agan dan aganwati sekalian. ane mau sedikit curhat dan nanya pendapat. semoga ane dapet pencerahan disini. hehehe

Ane rencana nikah tahun ini. ane cowo gan. secara finansial puji Tuhan cukup gan. Ane dikasi bekal usaha, rumah dan kendaraan pribadi oleh ortu. Selain itu ane di bekali sekolah yg cukup (walau ortu ane ingin lebih, tapi ane mutuskan untuk lanjut setelah nikah) yaitu s2.

Ane dari suku Bali tapi beragama Kristen Protestan. walau begitu masih ada sedikit unsur budaya dalam kehidupan ane. itu sekilas dari ane

pasangan ane :

cewek temen ane smp. Kita pacaran dari sma kelas 2 hingga saat ini. kurang lebih tahun ini ane 10 tahun pacaran gan (makanya ngebet bgt kimpoi). cewek ane keturunan tionghoa. kedua ortu berdagang dan memiliki keluarga cukup berada. pacar ane itu anak ke 2 dari 3 bersaudara. ketiganya cewek dan dokter semua.

pacaran ane selama 8 tahun terakhir ini long distance gan. ane kuliah di jogja, dia di surabaya. ane lulus dan menetap di bali, dia penempatan di banyuwangi.

selain itu ane pacaran sampe tahun ke 6 itu masi backstreet. karena ortunya pacar ane ga mau anaknya pacaran dengan non tionghoa (no sara) dan menurut ane itu masih wajar karena kebanyakan ortu ingin anaknya menikah dengan 1 suku agar lebih akrab dan menjalankan budaya.

skip skip

walau akhirnya ortunya setuju (tidak 100%) ane membranikan diri untuk menyatakan bahwa ane ingin serius dan menikah dengan pacar ane. si ortu menerima dengan memberi batasan untuk tidak terlalu lama (ane ngomong tahun 2013). ane menyanggupi menikah tahun 2015.

selama jalannya waktu pacar ane luar biasa tegar. sering dihina, dicaci, disumpahi bermacam2 kata2 dari keluarga besarnya karena rencana menikah dengan ane. tetapi dia cewek yg sangat tegar. selain itu ortu ane awalnya ketika tahu keluarga cewe ane tidak setuju. sering berusaha untuk mengarahkan ane supaya berpikir kembali dan mencari yg lain. tapi kita tetap pada prinsip bahwa hubungan ini kita yg mulai dan menjalani. orang lain boleh bilang apa,hina,kutuk tapi berkat datangnya dari Tuhan. itu prinsip kita.

tetapi sering karena manusia kita lemah. beberapa kali hampir putus gara2 ga kuat dgn kata2 mereka. mamanya dulu sering berkata kasar sudah tidak berkata kasar dan lebih memilih menangis setiap mereka berbicara. sehingga tekananny lebih kuat daripada jika di bentak.

lanjut..
1. lamaran

awal 2014 ane menyatakan bahwa ane ingin tunangan awal 2015. tanpa adat alias nasional. ortu pacar ane setuju dgn alasan karena berbeda budaya dan suku. kita pilih nasional.

berjalannya waktu

tiba2 terjadi perubahan cara pertunangan. keluarga besarnya memaksa untuk menggunakan budaya tionghoa. saya berusaha menjelaskan kepada ortu dan keluarga cewek ane bahwa ane ga paham budaya tionghoa. mereka menjelaskan dengan detail dan saya merasa tidak ada salahnya jika itu dijalankan dan bisa dilanjutkan dengan ibadah pertunangan(menurut budaya gereja tradisional bali). saya berusaha agar bisa memasukan unsur budaya bali tetapi toh tidak bisa. ortu saya dgn lapang dada menerima jika tidak ada tukar cincin (yg menjadi syarat dari pertunangan dan pemberkatan pertunangan dan tentunya syarat menikah). diganti dengan pengalungan kalung ( sesuai budaya tionghoa). permasalah ane yg butuh pendapat agan2.

1. apakah dalam budaya tionghoa, lamaran itu tidak boleh ada ibadahnya?
2. apakah dalam budaya tionghoa, doa pemberkatan 2 pasangan lamaran itu tidak boleh?
3. bagaimana cara menolak secara halus jika dari pihak keluarga cewe ane minta agar pestanya pernikahan menurut kebiasaan mereka (salon, baju pegantin, foto, dekorasi, dll) karena keluarga cewe ane cukup berada dan biaya nikah anak2nya semua hampir diatas 700jt. sedangkan ane memang ga mau jor2an karena mikir setelah nikah masih ada hidup yg harus dijalani dan rencana ane mau kuliahin cewe ane spesialis.

plis sarannya gan. ane bingung.