- Beranda
- The Lounge
CERITA DI TOKO BUNGA
...
TS
widka
CERITA DI TOKO BUNGA
Quote:
TOKO BUNGA
Hari masih belum gelap. Matahari seperti bola api raksasa yang berpendar hangat. Alina duduk manis di depan mesin kasir tanpa kesibukan yang berarti. Tatkala mendengar mobil terhenti di depan toko bunganya Alina setengah berdiri dan memasang kedua telinganya: dari bantingan pintu mobil dan langkah-langkah kaki pelanggan yang didengarnya langsung dapat ia identifikasi bahwa pria itu adalah pelanggan yang dermawan, yang selalu meninggalkan uang kelebihannya setelah membeli beberapa bunga.
"ia datang," pikir Alina sambil merapikan gaunnya.
Seperti biasa pria itu langsung menuju berbagai sudut toko, dan memilih beberapa bunga yang akan dia beli.
"Sepuluh bunga mawar." Katanya.
Alina hanya bisa membayangkan wujud pria itu dalam citranya tanpa bisa melihat. Pastilah dia gagah, memakai jas, dasi dan imaji lain tentang laki-laki yang ideal.
Seperti itulah Alina, sejak usia kanak-kanak ia telah kehilangan indera penglihatannya akibat kelainan otot syaraf. Ia pun berhasrat agar penglihatannya segera pulih, dengan bekerja dan mengumpulkan uang untuk biaya operasinya.
"Nona.. Berapa harga semua bunga mawar ini?" tanyanya lagi.
"Oh.. sepuluh tangkai ya?" Katanya terbata-bata. Jiwanya kembali setelah takhyul tidak jelas. "Tentu.. tentu.. Semuanya duaratusribu rupiah, Tuan."
Pria itu mengeluarkan empat lembar uang. Dan memberikan kepada gadis tersebut.
"Empat lembar limapuluh ribu. Pas ya?!"
"Bohong!" kata Alina dalam hati. Ia meraba uang tersebut untuk memastikannya kembali. Ternyata memang bukanlah demikian halnya, karena ia segera mengenali uang itu senilai empat lembar pecahan seratus ribu.
Namun tanpa sempat bicara, pria itu segera berjalan keluar toko, masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi.
---
"Apakah bunga-bunga di depan meja kasir anda ini dijual?" Tanya seorang pelanggan.
"Tidak nyonya. Semua yang ada di sini, di depan meja saya ini pemberian seseorang."
"Oh ya Tuhan.. Kau cukup populer rupanya gadis muda. Seorang penjual bunga mendapatkan bunga. Bukankah itu sesuatu yang unik?" Katanya.
Alina tersipu malu hingga hampir kehilangan kata-katanya. "Sepertinya bukan seperti itu, nyonya. Maksudku bukan populer. Karena semua bunga ini pemberian seseorang. Bukan banyak orang."
"Manis sekali." Katanya memuji hingga membuat Alina tersipu malu, "kalau begitu pasti dia tertarik kepadamu. Bukan begitu?"
"Tidak tahu soal itu, nyonya. Siapa tahu hati seseorang. Lagi pula... semua bunga-bunga yang ia berikan tanpa keterangan apa-apa. Tanpa surat apa-apa. Aku tidak tahu maksud dan tujuannya."
"Gadis muda. Memang banyak cara seseorang mengungkapkan apa yang dirasakannya. Mungkin saja si pemberi bunga hanya bisa memaknai pemberiannya tanpa harus menambah kata-kata yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Cukup memberikannya bunga... maka terciptalah seribu makna. Bukan begitu?"
"Betul nyonya. Biar bagaimanapun orang yang telah memberikan semua bunga-bunga ini membuat aku senang. Namun aku tidak tahu harus bagaimana mengungkapkannya. Bagaimana aku berterimakasih dan sebagainya. Sedangkan yang memberinya saja aku tidak tahu."
