Mendaki gunung adalah salah satu kegemaran yang lumayan populer. Berbekal perlengkapan dan logistik, seorang pendaki rela menyambangi hutan, menembus gelapnya kabut, dan mengalahkan dingin udara pegunungan demi bisa sejenak bercumbu dengan puncaknya.
Perjalanan menuju puncak mungkin terdengar biasa bagi kita yang belum pernah menjajalnya. Tapi, bagi dia yang pernah menjejakkan kaki di puncak-puncak tertinggi, mendaki tidak pernah dianggap “sederhana”. Mendaki adalah caranya merayakan kehidupan, mencerapi, dan menjadikannya bermakna.
Spoiler for Pendaki Adalah Dia yang Bisa Memantapkan Hati:
Berawal dari sekedar keinginan, misalnya setelah menonton film tentang pendakian atau melihat foto salah seorang teman yang menyunggingkan senyum di puncak gunung. Niat untuk menjajal pendakian muncul, tapi tak begitu saja buru-buru dieksekusi. Butuh proses untuk meyakinkan diri sendiri bahwa sebuah keinginan tak boleh dibiarkan cuma jadi sekedar angan-angan.
Banyak yang mendukung, pun tak jarang orang lain tertawa dan meremehkan. Cerita mereka yang mendapati pengalaman tidak menyenangkan saat mendaki mungkin sempat membuat ciut mental. Tapi, bukan berarti niat boleh begitu saja luntur. Dia percaya bahwa keberhasilan adalah tentang meyakini dan berusaha.
Spoiler for Pendaki Mengerti, Pencapaian Selalu Datang Sepaket Dengan Usaha:
Melatih fisik sebelum mendaki wajib hukumnya demi bisa berjam-jam berjalan melewati hutan, tanjakan berpasir, atau ganasnya udara dingin. Lari 4x seminggu, konsumsi makanan sehat, cukup istirahat; banyak hal yang sengaja dia lakukan demi menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Selain itu, kondisi mental pun tak kalah jadi perhatian. Berusaha untuk selalu berpikir positif dan tetap percaya diri tanpa sedikit pun berniat jumawa mengalahkan alam.
Yang pasti, setiap pencapaian pastilah dibarengi usaha. Keinginan dan niat yang kuat menuntunnya untuk tak malas-malas. Semakin besar keinginan, maka semakin gigih pula usaha untuk mencapainya.
Spoiler for Ia yang Biasa Mendaki Tahu, Setiap Langkah Harus Diambil Dengan Pertimbangan Matang:
Seorang pendaki akan masak-masak memikirkan segala sesuatunya. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai puncak lalu kembali turun, jumlah logistik yang harus dibawa, hingga seberapa dingin suhu yang akan dihadapi. Selain cermat menganalisa, pendaki juga tak kalah sigap mengantisipasi segala kemungkinan. Cuaca yang tidak bisa diprediksi, tersesat, kelelahan, cedera, hingga kemungkinan bertemu orang jahat pun sudah diperhitungkan baik-baik.
Spoiler for Dia Adalah Pribadi yang Mengerti Arti Sebuah Kepercayaan:
Dalam pendakian, memegang kepercayaan pada teman satu tim menjadi sangat penting. Bagaimanapun, sesama anggota tim akan saling menjaga demi bisa bertahan hidup di alam liar. Seorang pendaki percaya bahwa teman-teman dalam tim tidak akan membiarkannya berjalan tertatih karena kelelahan. Dia pun tidak akan mengkhianati teman yang cedera dengan meninggalkannya lalu nekat melanjutkan perjalanan sendirian. Yup, menjadi pendaki berarti belajar untuk mau percaya sekaligus menjadi pribadi yang bisa dipercaya.
Spoiler for Pendaki Juga Meyakini Bahwa Doa Bisa Jadi Sumber Kekuatan:
Semesta alam punya kuasa luar biasa dan seorang pendaki mengerti hal itu. Ketika maut bisa saja setiap saat menjemput, tak ada pilihan lain selain berserah pada Sang Pencipta tertanda sejak langkah paling pertama. Berdoa sebelum memulai pendakian adalah ritual wajib, pun setelah menyelesaikan pendakian dan kembali pulang.
Spoiler for Pendaki Adalah Dia yang Paling Mengenal Dirinya Sendiri:
Konon, sifat seseorang akan benar-benar telihat saat melakukan pendakian. Pemberani atau penakut, kuat atau gampang mengeluh, jujur atau suka berpura-pura, sabar atau gegabah; berbagai karakter asli manusia akan muncul saat berada dalam kondisi yang tidak nyaman.
Dia yang terbiasa mendaki berarti sudah lulus mengenal dirinya sendiri. Menjadikan perjalanan pulang sebagai momen refleksi. Memilah sikap dan sifat baik yang perlu dipertahankan, pun karakter negatif yang harus buru-buru dibuang.
Spoiler for Perjalanan Mengajarkan Pendaki Bertumbuh Jadi Pribadi yang Perasa:
Bukan perkara diri sendiri, tapi memperhatikan orang lain juga sama pentingnya. Perjalanan selama pendakian menjadikan pendaki lebih peka terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan saling dilontarkan pada rekan dalam pendakian:Mau istirahat dulu nggak, nih?”
“Kamu masih kuat, kan?”
“Sudah lapar?”
Spoiler for Pendaki Adalah Orang yang Gigih dan Punya Semangat Juang Tinggi:
Pendakian sudah pasti menguras tenaga. Ritme langkah yang cepat di etape pertama seringkali tak bisa bertahan di etape berikutnya. Puncak yang tak kunjung dijejak membuat kata “menyerah” sudah bersiap di ujung lidah.
