- Beranda
- Berita dan Politik
Pilih Mana Pembatasan Motor atau Mobil di Jakarta ?
...
TS
berpikirlogis
Pilih Mana Pembatasan Motor atau Mobil di Jakarta ?
Ga nyangka jadi HT
Sebelum membaca harap bedakan dulu antara PEMBATASAN& PELARANGAN.
Kalo PEMBATASAN berarti motor masih boleh lewat tapi dengan aturan dan jumlah tertentu.
misal: motor masih boleh lewat bundaran HI tapi bayar dana tertentu, atau dari 10 motor yang ingin lewat cuma boleh 5 aja yang lewat.
Kalo PELARANGAN berarti motor dengan alasan apapun tidak boleh lewat sama sekali.
Soalnya banyak banget Kaskuser yang bilang: "Kan pemrov udah adil yakni mobil dibatasi dengan cara ERP dan motor dibatasi dengan cara ga boleh lewat
Itu mah motor bukan dibatasi tapi DILARANG LEWAT. Jadi harus bisa bedakan dulu antara dibatasi dan dilarang.
Yang dibahas dalam thread ini adalah penetapan aturan pelarangan motor, jadi motor sama sekali tidak boleh lewat.
Berikut bahasannya
Berawal dari sy lihat thread ini : http://www.kaskus.co.id/thread/54ae6...-m---kota-tua/
Akhirnya saya memutuskan untuk buat thread ini karena kebijakan kontroversial yang dibuat oleh Ahok terkait larangan motor untuk lewat jalan2 tertentu di Jakarta.
Yang ingin saya tanyakan disini kepada kaskuser adalah
Lebih setuju mana mobil atau motor yang dibatasin?
Masalahnya adalah kok cuma motor doang yang dibatasin, kenapa mobil pribadi tidak dilakukan uji coba pembatasan, dan liat lebih efektif mana pembatasan motor atau mobil.
Harusnya dalam keilmuan apapun, uji hipotesis itu harus seimbang antara kedua belah pihak, dalam kasus ini adalah lebih efektif mana pembatasan motor atau mobil pribadi dalam mengurangi kemacetan.
Uji Hipotesis yang benar adalah menguji dengan rentang waktu pembatasan yang sama, yakni 1 bulan untuk motor, dan 1 bulan untuk mobil pribadi.
Kali ini malah si Ahok jutsru langsung ngejudge bahwa motor-lah biang penyebab kemacetan, tanpa melakukan uji coba yang adil terlebih dahulu.
Liat ini gambar perbandingan, antara kepadatan jalan jika pakai motor / mobil:
Dari masukan komentar kaskuser, jelas mobil lebih banyak mengambil ruang dibanding motor. Dibandingkan dengan saat kendaraan berjalan, perbandingannya bisa 1 space mobil muat untuk 2 motor. Masalahnya adalah kebanyakan orang yang pakai mobil, di dalam mobil hanya diisi oleh 1 orang aja. Jadi lebih hemat tempat motor baik dari segi sedang berjalan maupun dari segi parkir.
Dari gambar diatas juga dapat dilihat space parkir mobil lebih besar 4 kali lipat dibanding motor. Jadi misal tempat parkir muat 100 mobil, itu bisa memuat 400 motor. Asumsi 1 mobil dinaiki 2 orang dan motor juga 2 orang, berarti perbandingannya adalah 200 : 800 orang. = 1 : 4. Intinya adalah berlakukan ketentuan 4 in 1 jangan cuma 3 in 1, karena dengan 4 in 1 lah space mobil bisa dipakai dengan lebih efektif.
Dari berbagai macam komentar yang saya lihat dari thread2 lain yang membahas hal yang sama dan thread ini , berikut saya simpulkan kedalam beberapa bahasan.
1. Bagus dong pemotor ga bisa lewat, toh mereka yang ngebikin macet
Dari semua komentar yang dukung kebijakan in, saya lihat mereka pada pakai mobil pribadi semua. Coba kalau anda yang punya mobil pribadi berada dalam sudut pandang si pemotor, ya pasti ga bakalan setuju.
Jadi yang punya mobil pribadi juga jangan egois dan tutup mata atas kebijakan ini, para pemotor juga kalo ada duit bakal milih naik mobil pribadi daripada naik motor panas-panasan.
