Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

unknownoneAvatar border
TS
unknownone
[LAPORAN KHUSUS] Laba Besar, Bisnis Timah Anak Komjen BG Kok Tutup?
SELASA, 10 FEBRUARI 2015



TEMPO.CO, Jakarta: Muhammad Herviano Widyatama, anak Komisaris Jenderal Budi Gunawan, pernah menggandeng PT Sumber Jaya Indah saat berbisnis pertambangan timah di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Herviano membawa bendera PT Mitra Abadi Berkatindo, perusahaan tempat dia berkongsi dengan tiga pengusaha lainnya.

Dalam dokumen hasil penyelidikan Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri terhadap dugaan transaksi tak wajar milik Budi Gunawan, disebutkan Herviano mengucurkan dana Rp 10 miliar kepada PT Sumber melalui PT Mitra. Dana itu turun dalam lima tahap yakni periode 23 Mei 2007 hingga 18 Desember 2007.

Dana Rp 10 miliar ke PT Sumber merupakan bagian kredit Rp 57 miliar, yang diperoleh Herviano dari Pacific Blue International Limited. Akad kredit dengan perusahaan Selandia Baru ini diteken Herviano pada 5 Juli 2005, ketika itu ia masih berusia 19 tahun. Dana sebesar itu berbentuk tunai dalam rupiah.

Di PT Mitra, Herviano berkongsi salah satunya dengan pengusaha Lo Stefanus, pendiri jaringan toko berlian Frank & Co. Stefanus juga pemilik PT Mondial Investama dan PT Mondial Lux Indonesia. Di PT Mitra, Stefanus memiliki 40 persen saham, sedangkan Herviano menguasai andil 20 persen.

Stefanus mengatakan, PT Mitra menyertakan saham sebanyak 60 persen di PT Sumber, perusahaan yang juga bergerak di bidang pengolahan timah. Ia pun mengakui bahwa dana Rp 10 miliar dari Herviano yang menjadi penyertaan modal di PT Mitra merupakan bagian pinjaman dari Pacific Blue.

Stefanus bukan semata rekan bisnis Herviano, tapi ia juga sobat lama Budi Gunawan. Status hubungan itu diakui keduanya saat diperiksa oleh Tim Bareskrim Polri sekitar Juni 2010. Stefanus jugalah yang memperkenalkan Herviano kepada David Koh, kuasa direksi Pacific Blue, yang mengucurkan kredit Rp 57 miliar itu.

Bisnis Herviano dan Stefanus tampaknya tak semulus kredit yang dikucurkan oleh Pacific Blue. Baru enam bulan sejak Herviano menanamkan fulus perdana ke PT Sumber, kerja sama itu usai. "Seingat saya kerja sama berakhir sekitar November 2007," ujar Yuliana, staf keuangan PT Sumber kepada penyelidik, 1 Juni 2010.

Putusnya hubungan kedua perusahaan ditandai dengan pengembalian modal ke rekening Herviano. Hal ini diakui oleh Yuliana. Sesuai catatan Tempo, modal usaha tersebut dikembalikan dalam dua tahap, yakni sebanyak Rp 5 miliar pada 8 Oktober 2007, dan Rp 5,05 miliar pada 26 November 2007.



Keanehan mulai muncul dua pekan setelah modal dikembalikan oleh Yuliana. Meski kerja sama berakhir pada November 2007, Herviano masih menerima transfer senilai total Rp 9 miliar dalam dua tahap, yakni Rp 7,8 miliar pada 5 Desember 2007, dan kedua sebanyak Rp 1,2 miliar pada 13 Desember 2007.

Dokumen hasil pemeriksaan Bareskrim menyebutkan, kedua transaksi tersebut tercatat sebagai "pembagian keuntungan bisnis timah dari PT Sumber Jaya Indah." Kepada pemeriksanya di Tim Bareskrim, Yuliana tak menjelaskan alasan di balik setoran laba kepada Herviano meski kerja sama berakhir pada November 2007.

Yuliana hanya mengakui ada beberapa kali pengiriman setoran tunai ke rekening milik Herviano. "Dan atas permintaan Herviano, saya juga pernah mengirimkan setoran tunai ke rekening Budi Gunawan," Yuliana bersaksi, seperti yang tercantum dalam dokumen dikeluarkan pada 18 Juni 2010.

Kepada Tempo, Rabu, 4 Februari 2015, Komisaris Jenderal Purnawirawan Ito Sumardi menjelaskan, semua transaksi dalam rekening Budi sudah dilengkapi dokumen yang sah. Saat penyelidikan rekening Budi, Ito menjabat Kepala Bareskrim. Hasil penyelidikan itu pun sudah dikirimkan ke Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. "Kalau janggal, kenapa PPATK tidak meminta kami mengusutnya lagi?" kata Ito, yang kini duta besar di Myanmar.

Ada pun Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto mengaku tidak mengetahui rinci proses pemeriksaan saksi-saksi terkait rekening Budi Gunawan. Ketika proses penyelidikan ini berlangsung pada akhir Mei hingga Juni 2010, ia menjabat Direktur Kriminal Khusus. Direktorat inilah yang memimpin penyelidikan. "Ketika hasil pemeriksaan dikirimkan ke Kapolri, saya baru menjabat," ujar Arief, yang kini Kepala Polda Kalimantan Barat, kepada Tempo, Ahad, 8 Februari 2015.

KPK sudah mencurigai adanya transaksi tak wajar selama 2006 itu. Transaksi tersebut, menurut KPK, tidak sesuai dengan profil Budi sebagai anggota Polri. Kepemilikan rekening janggal inilah yang menjadi salah satu tudingan KPK kepada Budi sehingga ia ditetapkan sebagai tersangka pada Selasa, 13 Januari 2015. Penetapan ini hanya sehari sebelum Budi mengikuti uji kelayakan sebagai calon tunggal Kepala Polri di DPR.

Budi Gunawan berkali-kali menyangkal ada kejanggalan dalam transaksi di rekeningnya selama 2006 itu. Kepala Lembaga Pendidikan Akademi Polri itu berkukuh semua transaksi di rekeningnya adalah titipan Herviano, yang akan dipakai untuk mengembangkan bisnis perhotelan dan pertambangan timah.

Stefanus belum berhasil dikonfirmasi terkait alasan di balik berakhirnya kerja sama dengan PT Sumber dan munculnya setoran kepada Herviano pascar berakhirnya kerja sama dengan PT Sumber. Hingga Selasa, 10 Februari 2015, sejumlah panggilan yang dilayangkan ke telepon selulernya tak berbalas. Ia pun sulit ditemui di kantornya, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Seorang stafnya mengatakan, Stefanus jarang berkantor.



Di luar kejanggalan antara tanggal transaksi pengembalian modal dan setoran keuntungan yang datang setelah kerja sama berakhir, bisnis timah antara Herviano dan Lo Stefanus sungguh menjanjikan. Jika memang kedua transaksi senilai Rp 9 miliar pada 5 dan 13 Desember 2007 itu adalah pembagian keuntungan, artinya dalam tujuh bulan Herviano mengaut laba hampir dua kali lipat dari modal yang pertama kali ia setorkan pada 23 Mei 2007.

Meski demikian, faktanya, kerja sama PT Mitra dan PT Sumber hanya seumur jagung. Seperti yang diakui oleh Yuliana, bisnis PT Mitra dan PT Sumber berakhir pada November 2007. Sumber di PT Sumber Jaya Indah, yang enggan disebutkan namanya, membenarkan perusahaan beralamat di Jalan TPI Ketapang, Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, itu tdak lagi mengekspor timah sejak 2007.

Saat ini tidak banyak karyawan yang bekerja karena operasional perusahaan belum normal. Hanya beberapa petugas administrasi yang sibuk mengurus dokumen perusahaan dalam beberapa bulan terakhir. "Kalau pabriknya cuma dijaga tenaga keamanan saja. Tidak ada yang lain. Kalau struktur perusahaan sudah ada. Tapi saya tidak tahu siapa saja di dalamnya," ujar dia.

Sumber anonim lainnya menyebutkan, PT Sumber tutup pertengahan 2008 karena ada permasalahan stok timah. Pemilik PT Sumber Jaya Indah, menurut sumber itu, tertangkap basah menyembunyikan timah 35 ton dengan cara membenamkan di rawa-rawa di belakang kantor. "Sebagian ditimbun di dalam pabrik pengolahannya sendiri," ujar dia.

Sebelumnya, akhir Desember 2007, polisi mencokok iring-iringan selusin truk yang mengangkut timah milik PT Sumber Jaya Indah. Ke-12 truk itu ketahuan oleh tidak memiliki dokumen resmi. Namun, saat hendak diboyong ke Kepolisian Daerah Bangka Belitung, delapan truk melarikan diri. Hingga kini penanganan kasus timah ilegal itu tidak jelas juntrungannya.

Karyawan di PT Sumber Jaya Indah yang minta namanya disamarkan, menjelaskan ada kemungkinan perusahaan yang berdiri sejak 2004 itu akan beroperasi kembali dalam waktu dekat. Menurut dia, pihak manajemen tengah mengurus izin clean and clear (CNC) dan izin-izin usaha pertambangan lainnya.

Agaknya upaya itu bakal menemui jalan terjal. Jumat, 6 Februari 2015, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti mulai gerah dengan sepak terjang PT Sumber. Ia memperingatkan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan agar mencabut izin penambangan PT Sumber.


Desember 2014, Susi juga sudah mengirim surat imbauan, tapi tidak digubris. Menurut Susi, penambangan timah di laut yang dikelola PT Sumber, mengancam mata pencaharian nelayan serta merusak sumber daya laut. "Lautnya diaduk, lantas nanti nelayan mau dapat apa?"



MOYANG DEWI KASIHMEDEKA | DEVY ERNIS | SERVIO MARANDA | BC

Source:
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...-Kok-Tutup/1/2

emoticon-Hot News emoticon-Hot News emoticon-Hot News
Diubah oleh unknownone 10-02-2015 11:08
0
5.1K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.