buaya hingga kerusakannya sudah sangat parah seperti saat ini? Tentu pertanyaan itu jawabannya ada di Presiden Jokowi yang memang sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bisa jadi santernya tekanan dari partai pendukung yang masih yakin pelantikan Komjen Budi jadi Kapolri bakal menyelesaikan persoalan juga jadi faktor yang membuat Presiden Jokwoi maju mundur cantik.

Namun tentu saja semua alasan itu harusnya luluh manakala Jokowi mengingat janji politiknya di Pilpres silam. Bahwa Jokowi hanya akan tunduk kepada rakyat dan konstitusi.

Apalagi Jokowi juga mendapatkan dukungan kuat dari luar KIH. Dedengkot KMP, Ketum Gerindra Prabowo Subianto bahkan sudah menyatakan dukungan penuh ke pemerintahan Jokowi. Prabowo pun menyematkan predikat pendekar utama pencak silat Indonesia.

"Dan tradisi kita setiap Presiden adalah pendekarnya pencak silat Indonesia dan beliau akan menerima sebagai pendekar utama pencak silat dan berkenan memakai pakaian pencak silat," kata Prabowo usai bertemu empat mata dengan Jokowi di Istana Bogor pada Kamis (29/1/2015) lalu.

Predikat pendekar pencak silat bukan hal yang sepele. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R. Baswedan yang sangat tertarik dengan pencak silat memahami nilai luhur dari gelar pendekar pencak silat tersebut.

"Belajar silat itu kita seperti diingatkan akan nilai-nilai kejujuran dan sikap satria, serta menjadi daya hidup," kata Anies dalam acara gelar budaya Pra Jambore Pencak 2015 di Plaza Ngasem (eks Pasar Ngasem), Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Sabtu (14/2/2015).

Semoga saja Presiden Jokowi benar-benar mengambil sikap ksatria sebagai pendekar utama pencak silat Indonesia. Bagaimanapun Presiden Jokowi adalah presiden pilihan rakyat, bukan lagi petugas partai.


http://news.detik.com/read/2015/02/17/140432/2835471/10/2/menanti-sikap-ksatria-pendekar-jokowi