Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

teheAvatar border
TS
tehe
Dokter Cantik Jakarta
Ane mau berbagi dikit, hasil kerjaan ane....tentang beberapa dokter cantik, yang membuat kita betah buat di periksa.... hehehehehehe....

1. drg. Reiny Agustina


Bagaimana menggabungkan hoby menyanyi dengan praktek dokter? “Sambil praktek, saya menyanyi untuk pasien,” ujar drg. Reiny Agustina yang saat ini praktek di RS. Siloam Tb. Simatupang dan RSIA Kemang Medical Care. “Dengan bersenandung saya bisa lebih rileks, pasien juga menjadi tidak takut. Kadang pasien sampai tertidur.”

Menghadapi pasien anak-anak, ia memilih untuk memberi motivasi atau membujuk mereka. “Kerja sebagai dokter itu stress, karena dalam melakukan suatu tindakan biasanya butuh waktu cukup panjang.”

Wanita cantik ini menjelaskan, bahwa menjaga kesehatan gigi itu sangatlah penting. Seperti kita ketahui dalam rongga mulut banyak terdapat jenis bakteri, salah satunya Streptococcus Gordonii.

Saat keadaan tubuh kurang sehat, bakteri akan masuk kedalam pembuluh darah, kemudian melewati jantung dan dapat menginfeksi katup jantung. Katup jantung yang terinfeksi ini, dapat menyebabkan kematian atau jika tidak harus diganti dengan katup jantung mekanik.

“Maka dari itu sangat perlu menjaga kesehatan gigi, karena secara otomatis dengan menjaga kesehatan gigi ikut juga menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan”.

Ia enjoy sebagai dokter gigi, karena bisa bertemu banyak orang. Baginya, berkenalan dengan pasien secara personal sangat menyenangkan. Enaknya lagi, profesi ini membuatnya bisa mencari kehidupan di mana saja. Kalau, misalnya, suami dipindahkan ke daerah, ia tetap bisa ikut dan bekerja di klinik, atau rumah sakit setempat. Bisa juga, “Buka lapak sendiri.”

Anak pertama dari ayah yang bekerja di Bank BUMN dan ibu yang senantiasa menemani kemanapun Ayah berdinas, menyenangi hampir semua jenis musik. Saat bekerja, ia lebih memilih lagu-lagu yang slow, jazz, atau lagu dengan lirik yang easy listening. “Kalau lagi nyetir, saya lebih suka lagu-lagu dengan bit yang menyenangkan, seperti R&B dan Hip Hop,” kata ibu satu anak ini. Untuk urusan perawatan wajah, ia memilih untuk menggunakan produk Nuskin Indonesia.

Kelahiran 7 Agustus 1977 ini ingin punya klinik gigi sendiri, dan mendalami bidang perawatan gigi estetik. “Di situ tantanganya besar, dari yang tadinya giginya rusak menjadi indah. Itu sesuatu yang mengasyikkkan buat saya,” ujarnya. Tidak ingin jadi spesialis? Ia menggeleng. “Kalau punya klinik sendiri, saya bisa mempekerjakan spesialis.” emoticon-Matabelo

2. dr. Arini Safira N Akbar, SpM


Belajar dan terus belajar, itulah kegiatan dokter cantik kelahiran Jakarta 1982 ini. Ia sedang mengambil fellowship di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mengenai glaucoma. “Penyakit mata glaucoma prevalensinya masih cukup banyak di Indonesia, mau pun dunia,” ujar dr. Arini Safira N Akbar, SpM.

Glaucoma merupakan penyakit mata nomor dua setelah katarak, yang dapat mengakibatkan kebutaan. Bedanya, katarak masih bisa diobati setelah mengalami kebutaan, glaucoma tidak, “Karena yang terkena adalah saraf mata pasien. Jadi, penting untuk melakukan upaya pencegahan pada penyakit ini.” Glaucoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan, karena penyakit ini datang tanpa gejala.

Anak ke-3 dari 4 bersaudra ini tertarik mendalami ilmu kedokteran mata, karena mata secara anatomi bagiannya sangat kecil sehingga ia bisa lebih fokus mendalaminya. Selain itu, ia masih bisa melakukan tindakan bedah, yang memang ia sukai. “Sebagain besar kasus mata, tindakannya adalah bedah,” katanya.