"Bersabarlah gadis muda suatu saat dia akan hadir di depanmu. Persis di tempatku saat ini dan menyatakan bahwa dia mencintaimu," terdengar suara perempuan itu sambil tersenyum ramah.
Tiba-tiba pelanggan itu gelapan tatkala suara klakson mobil suaminya berbunyi singkat. "Oh ya aku harus segera, non Alina. Soalnya saya harus ke rumah sakit. Berapa harga bunganya?"
"Semuanya seratus lima ribu, Nyonya."
"Baiklah ini duitnya. Ambil saja kembaliannya. Sudah ya.. daah."
Alina mendengar Nyonya itu pergi meninggalkan toko bunganya, bersama suara deruman mobil yang menjauh.
"Tuhan baik." Katanya dalam hati. Ia merasa selalu mendapat kelimpahan rizki dari pelanggan-pelanggannya yang dermawan, walaupun demikian Alina masih harus bersabar lebih lama lagi agar dananya tercukupi untuk biaya operasi matanya.
----
"Seratus Juta rupiah?"
Alina menangis mendengar sejumlah biaya yang ditawarkan oleh dokter spesialis untuk memulihkan penglihatannya. Walalupun demikian, Alina tetap tegar dan akan berupaya mengumpulkan uang untuk mencapai cita-citanya. Tatkala Alina harus merelakan waktu dan tenaganya lebih jauh, datanglah keberuntungan yang tidak ia duga-duga: sejumlah uang dalam jumlah besar telah dialamatkan kepadanya.
"Apakah ada seseorang salah mengirimkannya, paman?" tanya Alina yang shock setelah mengetahui isinya.
"Alamat dan nama yang dituju sudah sesuai. Lagi pula..." pamannya itu melihat kembali kertas putih yang berisikan surat. "Di sini tertulis: Gunakan uang ini untuk biaya memulihkan penglihatanmu. Sisanya gunakan untuk sesuatu yang engkau suka. Kita akan bertemu kembali setelah engkau bisa melihat dunia."
Alina gemetar mendengarnya. Tidak ada yang salah dari apa yang ia dengar, dan ia tahu bahwa pamannya tidak pernah main-main untuk perkara ini. Saat Alina tidak bisa bergerak saking dirundung kebingungan, pamannya memeluknya dengan penuh kebahagiaan.
"Tuhan menjawab semua doa-doamu, sayang." katanya riang.
----
Senja telah turun. Matahari ibarat bola api kemerahan yang menyentuh garis cakrawala. Alina melihatnya dengan perasaan yang nyaman dan hangat. Sesekali dia menutup matanya dan menikmati kehidupannya yang kembali utuh. Namun belakangan ini ia merasa dirinya gelisah setelah memikirkan siapa orang dermawan yang mengirimkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Sambil memejamkan mata, Ia membayangkan wujudnya: pastilah orang itu pria, keren, gagah, berdasi, dan menggunakan mobil luxury yang mewah.
Alina masih memejamkan matanya dan kemudian mendengar langkah kaki seseorang yang sudah ia kenali dengan jelas. Buru-buru dia membuka matanya, melihat dengan jelas pria kurus dengan kemeja yang lusuh, dengan tulang pipi yang keras dan mata yang sayu.
"Pastilah pria ini melewati kehidupan yang keras," pikirnya.
Pria itu tersenyum dengan ramah membuat Alina merasa kikuk.
"Ya, tuan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Oh tidak... Maaf. Hanya saja aku sering melewati toko bunga ini."
Alina membongkar kembali ingatannya, bahwa langkah pria ini sama dengan pria dermawan yang selalu membeli bunga mawar dan meninggalkan kembaliannya, namun ada sesuatu yang berbeda, yakni: pria ini tidak turun dari mobil.
"Tuan. Apakah anda ingin membeli bunga?"
"Oh.. hmm. Tidak.. tidak. Aku ke sini hanya untuk memastikan..." katanya kehilangan kata-kata.