Namun, pendaki adalah dia yang terbiasa menempa dirinya sendiri. Berusaha mati-matian mengabaikan rasa lelah demi bisa fokus pada target atau tujuan awal yang sudah ditetapkan. Meskipun harus mengais sisa-sisa tenaga, semangat untuk mencapai puncak mati-matian dipertahankan.
Spoiler for Naluri dan Insting Adalah Hal yang Tak Pernah Diremehkan oleh Para Pendaki:
Seorang pendaki menjadikan naluri sebagai pegangan. Baik secara alami maupun berasal dari pengalaman, dia terbiasa memilih segala sesuatu dengan presisi. Memilih jalan memutar dengan waktu tempuh lebih lama atau nekat memotong jalan dengan menjajal turunan curam, dia punya sekian perhitungan sebelum memutusakan. Yang pasti, dirinya percaya bahwa setiap keputusan bisa jadi meringankan atau justru berakibat fatal.
Spoiler for Pendaki Terdidik Jadi Pribadi yang Mudah Bergaul:
Tak harus bergabung dalam komunitas atau menyambangi gigs, gunung bisa jadi tempat untuk menjalin pertemanan. Biasanya, para pendaki akan saling menyapa ketika berpapasan di jalur pendakian. Ketika sama-sama berhenti untuk beristirahat, saling bertanya nama dan daerah asal sudah jadi ritual. Bahkan, ketika melihat pendaki lain yang sedang kelelahan, mengucapkan kalimat penyemangat seperti: “Ayo sedikit lagi. Semangat, Kak!” adalah hal yang biasa. Tak ada istilah ‘orang asing’ di gunung karena sesama pendaki adalah teman.
Spoiler for Keterbatasan Tak Menjadikan Dia Pelit atau Enggan Berbagi:
Pendaki punya jiwa korsa yang tinggi. Baik dengan teman satu tim atau pendaki lain, saling tolong-menolong menjadi hal wajib. Berpapasan dengan pendaki lain yang kehabisan air minum tidak menjadikannya acuh. Meskipun persediaan air miliknya juga terbatas, dia tak ragu untuk sejenak berhenti dan berbagi beberapa teguk. Sadar atau tidak, sedikit pemberian darinya bisa jadi menyelamatkan nyawa orang lain.
Spoiler for Mendaki Membuat Mereka Belajar Mengalahkan Diri Sendiri:
Pengalaman mendaki bisa jadi berakibat perubahan besar-besaran dalam hidup. Tentang bagaimana para pendaki bisa mengalahkan diri sendiri dan menemukan diri mereka yang baru dan lebih tangguh. Minimnya nafsu makan bukan berarti sah melakukan perjalanan dalam kondisi perut kosong. Udara dingin yang seperti menusuk-nusuk tulang tidak menjadikannya berlama-lama dalam tenda dan enggan melanjutkan perjalanan. Kadang, melawan diri sendiri justru yang menjadikan seseorang berhasil.
Spoiler for Pendaki Adalah Pribadi yang Bisa Menghargai Kebaikan-Kebaikan Kecil:
Pemandangan yang indah, udara sejuk, dan nyamanya suasana pegunungan jadi bukti bahwa alam sudah demikian berbaik hati pada manusia. Seorang pendaki terbiasa menghargai segala yang ditemui sepanjang pendakian. Tidak meninggalkan sampah di gunung, memeriksa sisa-sisa api unggun, pantang membuat corat-coret atau merusak tanaman. Ketika bisa menghargai segala yang ada disekitarnya, dia pun sudah pasti menghargai dirinya sendiri.
Spoiler for Kakinya Menjejak Puncak-Puncak Tertinggi, Tapi Hal Itu Justru Menjadikan Dia Rendah Hati:
Setiap langkah adalah pertaruangan dengan diri sendiri. Sementara, tiba di puncak berarti merasakan momen haru yang berbalut rasa bangga dan syukur. Namun, sebuah keberhasilan tak begitu saja menjadikan seorang pendaki menjadi sombong. Keindahan luar biasa di atas puncak gunung justru menyadarkan bahwa dirinya begitu “kecil”. Puncak memberikan pelajaran bahwa tidak selayaknya manusia berhak jumawa diantara kebesaran alam yang luar biasa.
Spoiler for Pendaki Adalah Dia yang Menjadikan Hidupnya Lebih Bermakna:
Alam mengajarkan manusia bahwa hidup bukanlah sekadar soal materi. Kasarnya, gunung menjadikan sebotol air minum atau sepotong roti jauh lebih berharga daripada beberapa lembar uang. Pengalaman mendaki juga mengajarkan pentingnya punya visi dan misi yang jelas dalam hidup.
Cita-cita sah-sah saja di letakkan setinggi-tingginya, tapi perjuangan untuk bisa meraihnya adalah hal mutlak. Yang pasti, para pendaki paling tau bahwa hidup tak harus dijalani dengan ambisi yang buta. Kunci sukses adalah tetap santai namun fokus pada target yang diinginkan.
Nah, gimana? Membaca ini mungkin sedikit mengubah penilaian kita pada mereka yang gemar mendaki, ya! Berhari-hari berada di gunung tanpa mandi mungkin membuat pendaki terlihat berantakan atau kumal. Tapi, hal-hal dalam ini menjadikan mereka layak mendapat predikat keren, ‘kan?
Spoiler for bonus:
kirim gaaann uda 2 hari belum sedot cendol
Pergilah keluar, nikmatilah alam ini dan gunung bisa jadi guru yang baik”
Junko Tabei (Jepang)
Spoiler for keren:
wisuda di puncak gunung dapat gelar S.Gh = Sarjana Gunung hutan
Diubah oleh matawana 21-10-2014 03:09
0
9.7K
Kutip
64
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru