Jakarta - Usai Komisaris PT Bukit Jonggol Asri (BJA) Cahyadi Kumala hadir sebagai saksi, giliran sembilan saksi mengikuti sidang lanjutan perkara dugaan suap sebesar Rp 4,5 miliar berkaitan tukar menukar kawasan hutan atas nama PT BJA dengan terdakwa Bupati Bogor nonaktif Rahmat Yasin. Dalam persidangan ini terungkap soal cerita kardus dan kata sandi bibit.

Sidang berlangsung di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan Martadinata, Kamis (9/10/2014). Terdakwa Rahmat Yasin mengikuti sidang ini.

Kesembilan saksi itu masing-masing Rizky Muzakir dan Rizky Widyanto (ajudan Rahmat Yasin), Judi Rachmat Sulaeli (PNS Dinas Pertanian dan Kehutan Pemkab Bogor), Burhanudin (PNS Pemkab Bogor), Tenny Ramdhani (sekretaris pribadi Rahmat Yasin), Dine (pegawai CIMB), Tjen Yenny (pegawai Kepala Cabang Bank Victoria Cikopo), Dwi Suhartono (Kepala teller BCA), dan Roesli Manulang (pegawai CIMB Niaga).

Salah satu saksi yang diberondong pertanyaan oleh hakim ialah Tenny Ramdhani, sekretaris pribadi Rahmat. Hakim menyoroti soal kardus dan kata sandi bibit.

Saksi Tenny berkisah kedatangan Yohan Yap dan Heru Tanda Putra ke rumah dinas Bupati Bogor untuk menemui Rahmat Yasin pada awal Februari 2014. Seperti diketahui, Yohan sebagai pelaksana pemberian suap yang sudah divonis 1 tahun 6 bulan oleh hakim Pengadilan Tipikor Bandung berkaitan perkara ini. Heru merupakan anak buah Yohan.

"Pertemuan Yohan dan bupati (Rahmat) di Pendopo. Lalu selanjutnya mereka bertemu di ruang tamu. Kurang 20 menit pertemuan selesai. Saya dipanggil bupati. Saya diminta beliau (Rahmat) temuin Yohan di ruang tamu, waktu itu Yohan mau pulang sambil menunjuk ke arah kardus. Saya pahami itu (kardus) untuk bupati. Begitu saya bawa kardus, bupati masih ada di sekitar Pendopo. Lalu saya taruh (kardus) di meja kerja (Rahmat) di rumah dinas," tutur Tenny.

Belakangan diketahui kalau satu kardus itu berisi uang panas sebanyak Rp 1 miliar. Tenny berbelit-belit sewaktu ditanya hakim apakah mengetahui atau tidak isi dalam kardus itu berupa uang.

"Saya enggak tahu isinya. Tapi saya menduga berisi uang," ucap Tenny.

Tenny melanjutkan lagi soal kedatangan Yohan dan Heru ke rumah dinas Rahmat pada Maret 2014. "Saya menghampiri Heru berada dalam mobil di parkiran. Heru menyampaikan ada titipan buat bapak (Rahmat) dari Yohan. Waktu itu ada dua kardus dalam satu ikat," ucap Tenny.

"Anda tahu isi dalam kardus itu?" kata Hakim Ketua Hakim Ketua Barita Lumban Gaol.

"Saya nggak tanyakan. Tapi saya paham (kardus berisi uang). Setelah itu, saya simpan (kardus) di bawah meja kerja yang ada di rumah dinas (Bupati Bogor)," ujar Tenny.

"Nggak takut hilang? Kardus itu 'kan ada uang Rp 2 miliar," ucap Barita.

"Saya pikir aman," jawab Tenny sembari tersenyum.

Majelis hakim menanyakan pula soal istilah atau sandi menggunakan kata 'bibit'. Tenny mengaku mengetahui sandi bibit itu dari Kepala Dinas Kehutanan Pemkab Bogor HM Zairin.

"Pak Zairin pernah nelpon saya. Waktu itu Pak Zairin bilang bibit yang dijanjikan belum lengkap, karena Yohan belum siap," tutur Tenny.

"Saksi (Tenny) tahu kalau bibit itu soal uang," ucap Hakim Anggota Marudut Bakara.

"Ya, saya menangkap apa dimaksud (sandi bibit)," kata Tenny.

Perihal sandi bibit ini tetuang dalam surat dakwaan jaksa KPK untuk terdakwa Yohan Hap. Ceritanya pada 6 Mei 2014, Yohan baru bisa menyiapkan uang Rp 1,3 miliar. Lalu dia mengontak Zairin melalui SMS menggunakan kata-kata sandi.

"Selamat sore pak, bibit tanaman yang untuk cluster saya sudah ada 13 sore ini. Apakah bisa diserahkan dulu?. Kalau boleh diterima dulu yang 13 batang bibit ini pak. Sisanya menyusul dalam 1-2 hari," ujar Yohan dalam surat dakwaan.

Sumber