2. Kan para pemotor bisa naik kendaraan umum seperti busway.
Masalahnya adalah dari rumah ke busway-nya mau naik kendaraan umum apa? mang busway langsung ada lewat depan rumah? Memang kita bisa naik angkot atau metromini, tapi jelas lebih ribet, makan waktu, dan lebih tidak aman dibanding naik motor. Coba kalau orang yang kerja dari luar daerah kaya Tangerang ke Sudirman, itu jelas lebih efektif naik motor dibanding naik angkutan umum.
Soal masalah keamanan, sy bisa bilang bahwa angkutan umum tidak aman, karena saudara saya pernah ditodong lalu dijorokin ke aspal pas naik metromini, dan untung nyawanya selamat.
Kalau Jakarta dah kaya Singapore ya bolehlah diterapin pembatasan, toh rakyat pasti tanpa disuruh juga bakal naik angkutan umum, lah ini angkutan umum juga belum siap, MRT jg belum jadi, akses ke busway juga masih ribet, langsung main batas-batasin aja kan kacau.
3. Motor Bikin Padat Jalanan.
Sudah dijelaskan di gambar diatas, dan yang paling mirisnya di Jakarta 1 mobil bisa dikendarain oleh 1 orang. Jadi space 1 mobil bisa buat space 4 pengendara motor, ya jelas lebih hemat tempat pengendara motor daripada mobil.
4. Siapa yang diuntungkan dari kebijakan ini ?
Sy ga tahu persis siapa yang diuntungkan dari kebijakan ini, tapi yang jelas untung dari kebijakan ini adalah para pengendara mobil, pengusaha taksi, dan angkutan umum.
5. MOTOR LEBIH GA TERTIB DAN UGAL-UGALAN DIBANDING MOBIL
Ini alasan yang palinggggggggg palinggggg sering saya liat di thread manapun dan terutama thread ini.
Cara menjawab pernyataan ini adalah dengan logika.
Asumsikan:
Jumlah Mobil 10 buah, Motor 10 buah.
Lalu jumlah orang yang tidak tertib adalah 5 orang pengendara mobil dan 5 orang pengendara motor.
Diibaratkan pemotor lebih banyak 10x lipat dibanding mobil, jadi
10 mobil berbanding 100 motor, 5 orang pengendara mobil tidak tertib dibandingkan 50 orang pengendara motor tidak tertib.
Ya dari jumlah aja bisa keliatan kenapa orang-orang main judge bahwa pengendara motor tidak tertib. Harusnya bandinginnya dengan jumlah yang seimbang dong, ini malah langsung main judge bahwa kaum mayoritaslah yang bersalah.
Jadi karena pemotor banyak trus langsung dilarang masuk jalur protokol? Ya jelas tidak bisa begitu, itu sama saja langsung mengambil cara tersimpel dengan merugikan salah satu pihak. Dalam prinsip keadilan, justru kedua belah pihak harus sama-sama saling diuntungkan, yakni dengan cara tingkatkan kualitas transportasi umum, bukan dengan cara melarang salah satu pihak melewati jalanan.
Lalu apa solusi terbaik untuk mengatasi persoalan ini, berikut kesimpulannya dari berbagai macam komentar:
1. Lakukan TES pelarangan lewat juga kepada mobil pribadi.
Kita lihat dalam jangka waktu 1 bulan, lebih bikin macet mana mobil atau motor. Mobil seperti taksi, kurir pickup, ambulan, dan pihak pemerintah boleh tetep lewat jalur tersebut, tapi mobil pribadi dilarang.
Kendala yang saya lihat dari komentar kaskuser adalah pemerintah takut melakukan ini karena takut para bos-bos berdasi, kaum eksekutif, dan orang asing yang ngantor di pusat kota, kalau harus naik kendaraan umum takut keringetan dan tidak aman
atau ada alasan lain sehingga pemerintah tidak bisa lakukan pembatasan mobil pribadi selain alasan diatas ? coba sebutkan.
2. Dibatasi beda dengan dilarang, jadi lebih baik dibatasi tapi tidak dilarang.
Misal suatu jalanan macet, maka cara tersimpel untuk mengatasi kemacetan adalah melarang kendaraan dengan mayoritas terbanyak untuk lewat situ dan wussshh langsung lancar kan?
