“Take the first step in faith. You don’t have to see the whole staircase, just take the first step.”
Martin Luther King, Jr.
Quote:
“Kayaknya gue lagi going through Quarter Life Crisis deh,” kata salah satu teman saya. “Kemarin gue google gitu, ternyata beneran ya.”
Quote:
What is Quarter Life Crisis (QLC)?Kalau kata Wikipedia, QLC adalah “periode dalam hidup setelah remaja sampai dengan permulaan 30-an, dimana seseorang mulai mempertanyakan kehidupannya (ragu, pesimis, sangsi), yang terjadi karena stress menjadi seorang yang dewasa.”
Ragu. Stress. Menjadi dewasa. Ini membuat saya teringat waktu usia saya masih di awal 20-an pernah curhat ke teman saya mengatakan “Kayaknya gue gak happy deh dengan hidup gue. Sepertinya semua orang tahu pada mo ngapain, gue aja yang lost.” Dan karena waktu itu kita sama-sama tidak tahu tentang QLC, jawaban yang saya dapatkan adalah “Emang mau apa lagi sih Ka? Pacar ada, kerjaan bagus, duit cukup. Ah, paling cuma fase doang. Nanti juga ilang.” Sepuluh tahun kemudian, I wish ada orang yang pernah ngasih tahu saya tentang QLC ketika saya berusia 20 tahun-an atau ketika lulus kuliah.
Quote:
Dr. Laura Berman mengatakan, kalau dulu kita terbiasa mulai mempertanyakan hidup kita di usia 50 tahun-an, karena tubuh kita pun mulai berubah. Tetapi sekarang, dengan adanya tekanan untuk sukses sewaktu masih muda, jadilah kita ikutan kena krisis.
So, apa tanda-tanda kalau kita sedang melalui QLC?Pernah merasa seperti ini tidak?
Quote:
Merasa bahwa apapun yang kita lakukan tidak cukup baik
Quote:
Frustrasi terhadap pekerjaan/karir, rasanya seperti ada yang ‘hilang’
Quote:
Merasa tidak pede (insecure) terhadap apa yang dilakukan, mau dibawa kemana hidup ini, dan rencana ke depannya
Quote:
Merasa cemas saat menjalani relationship
Quote:
Merasa sangat bosan di kehidupan sosial. Itu lagi, itu lagi
Quote:
Nostalgia ke masa lalu yang indah, baik dari masa SMP, SMA maupun kuliah
Quote:
Merasa desperate ingin segera “settle down” – seperti membeli rumah, menikah, atau punya anak
Quote:
… Atau malah, berkeinginan untuk “melarikan diri” dari dunia nyata, seperti tiba-tiba ingin traveling keliling dunia
Quote:
Stress ataupun bingung tentang keadaan finansial
Quote:
Merasa sendirian
Quote:
Merasa orang lain semuanya is doing better than you
Quote:
Takut terhadap konsep “menjadi lebih tua”, seperti tiba-tiba ngomong “OMG gue sudah 24 tahun tetapi belum ngapa-ngapain.”
Quote:
Mulai bertanya, “Masa sih hidup cuma gini-gini aja?”
Quote:
Bercampurnya emosi antara apatis, takut, panik dan juga depresi
Yuk mari.
Melalui proses QLC yang rasanya seperti bertahun-tahun (karena gak tahu mesti ngapain), saya mulai menyadari bahwa root cause-nya adalah: ketakutan atau kekhawatiran terhadap masa depan, karena terlalu banyak membandingkan diri dengan kehidupan orang lain. *tepok jidat*
Quote:
5 Phases of Crisis
Nah, kalau kamu sekarang merasa sedang melalui QLC, coba lihat sendiri sekarang kamu sedang melewati fase yang mana. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh British Psychological Society, ada 5 fase di QLC (via [URL="http://www.newscientist.comS E N S O Rshortsharpscience/2011/05/feeling-depressed-maybe-youre.html?DCMP=OTC-rss&nsref=online-news"]New Scientist[/URL]):
Quote:
Phase 1 – Perasaan terjebak dalam pilihan-pilihan hidup. Seperti hidup dalam mode autopilot. Seperti tidak punya kendali.
Quote:
Phase 2 – Adanya perasaan ingin melarikan diri, ingin keluar dari kehidupan yang sekarang dan kemudian merasa “sepertinya saya bisa mengubah hidup saya”
Quote:
Phase 3 – Meninggalkan pekerjaan, relationship ataupun kehidupan yang membuat kamu merasa terjebak dan memulai sebuah perjalanan dimana kamu mencoba hal-hal baru, mencari pengalaman baru, untuk mencari tahu jati diri dan apa yang sebenarnya kamu inginkan.
Quote:
Phase 4 – Mulai membangun kehidupan yang baru.
Quote:
Phase 5 – Membangun komitmen-komitmen baru yang lebih selaras dengan keinginan dan aspirasi.
Jadi… setelah membaca semua ini. Menurut kamu, apakah kamu sedang melalui QLC saat ini? Kamu sedang ada di fase yang mana? Dan apa yang akan kamu lakukan? Please share your experience agar kita bisa terus saling belajar