• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ketika Akhir Hayat Nokia, Fuji Film dan Walkman Ditangkal #ResolusiExpress2015

aribandimantraAvatar border
TS
aribandimantra
Ketika Akhir Hayat Nokia, Fuji Film dan Walkman Ditangkal #ResolusiExpress2015
Dalam ranah bisnis, pameo “berubah atau mati” sepertinya berlaku absolut. Ketika sebuah perusahaan berhenti berinovasi atau melakukan perubahan, maka usianya tidak akan bertahan lama. Kasus matinya Nokia, pabrikan ponsel sejuta umat yang pernah menguasai pasar telepon seluler dunia adalah satu contoh betapa inovasi harus harus terus dilakukan agar bisa survive dan eksis.

Nokia sempat berjaya di era tahun 1990an sampai awal 2000an. Ketika itu, Samsung dan iPhone belum dikenal. Paling banter Motorola dan Sony Ericsson yang bisa membayang-bayangi Nokia. Kesederhanaan jadi kunci sukses Nokia waktu itu. Nokia memang simple dan mudah digunakan.

Seiring berjalannya waktu, Samsung dan iPhone muncul, menggebrak dunia dengan varian ponsel pintar. Nokia yang asik tenggelam dengan konsep ponsel sederhana yang sudah jadi ciri khasnya, gagap ketika pasar menyambut kehadiran smartphone. Hingga akhirnya, berbagai aplikasi yang memudahkan aktifitas dan menyenangkan pengguna ponsel hadir di smartphone, namun tidak bisa disediakan oleh Nokia. Perlahan namun pasti, pengguna Nokia eksodus ke Samsung dan iPhone. Kita semua, yang masih ABG di rentang waktu tahun 1990an sampai tahun 2000an, pasti pernah jadi user Nokia. Tapi kini, HP kita berganti iPhone, Samsung atau ponsel android lainnya.

Punahnya Nokia, menarik kita cermati dalam sebuah siklus bisnis yang penuh dengan tantangan. Bagi para pebisnis, Nokia adalah lelajaran berharga. Bahwa kelambanan dalam berinovasi atau melakukan perubahan, pada akhirnya akan berujung pada kematian. Sebetulnya, masih banyak perusahaan lain yang juga punah karena gagal dalam berinovasi, seperti Fuji Film (roll) yang dilindas oleh kehadiran kamera-kamera digital dan kemera ponsel beresolusi tinggi atau Walkman (Sony) yang tergeser seiring hadirnya pemutar musik di smartphone.

Kasus Nokia, Walkman dan kamera Fuji Film (roll) tampaknya dijadikan pelajaran oleh taksi Express. Seperti kita saksikan di jalanan, terutama di Jakarta, ada puluhan merek taksi yang hilir mudik. Tak hanya taksi Express sebagai perusahaan taksi terbesar kedua di Indonesia atau Blue Bird, namun ada juga TransCab, Primajasa, Taksiku, Cipaganti, dan lain sebagainya. Persaingan bisnis taksi sangat kompetitif. Jika tidak berbenah, maka bisa bernasib seperti Nokia, Walkman dan Fuji Film.

Melalui program #ResolusiExpress2015 yang digalang menggunakan official akun @Express_Group, taksi Express mencoba melakukan inovasi. Yakni pendekatan untuk membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Program #ResolusiExpress2015 melibatkan konsumen untuk perbaikan layanan Express, sehingga mereka merasakan kedekatan dan bagian dari Express. Yang menarik, program #ResolusiExpress2015 ini tidak semata-mata dilakukan sekadar formalitas, namun secara nyata langsung direspons oleh pihak Express dalam bentuk langkah kongkrit

Bagi kita para pegiat bisnis, langkah #ResolusiExpress2015 ini bisa jadi contoh untuk berinovasi. Kita bisa membuat program yang melibatkan calon konsumen untuk memberikan masukan atau ide-ide untuk pengembangan usaha. Yuk, mari berbagi!


Diubah oleh aribandimantra 15-01-2015 04:01
0
6.5K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.