Itu merupakan cara penyelesaian masalah yang tidak jantan, dan lari dari masalah. Ibarat ada dua jalur A dan B, jalur A selalu macet maka cara tersimpel adalah memindahkan sebagian besar kendaraan ke jalur B. Biarin deh jalur B jadi meledak krn kepenuhan, toh yang penting jalur A lancar jaya.
Ya jelas tidak bisa begitu, lebih baik caranya adalah dengan membatasi motor yang lewat sana.
Bagaimana caranya ?
Dengan cara motor yang mau lewat jalan tertentu harus bayar dengan tarif tertentu yang diset lebih mahal ketimbang dia naik angkutan umum, misal motor kalau mau lewat bundaran HI harus bayar 10rb.
Ya pastinya dengan cara begitu, sebagian pemotor lebih milih naik angkutan umum, dan cara ini akan menambah pemasukan pemerintah buat meningkatan kualitas angkutan umum, sehingga dengan angkutan umum makin lancar, tanpa dilarang juga orang-orang pasti milih naik angkutan umum kaya di singapore.
Kan katanya mobil dibatasi dengan cara ERP, biaya mahal dsb sehingga para pengendara mobil lama-lama berpikir untuk naik angkutan umum karena lebih irit. Lalu kenapa tidak lakukan hal yang sama kepada pengendara motor, dan malah langsung melarang pengendara motor untuk lewat? harusnya motor masih boleh lewat dengan cara membayar tarif tertentu, bukan malah dilarang lewat sama sekali.
Kalau alasannya sistem ERP susah untuk diterapkan di motor, ya pakai cara begini aja. Setiap jalan masuk mau ke jalan protokol dijaga oleh 5 polisi, dan setiap pemotor yang mau masuk harus dicek kelengkapannya terlebih dahulu dan juga bayar biaya tertentu lalu dikasih karcis akses masuk jalan protokol.
Dengan cara begitu pastinya pemotor yang ga taat aturan seperti ga pake helm ga bakal berani lewat jalan protokol, jadi bakal terseleksi cuma pemotor yang taat aturan aja yang boleh lewat. Kan kasian kalau sekarang dilarang, para pemotor yang taat aturan juga kena imbasnya, jadi kita ga bisa judge bahwa semua pemotor memiliki sikap yang tidak baik.
Kalo kaya sekarang main larang aja tapi kualitas angkutan umum selain busway juga belum baik, MRT belum jadi, ya sama aja menyusahkan banyak pihak.
Pada intinya, susah untuk menghapus kebijakan ini karena mau kita protes bagaimanapun juga blm tentu bakalan ada pengkajian ulang tentang aturan ini, seperti dalam kasus Jokowi lantik kapolri (yang anehnya udah jelas dia salah tapi masih mw dilantik jg, itu logikanya kemana ya?), mau tuh seluruh artis Indonesia kirimin petisi sampai kalau perlu artis hollywood ikutan deh kirimin petisi, juga ga yakin bakalan diubah tuh kebijakan, paling cuma ditunda aja sebentar.
Memang rakyat biasa kaya kita pasti pengetahuannya ga setau si Ahok, karena dia yang pegang data seluk beluk tiap kota. Tapi jelas sebagai pemimpin harus mendengarkan dulu masukan dari rakyat, dan dilakukan juga uji coba yang sama kepada mobil, lalu dilihat hasilnya lebih efektif mana.
Harusnya semua kebijakan pemerintah berskala besar ditanyakan dulu ke rakyat dengan cara pakai E-Voting & E-Hipotesis sekalian. Jadi kalau misal ada pihak A dan B yang berseteru, ya diuji dulu hipotesis masing-masing pihak dengan jangka waktu yang sama dan diambil hasil yang terbaik. Sehingga tidak ada lagi demo-demo anarkis, dan kebijakan yang merugikan salah satu pihak.
Btw saya dulu dukung dan coblos Jokowi - Ahok jadi Gubernur, jadi bukan aliran pembenci dia. Tapi karena motor mau dilarang sampai BLOK M, Kota Tua, Senayan, dan bahkan katanya bakal terus diperluas, ya kita ga bisa tinggal diam dan main iya2 aja. Tentu harus dilakukan uji coba yang sama kepada mobil, BIAR ADIL
Thanks ditunggu masukannya
Sebelum membaca harap bedakan dulu antara PEMBATASAN& PELARANGAN.