Ia tak takut bepergian keluar kota, apalagi jika untuk melakukan bakti sosial. “Terakhir, Mei 2013, saya ikut bakti sosial ke daerah Pontianak, Kalimantan Barat.” Di sana, bersama tim dari Jakarta dalam sehari mereka mengoperasi 150 mata. Sangat melelahkan, karena dalam sehari satu dokter menangani 40-50 mata untuk operasi. Di sisi lain, ia mendapatkan kepuasan batin yang luar bisa. “Kepuasan datang sehari setelah operasi; perban penutup mata pasien dibuka dan pasien bisa melihat. Senyum mereka merupakan bayaran yang tak ternilai,” tuturnya.

Untuk satu pasien katarak, dr. Fira mampu mengerjakan hanya dalam 15 menit. “Dulu saat masih menjadi PPDS, paling tidak membutuhkan waktu 30-40 menit,” jelasnya.
Ia hobi main musik sejak umur 5 tahun; ia memilih piano klasik. Pilihan itu, ”Lebih karena ibu saya. Dulu, kakak-kakak saya juga disuruh ikut les piano.” Lagu andalannya “October” - Pyotr Ilyich Tchaikovsky. Dari lagu ini ia pernah mendapat best performance saat ujian kenaikan tingkat di sekolah musiknya.

Pandai bermain musik, ia tetap ingin mengabdikan dirinya untuk masayarakat di bidang kesehatan. Saat ia punya masalah nyeri lutut ia merekomendasikan klinik patella di daerah mampang untuk kesehatannya. Di sini, “Saya bisa menolong orang sakit atau meringankan beban penderitaan mereka.” emoticon-Matabelo

3. dr. Damara



Sibuk sebagai mahasiswa S2 Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ia masih bisa menyalurkan hobi membaca dan nonton film. “Saya suka novel yang easy reading atau yang puitis,” ujar dr. Damara Andalia. Beberapa novel karya J.K Rowling tersusun rapi di kamarnya. Kalau nonton film, ia bersama rekannya ke gedung bioskop atau cukup di rumah.

Setelah travelling ke Eropa, ia ingin sekali ke Jepang. “Jepang itu negaran maju, tapi menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Masih banyak wanita yang memakai kimono.” Sesungguhnya, Indonesia tidak kalah menarik. “Banyak tempat wisata menarik yang belum saya kunjungi. Dalam waktu dekat, saya berencana ke Pulau Komodo.”

Ia menilai, menempuh pendidikan dokter - dokter umum mau pun spsialis - tidak semudah yang dibayangkan. “Sangat menyita waktu,” paparnya. Terkadang ia sampai iri melihat rekan semasa SMA yang bisa lunch bareng di sutau tempat. Sementara, kadang ia baru bisa makan siang pukul 15.00 - 16.00, “Nunggu pasien habis atau sepi.”

Tapi, semua dilakukan dengan ikhlas. Ia berprinsip, untuk mencapai goal memang perlu perjuangan. Yang kadang membuatnya sedih, “Dokter di Indonesia dibutuhkan, tapi kurang dihargai.” Ibarat tempe, ”Banyak yang suka, tapi dihargai rendah. Tidak sebanding dengan lamanya pendidikan yang harus ditempuh dengan biaya tidak sedikit.”

Padahal, kualitas dokter Indonesia tidak kalah dibanding dokter di luar negeri. Bahkan banyak yang lebih baik. Kenyataannya, WNI yang berobat ke luar negeri seperti ke Singapura atau Malaysia. Ia juga prihatin atas minimnya pembelaan hukum bagi profesi dokter bila ada masalah malpraktik.

Serba salah. Menghadapi pasien dengan tingkat pendidikan rendah, mereka tidak paham masalah kesehatan. Pasien yang berpendidikan tinggi, kalau ada masalah menuntut dokter. Untuk mengatasi hal ini, ia berusaha membina hubungan baik dengan pasien. “Kalau komunikasi berjalan baik, Insya Allah, semua akan baik-baik saja.” Saat ini ia juga tinggal di perumahan Trevista Residence Bekasi, dan sempat kebanjiran. (ant)

4. drg. Fauziah Indriati


Semula wanita yang mirip artis Sherina Munaf ini ingin masuk Fakultas Ekonomi, tapi ayahnya ingin ia menjadi Dokter. “Saya pilih FKG dengan syarat,” ujar drg. Fauziah Indriati. Syaratnya: kalau nilainya di tahun pertama tidak memuaskan, ia boleh pindah ke fakultas lain tahun berikutnya. Masuk Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti, IPK-nya di tahun pertama sangat memuaskan: 3,9.

“Asik juga, dan punya banyak teman,” kenangnya. Lulus FKG, ia bekerja antara lain di Klinik Garuda Sentra Medika, Kemayoran, Jakarta Pusat, “Sambil menanti penempatan PTT.” Ia sempat binggung karena dipanggil untuk PTT di daerah Bandung. Untungnya, muncul peraturan baru yang menyatakan dokter boleh PTT di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Banyak pengalaman yang didapatkan, termasuk mendapat jodoh saat PTT. Karena jauh dari rumahnya di Kemang. Drg. Indri memutuskan keluar dari Klinik Garuda dan memilih praktek di RS Meilia, Cibubur dan di Klinik Utama Cahaya Qolbu di Bandung.

Meski sibuk, ibu 2 anak ini masih bisa menyalurkan hoby bermain piano. “Sejak TK, saya sudah kursus piano,” tuturnya. Saat SMA di Lab School, Rawamangun, ia selalu terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti konser.

Sekarang, ia bermain piano untuk melepaskan penat, sembari mengajari buah hatinya yang sudah duduk di bangku kelas 1 SD. Kalau soal lagu, ia cenderung memilih lagu-lagu yang sedang ngetrend. “Saya ikuti lagu yang lagi asik, sambil nyanyi sendiri.”


Harapan kelahiran Makassar, 15 Januari 1977 ini, ia ingin mendalami ilmu kedokteran gigi dengan menjadi dokter spesialis. Ia berharap masyarakat Indonesia lebih peduli pada kesehatan gigi. “Jangan datang ke dokter gigi dalam keadaan sakit. Sebaiknya, periksa gigi 6 bulan sekali untuk mengetahui ada bolong gigi atau tidak, minimal melakukan scaling gigi.” (ant)

5. dr. Alia Arianti



Hobynya travelling terutama ke pantai, dilanjutkan ber-snorkeling. Hanya saja, “Saat ini susah mencari waktunya, karena kegiatan perkuliahan lumayan padat,” ujar dr. Alia Arianti, yang sedang meneruskan studi S2 di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI/RSCM. Selain snorkeling, ia ingin belajar diving. “Belum kesampaian, semoga ke depannya bisa sampai punya sertifikat diving.”

Beberapa spot untuk snorkeling pernah dikunjungi misalnya Bali dan Lombok. Hobi ini bermula saat ia travelling bersama teman kuliah, saat liburan. “Paling tidak setahun sekali kami punya waktu untuk berlibur bareng teman-teman. Dari situ saya mulai menggemari snorkeling.”

Lombok merupakan spot snorkeling favoritnya saat ini. “View-nya bagus banget. Kata teman-teman, arah timur lebih bagus lagi. Di Lombok saya bertemu penyu liar, dan bisa berenang bareng penyu. Terumbu karangnya bagus sekali.”

Ia berharap, suatu saat bisa merasakan snorkeling dan diving di Raja Ampat, Alor dan Pulau Komodo. Untuk bisa menyalurkan hobi travelling, kelahiran Jakarta, 28 September 1986 ini mengakalinya dengan memanfaatkan acara seminar ilmu kedokteran.

“Kalau lagi seminar di dalam atau luar negeri, saya sekalian travelling ke lokasi yang tak terlalu jauh dari lokasi seminar. Syukur-syukur bisa snorkeling. Curi-curi waktu sedikitlah,” ia tertawa.

Ketika mengikuti seminar ilmiah, tak jarang ia ikut lomba poster. “Saya pernah ikut lomba di pertemuan ilmiah tahunan mata di Palembang, dan Asia-Pacific Neuro-Ophthalmology Society di Bali. Terakhir, saya ke Tokyo mengikuti World Ophthalmology Congress.” (ant)

Lima dulu ya, besok nambah lagi, belum termasuk istri ane... emoticon-Ngakak (S) emoticon-Kiss (S)
Diubah oleh tehe 28-02-2021 05:25
0
41.6K
177
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.