Maaf threadnya berantakan gan...maklum thread pertama
Spoiler for Inilah salah satu kenangan indah Tempo Doeloe saat seorang petugas Pos menjelajah menuju kecamatan terdekat dari Kota. Asik sekali bukan?..:
Quote:
Kring..kring..kring….. Sepeda onthel dengan dua buah bagasi dari kain kanvas sebelah kiri dan kanan berhenti di halaman rumah. Turunlah seorang lelaki dengan seragam Pos menyapa dan memberi salam dengan ramah. Lalu ia mengeluarkan beberapa dokumen. Ada surat, ada wesel, ada telgram. Dia lalu memisahkan mana yang surat, mana yang wesel dan mana telegram yang sesuai untuk penerima di alamat tersebut.
Petugas Pos tetap tersenyum walau terlihat dia lelah setelah hampir setengah hari mengayuh (gowes) sepeda itu dari jalan ke jalan, lorong ke lorong dalam 1 atau 2 kecamatan sehari. Jika surat yang berhasil diantar ke pemilik habis dalam sehari, dia merasa bangga dan riang gembira. Sambil mengayuh sepedanya yang butut ia bersiul-siul kecil kembali ke kantornya di kantor Pos Kecamatan atau Kabupaten untuk melaporkan tugas dan tanggung jawabnya kepada atasannya.
Saat itu banyak orang sangat familiar dengan suara lonceng sepeda pak Pos pengantar surat. Apalagi para orang tua yang menantikan kabar setiap bulan dari anak-anak mereka yang merantau ke “negeri seberang” baik di seantero Indonesia apalagi di Luar Negeri.
Lebih hebat lagi adalah, para gadis dan jejaka yang bercinta menggunakan jasa komunikasi Pos dan Giro, kedatangan pak Pos hampir sama dengan kedatangan dokter Cinta. Pak Pos yang lewat dari jalan depan rumah tapi tidak singgah di rumah kekasih yang sedang menunggu kabar si dia, dengan wajah kecut dan hati kecewa buru-buru masuk ke kamar dan kemudian termenung kembali. Apalagi si dia telah tidak jelas rimbanya sekian bulan tanpa kabar dan berita, jelas pak Pos lah yang dijadikan sasaran kekesalan. Padahal pak Pos pengantar surat tidak mengerti apa-apa duduk perkaranya kok malah mendapat omelan.
Spoiler for Kadang mereka harus jalan kaki ke pedalaman dengan meninggalkan sepedanya beberapa ratus meter di jalan utama, jika jalan yang akan ditempuh tidak dapat dilalui oleh sepeda:
Quote:
Kehebatan pas Pos pengantar surat pada masa lalu sering juga mendapat apresiasi dari pelanggannya, yakni pasangan yang sedang dilanda cinta tapi berjauhan lokasinya. Mereka terjalin komunikasi melalui surat menyurat hingga ada yang 5 (lima) tahun lamanya. Setelah proses yang rumit dan panjang serta berliku dengan tendensi semangat cinta yang fluktuatif (kadang naik kadang turun) akhirnya mereka sepakat menjalin mahligai rumah tangga, menjadi pasangan suami isteri. Mereka menikah dengan sah dan diadakan pesta kecil maupun besar.
Dalam pesta itulah mereka mengundang atau memberi hadiah kepada pak Pos pengantar surat karena jasa dan bantuan secara langsung dan nyatalah membuat kedua pasangan itu berbahagia terjalin dalam cinta kasih yang resmi. Inilah hal-hal yang paling mengharukan yang dapat dirasakan oleh petugas Pos penantar surat beberapa dekade lalu. Kondisi ini hampir sama di seluruh pelosok tanah air. Tentu masih ada contoh dan jenis kebahagiaan yang diterima oleh pak Pos pengantar surat selain hal di atas dan tidak mungkin dijadikan contoh di sini.
Quote:
Begitulah fenomena Pak Pos pengantar surat. Sekarang di zaman serba isntan, orang membutuhkan layanan yang aman, cepat, tepat dan efektif walau sedikit mahal. Akibat kebutuhan tersebut, muncullah jasa pengirman dokumen dan barang yang sangat kompetitif sekali, baik milik neara (BUMN) maupun milik Asing (PMA) dan Swasta murni.
Perusahaan curier tumbuh dan berkembang pesat. Perusahaan patungan (joint venture) yang beraviliasi juga dengan leader market yang telah berpengalaman menjadikan perusahaan tersebut sangat dominan merambah jasa curier tersebut.
Di lain pihak, jasa elektronik yang dapat dimiliki secara gratis misalnya email, faksimile, chatting, video streamming, tele conferensi, LLG, ATM Transfer hingga pengiriman barang super cepat telah merambah seluruh negeri dari kota hingga ke desa. Dalam kondisi seperti ini apakah masih ada sosok Pak Pos pengantar surat yang murah senyum dan dirindukan kedatangannya siang dan malam bak pahlawan yang menang perang?
Jawabnya tentu masih ada. Hanya saja performance, fasilitas dan produk layanan Kantor Pos juga diubah atau disesuaikan dengan tuntutan serta kebutuhan zaman. Kantor pos dan giro juga menggunakan atau melayani segala kebutuhan masyarakat sebagaimana yang disebutkan di atas.
Ada memang yang berubah, sekarang pak Pos yang melewati depan rumah kita dengan suara lonceng sepeda “Kring..kring…kring” sudah tidak terlihat atau terdengar lagi. Melainkan sudah diganti dengan pasukan kuning bermotor dan bermobil.
Apakah perubahan ini memberi dampak hebat dalam meningkatkan kinerja kantor Pos Indonesia, jawabannya iya. Karena keberadaan kantor pos Indonesia dengan segala pengalaman dan suka-dukanya ternyata mampu berahan dari kikisan zaman dan kompetisi yang keras tak mengenal ampun. Kantor Pos Indonesia walau mungkin karena BUMN bisa bertahan kita harap memang harus terus bertahan dan berkembang jasa dan usahanya. Karena jika semua urusan jasa di atas seluruhnya dikuasai oleh pihak swasta maka yang terjadi adalah beban jasa pengiriman yang ditanggung oleh masyarakat akan semakin tinggi.
Di sisi lain, kita tetap juga meminta perhatian Pos Indonesia agar meningkatkan mutu SDM dan daya saingnya agar bukan saja mampu bertahan dari ancaman tergerus zaman, melainkan menjadi kampiun atau pelopor jasa pengiriman yang mudah, murah, sehat, efektif,efisien, tepat, cepat dan tentu tetap dengan senyuman seperti beberapa dekade lalu..
Kenangan indah berupa senyuman dan pelayanan yang diberikan oleh sosok pak Pos pengantar surat kita di masa lalu masih terkenang hingga kini bukan?
Spoiler for kotak pos model jepang:
sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/18/pak-pos-pengantar-surat-kita-dulu-dan-sekarang-325560.html