Kalo PEMBATASAN berarti motor masih boleh lewat tapi dengan aturan dan jumlah tertentu.
misal: motor masih boleh lewat bundaran HI tapi bayar dana tertentu, atau dari 10 motor yang ingin lewat cuma boleh 5 aja yang lewat.
Kalo PELARANGAN berarti motor dengan alasan apapun tidak boleh lewat sama sekali.
Soalnya banyak banget Kaskuser yang bilang: "Kan pemrov udah adil yakni mobil dibatasi dengan cara ERP dan motor dibatasi dengan cara ga boleh lewat
Itu mah motor bukan dibatasi tapi DILARANG LEWAT. Jadi harus bisa bedakan dulu antara dibatasi dan dilarang.
Yang dibahas dalam thread ini adalah penetapan aturan pelarangan motor, jadi motor sama sekali tidak boleh lewat.
Berikut bahasannya
Berawal dari sy lihat thread ini : http://www.kaskus.co.id/thread/54ae6...-m---kota-tua/
Akhirnya saya memutuskan untuk buat thread ini karena kebijakan kontroversial yang dibuat oleh Ahok terkait larangan motor untuk lewat jalan2 tertentu di Jakarta.
Spoiler for ini beritanya:
Yang ingin saya tanyakan disini kepada kaskuser adalah
Lebih setuju mana mobil atau motor yang dibatasin?
Masalahnya adalah kok cuma motor doang yang dibatasin, kenapa mobil pribadi tidak dilakukan uji coba pembatasan, dan liat lebih efektif mana pembatasan motor atau mobil.
Harusnya dalam keilmuan apapun, uji hipotesis itu harus seimbang antara kedua belah pihak, dalam kasus ini adalah lebih efektif mana pembatasan motor atau mobil pribadi dalam mengurangi kemacetan.
Uji Hipotesis yang benar adalah menguji dengan rentang waktu pembatasan yang sama, yakni 1 bulan untuk motor, dan 1 bulan untuk mobil pribadi.
Kali ini malah si Ahok jutsru langsung ngejudge bahwa motor-lah biang penyebab kemacetan, tanpa melakukan uji coba yang adil terlebih dahulu.
Quote:
Liat ini gambar perbandingan, antara kepadatan jalan jika pakai motor / mobil:
Dari masukan komentar kaskuser, jelas mobil lebih banyak mengambil ruang dibanding motor. Dibandingkan dengan saat kendaraan berjalan, perbandingannya bisa 1 space mobil muat untuk 2 motor. Masalahnya adalah kebanyakan orang yang pakai mobil, di dalam mobil hanya diisi oleh 1 orang aja. Jadi lebih hemat tempat motor baik dari segi sedang berjalan maupun dari segi parkir.
Dari gambar diatas juga dapat dilihat space parkir mobil lebih besar 4 kali lipat dibanding motor. Jadi misal tempat parkir muat 100 mobil, itu bisa memuat 400 motor. Asumsi 1 mobil dinaiki 2 orang dan motor juga 2 orang, berarti perbandingannya adalah 200 : 800 orang. = 1 : 4. Intinya adalah berlakukan ketentuan 4 in 1 jangan cuma 3 in 1, karena dengan 4 in 1 lah space mobil bisa dipakai dengan lebih efektif.
Dari berbagai macam komentar yang saya lihat dari thread2 lain yang membahas hal yang sama dan thread ini , berikut saya simpulkan kedalam beberapa bahasan.
1. Bagus dong pemotor ga bisa lewat, toh mereka yang ngebikin macet
Dari semua komentar yang dukung kebijakan in, saya lihat mereka pada pakai mobil pribadi semua. Coba kalau anda yang punya mobil pribadi berada dalam sudut pandang si pemotor, ya pasti ga bakalan setuju.
Jadi yang punya mobil pribadi juga jangan egois dan tutup mata atas kebijakan ini, para pemotor juga kalo ada duit bakal milih naik mobil pribadi daripada naik motor panas-panasan.