Alina merasa dag-dig-dug setelah mendengar suaranya,"orang ini sama dengan orang yang selama ini dia tunggu-tunggu. Untuk menghindari hal yang keliru, Alina masih ingin menilainya lebih jauh lagi.
"Memastikan untuk hal apa tuan?" tanya Alina.
"Bahwa kau sudah bisa melihat senja lagi."
"Betul.." Kata Alina sambil tersenyum, lalu terlihat murung dan memainkan jari-jemarinya. "Aku menunggu orang itu tapi dia tidak juga kunjung datang."
"Dia... dia yang mana, nona?"
"Entah kenapa aku sangat begitu yakin bahwa memang dia orangnya. Orang yang memberikan sejumlah uang untuk biaya operasi mataku."
"Apa yang membuat kamu begitu yakin?"
"Tidak ada lagi orang yang sebaik dia. Seorang pria yang sebenarnya tidak pernah membeli bunga. Dia hanya membeli bunga sebagai syarat untuk memberikan uang kepadaku. Karena setiap kali dia membeli bunga, bunganya itu pasti dia kirimkan kembali untukku. Dia selalu datang dengan mobilnya. Aku begitu ingat dengan bantingan pintunya, langkah-langkah kecilnya dan bunga-bunga yang dia beli."
Raut wajah itu terlihat kecewa dan mengatakan: "Dia pasti datang menemuimu suatu saat nanti, nona."
Pria itupun pergi dengan meninggalkan Alina sendiri yang masih menunggu dan terus menunggu.
"Sedang apa aku?" Alina bertanya pada dirinya sendiri.
"Sekarang aku sedang apa?" Ia mengulangnya dalam hati.
Sambil menatap senja yang terus memudar. Apa yang sedang Alina lakukan? Alina juga tidak bisa memahaminya. Juga tidak bisa mengira-ngira. Matanya terus memaku pada senja yang telah meninggalkannya. Ia terus menatapnya, membeku, hingga semua tubuhnya berubah menjadi batu.
--END--
Quote:
Mampir Ke Thread Ane
[QUOTE][CENTER][CENTER]
Judul Karya : Voyeurism
Jenis Karya : Fiksi
Genre Karya : Detektif, Misteri, Drama.
Target Pembaca : Remaja-Dewasa
Usia : 17+[/CENTER]
[/QUOTE][/CENTER]
Quote:
LAIN
Sinopsis
Seorang wanita mendapati dirinya tidak sendiri ketika ditinggal suaminya bekerja. Apa yang terjadi? Story Will SHOCK YOU!!!Click Here!!
Sinopsis
Seorang wanita mendapati dirinya tidak sendiri ketika ditinggal suaminya bekerja. Apa yang terjadi? Story Will SHOCK YOU!!!Click Here!!
Quote:
TRAGEDI PEMBUNUHAN DI ZANGGARO
Sinopsis
Kali ini Inspektur Jo dan Assitennnya, Widka harus memecahkan pembunuhan sadis di Zanggaro, salah satu Negara bagian Afrika.Menurut saksi, ciri-ciri seorang pelaku pembunuhan persis seperti Sibiso Vilikazi dan Sibiso Khumalo. Keduanya saudara kembar. Namun ada 1 hal yang pasti diantara keduanya, yakni salah satu dari mereka adalah seorang pembohong patologis. Link? Click here!!
Kali ini Inspektur Jo dan Assitennnya, Widka harus memecahkan pembunuhan sadis di Zanggaro, salah satu Negara bagian Afrika.Menurut saksi, ciri-ciri seorang pelaku pembunuhan persis seperti Sibiso Vilikazi dan Sibiso Khumalo. Keduanya saudara kembar. Namun ada 1 hal yang pasti diantara keduanya, yakni salah satu dari mereka adalah seorang pembohong patologis. Link? Click here!!
Diubah oleh widka 26-07-2015 18:09
nona212 memberi reputasi
1
5.6K
Kutip
7
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru