Ribuan orang beratribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memenuhi Gelanggang Olahraga Surabaya pada Senin 17 Maret 2014 lalu. Mereka dengan khidmat mendengar pidato politik Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Pada saat itulah untuk pertama kalinya Megawati memperkenalkan Joko Widodo sebagai bakal calon presiden yang diusung PDI Perjuangan. "Sekarang saya kasih si kerempeng ini (Jokowi), tapi dia bertenaga banteng," kata Megawati saat itu.
Jokowi memang memiliki tubuh kurus alias kerempeng, namun dalam bekerja tak pernah mengenal lelah. Saat menjabat Wali Kota di Surakarta hingga menjadi Gubernur Jakarta pria kelahiran Solo 21 Juni 1961 itu gemar 'blusukan', turun langsung ke tengah masyarakat.
Saat Jakarta dilanda banjir pada pertengahan Desember 2012 lalu, Jokowi tak sungkan mengangkat karung untuk memperbaiki tanggul Latuharhary yang jebol. Dia juga tak risih masuk ke selokan untuk memeriksa saluran air.
Suatu ketika Jokowi sempat membuka rahasia memiliki tenaga 'banteng' yang tak kenal lelah, yaitu; minum jamu temulawak setiap pagi.
Soal blusukan, Jokowi teruji bertenaga 'banteng'. Namun kini setelah menjadi presiden, Jokowi belum terbukti memiliki tenaga sekuat 'banteng'. Khususnya dalam menghadapi tekanan dari partai politik pengusung.
Presiden Jokowi belum sanggup menahan 'tekanan' dari partai politik. Hal itu dikemukakan oleh Ketua Tim 9 Syafi'i Ma'arif.
Tim 9 ditugaskan oleh Presiden untuk menyelesaikan konflik antara Kepolisian RI dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Perseteruan antara Polri dengan KPK disebut berpangkal dari Pengajuan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri oleh Presiden Jokowi.
Usai bertemu Presiden Jokowi Rabu siang ini Ketua Tim 9 Syafi'i Ma'arif mengungkap dalang di balik pengajuan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. Mantan Ketua Umum PP Muhammadyah itu menyebut pengusulan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri bukanlah inisiatif Presiden Jokowi.
"Jujur, itu sebetulnya pengajuan BG bukan inisiatif Presiden," kata Syafi'i Ma'arif saat memberikan pernyataan kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (28/1/2015).
Namun Syafi'i tak mau menyebut pihak yang ngotot mengajukan nama Komjen Budi Gunawan. "Saya tak mau menyebut nama. Itu sudah rahasia umum,” kata Syafi'i.
Syafi'i menyebut saat ini Presiden Jokowi terbebani oleh persoalan Komjen Budi Gunawan. Sayangnya beban tersebut bukan berasal dari lawan politik, melainkan dari partai pengusung.
"Umumnya dari partailah. Saya ndak bisa menyebut partainya. Memang berat ini. Pak Jokowi ini diusung partai, tapi dia bukan tokoh partai. Saran saya dia kan dipilih rakyat, jadi utamakan rakyat," kata Syafi'i.
Kini kekuatan Jokowi yang sempat digadang sebagai 'Capres Kerempeng Bertenaga Banteng' diuji. Akankah dia mampu bertahan dari 'tekanan' partai-partai pengusungnya?
SUMBER