2. Kan para pemotor bisa naik kendaraan umum seperti busway.
Masalahnya adalah dari rumah ke busway-nya mau naik kendaraan umum apa? mang busway langsung ada lewat depan rumah? Memang kita bisa naik angkot atau metromini, tapi jelas lebih ribet, makan waktu, dan lebih tidak aman dibanding naik motor. Coba kalau orang yang kerja dari luar daerah kaya Tangerang ke Sudirman, itu jelas lebih efektif naik motor dibanding naik angkutan umum.
Soal masalah keamanan, sy bisa bilang bahwa angkutan umum tidak aman, karena saudara saya pernah ditodong lalu dijorokin ke aspal pas naik metromini, dan untung nyawanya selamat.
Kalau Jakarta dah kaya Singapore ya bolehlah diterapin pembatasan, toh rakyat pasti tanpa disuruh juga bakal naik angkutan umum, lah ini angkutan umum juga belum siap, MRT jg belum jadi, akses ke busway juga masih ribet, langsung main batas-batasin aja kan kacau.
3. Motor Bikin Padat Jalanan.
Sudah dijelaskan di gambar diatas, dan yang paling mirisnya di Jakarta 1 mobil bisa dikendarain oleh 1 orang. Jadi space 1 mobil bisa buat space 4 pengendara motor, ya jelas lebih hemat tempat pengendara motor daripada mobil.
4. Siapa yang diuntungkan dari kebijakan ini ?
Sy ga tahu persis siapa yang diuntungkan dari kebijakan ini, tapi yang jelas untung dari kebijakan ini adalah para pengendara mobil, pengusaha taksi, dan angkutan umum.
5. MOTOR LEBIH GA TERTIB DAN UGAL-UGALAN DIBANDING MOBIL
Ini alasan yang palinggggggggg palinggggg sering saya liat di thread manapun dan terutama thread ini.
Cara menjawab pernyataan ini adalah dengan logika.
Asumsikan:
Jumlah Mobil 10 buah, Motor 10 buah.
Lalu jumlah orang yang tidak tertib adalah 5 orang pengendara mobil dan 5 orang pengendara motor.
Diibaratkan pemotor lebih banyak 10x lipat dibanding mobil, jadi
10 mobil berbanding 100 motor, 5 orang pengendara mobil tidak tertib dibandingkan 50 orang pengendara motor tidak tertib.
Ya dari jumlah aja bisa keliatan kenapa orang-orang main judge bahwa pengendara motor tidak tertib. Harusnya bandinginnya dengan jumlah yang seimbang dong, ini malah langsung main judge bahwa kaum mayoritaslah yang bersalah.
Jadi karena pemotor banyak trus langsung dilarang masuk jalur protokol? Ya jelas tidak bisa begitu, itu sama saja langsung mengambil cara tersimpel dengan merugikan salah satu pihak. Dalam prinsip keadilan, justru kedua belah pihak harus sama-sama saling diuntungkan, yakni dengan cara tingkatkan kualitas transportasi umum, bukan dengan cara melarang salah satu pihak melewati jalanan.
Lalu apa solusi terbaik untuk mengatasi persoalan ini, berikut kesimpulannya dari berbagai macam komentar:
1. Lakukan TES pelarangan lewat juga kepada mobil pribadi.
Kita lihat dalam jangka waktu 1 bulan, lebih bikin macet mana mobil atau motor. Mobil seperti taksi, kurir pickup, ambulan, dan pihak pemerintah boleh tetep lewat jalur tersebut, tapi mobil pribadi dilarang.
Kendala yang saya lihat dari komentar kaskuser adalah pemerintah takut melakukan ini karena takut para bos-bos berdasi, kaum eksekutif, dan orang asing yang ngantor di pusat kota, kalau harus naik kendaraan umum takut keringetan dan tidak aman
atau ada alasan lain sehingga pemerintah tidak bisa lakukan pembatasan mobil pribadi selain alasan diatas ? coba sebutkan.
2. Dibatasi beda dengan dilarang, jadi lebih baik dibatasi tapi tidak dilarang.
Misal suatu jalanan macet, maka cara tersimpel untuk mengatasi kemacetan adalah melarang kendaraan dengan mayoritas terbanyak untuk lewat situ dan wussshh langsung lancar kan?
Itu merupakan cara penyelesaian masalah yang tidak jantan, dan lari dari masalah. Ibarat ada dua jalur A dan B, jalur A selalu macet maka cara tersimpel adalah memindahkan sebagian besar kendaraan ke jalur B. Biarin deh jalur B jadi meledak krn kepenuhan, toh yang penting jalur A lancar jaya.
Ya jelas tidak bisa begitu, lebih baik caranya adalah dengan membatasi motor yang lewat sana.
Bagaimana caranya ?
Dengan cara motor yang mau lewat jalan tertentu harus bayar dengan tarif tertentu yang diset lebih mahal ketimbang dia naik angkutan umum, misal motor kalau mau lewat bundaran HI harus bayar 10rb.
Ya pastinya dengan cara begitu, sebagian pemotor lebih milih naik angkutan umum, dan cara ini akan menambah pemasukan pemerintah buat meningkatan kualitas angkutan umum, sehingga dengan angkutan umum makin lancar, tanpa dilarang juga orang-orang pasti milih naik angkutan umum kaya di singapore.
Kan katanya mobil dibatasi dengan cara ERP, biaya mahal dsb sehingga para pengendara mobil lama-lama berpikir untuk naik angkutan umum karena lebih irit. Lalu kenapa tidak lakukan hal yang sama kepada pengendara motor, dan malah langsung melarang pengendara motor untuk lewat? harusnya motor masih boleh lewat dengan cara membayar tarif tertentu, bukan malah dilarang lewat sama sekali.
Kalau alasannya sistem ERP susah untuk diterapkan di motor, ya pakai cara begini aja. Setiap jalan masuk mau ke jalan protokol dijaga oleh 5 polisi, dan setiap pemotor yang mau masuk harus dicek kelengkapannya terlebih dahulu dan juga bayar biaya tertentu lalu dikasih karcis akses masuk jalan protokol.
Dengan cara begitu pastinya pemotor yang ga taat aturan seperti ga pake helm ga bakal berani lewat jalan protokol, jadi bakal terseleksi cuma pemotor yang taat aturan aja yang boleh lewat. Kan kasian kalau sekarang dilarang, para pemotor yang taat aturan juga kena imbasnya, jadi kita ga bisa judge bahwa semua pemotor memiliki sikap yang tidak baik.
Kalo kaya sekarang main larang aja tapi kualitas angkutan umum selain busway juga belum baik, MRT belum jadi, ya sama aja menyusahkan banyak pihak.
Pada intinya, susah untuk menghapus kebijakan ini karena mau kita protes bagaimanapun juga blm tentu bakalan ada pengkajian ulang tentang aturan ini, seperti dalam kasus Jokowi lantik kapolri (yang anehnya udah jelas dia salah tapi masih mw dilantik jg, itu logikanya kemana ya?), mau tuh seluruh artis Indonesia kirimin petisi sampai kalau perlu artis hollywood ikutan deh kirimin petisi, juga ga yakin bakalan diubah tuh kebijakan, paling cuma ditunda aja sebentar.
Memang rakyat biasa kaya kita pasti pengetahuannya ga setau si Ahok, karena dia yang pegang data seluk beluk tiap kota. Tapi jelas sebagai pemimpin harus mendengarkan dulu masukan dari rakyat, dan dilakukan juga uji coba yang sama kepada mobil, lalu dilihat hasilnya lebih efektif mana.
Harusnya semua kebijakan pemerintah berskala besar ditanyakan dulu ke rakyat dengan cara pakai E-Voting & E-Hipotesis sekalian. Jadi kalau misal ada pihak A dan B yang berseteru, ya diuji dulu hipotesis masing-masing pihak dengan jangka waktu yang sama dan diambil hasil yang terbaik. Sehingga tidak ada lagi demo-demo anarkis, dan kebijakan yang merugikan salah satu pihak.
Btw saya dulu dukung dan coblos Jokowi - Ahok jadi Gubernur, jadi bukan aliran pembenci dia. Tapi karena motor mau dilarang sampai BLOK M, Kota Tua, Senayan, dan bahkan katanya bakal terus diperluas, ya kita ga bisa tinggal diam dan main iya2 aja. Tentu harus dilakukan uji coba yang sama kepada mobil, BIAR ADIL
Thanks ditunggu masukannya
Quote:
0
184.1K
2.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.5KThread•48.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya