- Beranda
- The Lounge
Mengenal lebih dekat, Sang kepala Basarnas FHB Soelistyo
...
TS
nenggratis
Mengenal lebih dekat, Sang kepala Basarnas FHB Soelistyo
Quote:
Kenal dengan sosok diatas gan??Sosok yang hampir setengah sebulan ini selalu menghiasi media terkait jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 , dari beliaulah segala informasi terkait Air Asia QZ8501 didapatkan. Ya Beliau adalah Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Soelistyo atau yang akrab disapa FHB Soelistyo. Ane akan membahas sedikit mengenai sosok Jendral tiga ini. cekidot
Quote:
Spoiler for Profil FHB Soelistyo:
Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Soelistyo, S.Sos. Lahir di Yogyakarta, pada tahun1957 adalah seorang perwira tinggi TNI-AU yang sejak 14 April 2014 menjabat sebagai Kepala BASARNAS menggantikan Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin.
Lulusan Akabri Udara pada tahun1982. Beliau Mengawali karier melalui Sekolah Penerbang Angkatan 28, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 35 dan berpengalaman sebagai penerbang tempur Hawk MK-53. F. Bambang juga pernah melakukan aerobatik solo dengan pesawat tersebut pada Jakarta Air Show (JAS’96) di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan leader pada tim aerobatic Jupiter tahun 1997. Selain itu F. Bambang Soelistyo pernah menjadi anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina sebagai pasukan United Nation Military Observer (1993-1994).
Lulusan Akabri Udara pada tahun1982. Beliau Mengawali karier melalui Sekolah Penerbang Angkatan 28, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 35 dan berpengalaman sebagai penerbang tempur Hawk MK-53. F. Bambang juga pernah melakukan aerobatik solo dengan pesawat tersebut pada Jakarta Air Show (JAS’96) di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan leader pada tim aerobatic Jupiter tahun 1997. Selain itu F. Bambang Soelistyo pernah menjadi anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina sebagai pasukan United Nation Military Observer (1993-1994).
Spoiler for Pendidikan:
Pendidikan umum dan militer yang pernah dilaluinya adalah SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta dan S-1 Universitas Merdeka Madiun serta Sekkau, Seskoau, Sesko TNI, Lemhannas DSC/DSSC, Sekbang Angkatan ke-28, Air Refueling Course A-4 Sky Hawk, Combat Survival Course, Sekolah Instruktur Penerbang serta Defence Strategic and Studies Course. Suami dari Ratih Setyaningsih dan ayah dua putra/putri dari Arniha Citra L dan R.H Yudha memiliki tanda kehormatan Satya Lencana Kesetiaan VIII,XVI, XXIV, Satya Lencana Dwidya Sista, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Santi Dharma serta UN Medal dan Bintang Yudha Dharma Pratama
Spoiler for Karir militer:
- Perwira Pnb. Wing 300 Kohanudnas
- Perwira Pnb. Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru
- Kadisops Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi
- Danskadik 103 Lanud Adi Sutjipto
- Danwing 3 Lanud Iswahjudi
- Dan Lanud Sultan Hasanuddin
- Dosen Utama Sesko TNI
- Paban II Mindik Ditdik Sesko TNI
- Pangkosek III/Medan[3]
- Kadispenau[4]
- Pangkohanudnas
- Direnhan Kemenhan RI[5]
- Kepala Basarnas
- Perwira Pnb. Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru
- Kadisops Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi
- Danskadik 103 Lanud Adi Sutjipto
- Danwing 3 Lanud Iswahjudi
- Dan Lanud Sultan Hasanuddin
- Dosen Utama Sesko TNI
- Paban II Mindik Ditdik Sesko TNI
- Pangkosek III/Medan[3]
- Kadispenau[4]
- Pangkohanudnas
- Direnhan Kemenhan RI[5]
- Kepala Basarnas
Spoiler for Prestasi:
- Penerbang pesawat tempur Hawk MK - 53
- Anggota Kontingen Garuda XIV / Bosnia - Herzegovina 1993 - 1994
- Leader tim aerobatic Jupiter tahun 1997
- Anggota Kontingen Garuda XIV / Bosnia - Herzegovina 1993 - 1994
- Leader tim aerobatic Jupiter tahun 1997
Spoiler for FHB Soelistyo dalam berita:
Spoiler for Berita 1:
F Henry Bambang Sulistyo, Kabasarnas Baru yang Eks Pilot Pesawat Tempur
Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan baru saja melantik Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) hari ini, Marsekal Muda TNI F Henry Bambang Sulistyo. Sebelum di Basarnas, Henry memiliki pengalaman panjang menjadi pilot pesawat tempur.
"Saya banyak berkecimpung di penerbang tempur. Saya dulu tugasnya duduk di kokpit pesawat tempur," kata Henry usai pelantikan di Gedung Kemenhub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (14/4/2014).
Henry dilantik menggantikan Kabasarnas sebelumnya, Mayor Jenderal TNI Marinir Alfan Baharuddin. Henry menjadi pilot pesawat tempur sampai mencapai pangkat bintang satu. Kemudian, dia sempat menduduki Dirjen Rencana Pertahanan Kemenhan sebelum akhirnya dilantik menjadi Kabasarnas.
Masa kecil Henry dan masa-masa sekolahnya dihabiskan di kota gudeg, Yogyakarta. "Saya lahir di Yogyakarta, hampir seluruh pendidikan ada di Yogya, termasuk Akabri bagian udara tahun '82," imbuhnya.
Menurut situs TNI, Henry mengenyam masa SMA di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta dan S-1 Universitas Merdeka Madiun. Kemudian Sekkau, Seskoau, Sesko TNI, Lemhannas DSC/DSSC, Sekbang Angkatan ke-28, Air Refueling Course A-4 Sky Hawk, Combat Survival Course, Sekolah Instruktur Penerbang serta Defence Strategic and Studies Course.
Mengawali karier di TNI AU melalui Sekolah Penerbang Angkatan 28, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 35 dan berpengalaman sebagai penerbang tempur Hawk MK-53. Bambang juga pernah melakukan aerobatik solo dengan pesawat tersebut pada Jakarta Air Show (JAS’96) di Bandara Sukarno-Hatta dan leader pada tim aerobatic Jupiter tahun 1997. Selain itu Henry pernah menjadi anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina sebagai pasukan United Nation Military Observer (1993-1994).
Mantan Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas) III Medan ini, sejak awal kariernya telah mendapat kepercayaan beberapa jabatan penting diantaranya Perwira Pnb Wing 300 Kohanudnas, Perwira Pnb. Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, Kadisops Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Danskadik 103 Lanud Adi Sutjipto, Danwing 3 Lanud Iswahjudi, Dan Lanud Sultan Hasanuddin, Dosen Utama Sesko TNI dan pernah menjadi Kadispen AU menggantikan Marsma TNI Chaerudin Ray pada 2 Februari 2009.
Henry mengungkapkan dia memiliki hobi makan, olahraga dan kerja. Namun meski sudah mengudara bersama pesawat tempur, namun makanan favoritnya sangat membumi. "Makanan favorit saya tempe," tutur suami dari Ratih Setyaningsih dan ayah dua putra/putri dari Arniha Citra L dan RH Yudha ini.
Sumber
Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan baru saja melantik Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) hari ini, Marsekal Muda TNI F Henry Bambang Sulistyo. Sebelum di Basarnas, Henry memiliki pengalaman panjang menjadi pilot pesawat tempur.
"Saya banyak berkecimpung di penerbang tempur. Saya dulu tugasnya duduk di kokpit pesawat tempur," kata Henry usai pelantikan di Gedung Kemenhub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (14/4/2014).
Henry dilantik menggantikan Kabasarnas sebelumnya, Mayor Jenderal TNI Marinir Alfan Baharuddin. Henry menjadi pilot pesawat tempur sampai mencapai pangkat bintang satu. Kemudian, dia sempat menduduki Dirjen Rencana Pertahanan Kemenhan sebelum akhirnya dilantik menjadi Kabasarnas.
Masa kecil Henry dan masa-masa sekolahnya dihabiskan di kota gudeg, Yogyakarta. "Saya lahir di Yogyakarta, hampir seluruh pendidikan ada di Yogya, termasuk Akabri bagian udara tahun '82," imbuhnya.
Menurut situs TNI, Henry mengenyam masa SMA di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta dan S-1 Universitas Merdeka Madiun. Kemudian Sekkau, Seskoau, Sesko TNI, Lemhannas DSC/DSSC, Sekbang Angkatan ke-28, Air Refueling Course A-4 Sky Hawk, Combat Survival Course, Sekolah Instruktur Penerbang serta Defence Strategic and Studies Course.
Mengawali karier di TNI AU melalui Sekolah Penerbang Angkatan 28, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 35 dan berpengalaman sebagai penerbang tempur Hawk MK-53. Bambang juga pernah melakukan aerobatik solo dengan pesawat tersebut pada Jakarta Air Show (JAS’96) di Bandara Sukarno-Hatta dan leader pada tim aerobatic Jupiter tahun 1997. Selain itu Henry pernah menjadi anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina sebagai pasukan United Nation Military Observer (1993-1994).
Mantan Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas) III Medan ini, sejak awal kariernya telah mendapat kepercayaan beberapa jabatan penting diantaranya Perwira Pnb Wing 300 Kohanudnas, Perwira Pnb. Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, Kadisops Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Danskadik 103 Lanud Adi Sutjipto, Danwing 3 Lanud Iswahjudi, Dan Lanud Sultan Hasanuddin, Dosen Utama Sesko TNI dan pernah menjadi Kadispen AU menggantikan Marsma TNI Chaerudin Ray pada 2 Februari 2009.
Henry mengungkapkan dia memiliki hobi makan, olahraga dan kerja. Namun meski sudah mengudara bersama pesawat tempur, namun makanan favoritnya sangat membumi. "Makanan favorit saya tempe," tutur suami dari Ratih Setyaningsih dan ayah dua putra/putri dari Arniha Citra L dan RH Yudha ini.
Sumber
Spoiler for Berita 2:
Tentang Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Soelistyo
MUSIBAH jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 memunculkan sosok Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo. Pembawaan yang tenang namun tegas saat melayani ratusan media dari dalam negeri membuat Soelistyo berperan besar dalam kesuksesan Basarnas menemukan lokasi jatuhnya pesawat dalam tempo singkat, hanya tiga hari.
Memimpin pencarian pesawat AirAsia QZ8501 menyita seluruh energi Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) F.H.B. Soelistyo. Sejak pesawat berpenumpang 155 orang itu dikabarkan hilang kontak Minggu pagi lalu (28/12), Soelistyo, yang menggantikan Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin sebagai kepala Basarnas sejak 14 April 2014, merasa seperti pindah rumah.
Pria kelahiran Surabaya 57 tahun lalu itu berada di Kantor Basarnas 24 jam. “Saya setiap malam tidur di kantor. Tidur paling mulai jam 03.00 WIB, jam 05.00 sudah harus bangun lagi,” kata dia.
Selama di kantor, perwira TNI-AU lulusan Akabri Udara 1982 itu bersama dengan stafnya mengevaluasi kerja yang tengah dilakukan tim SAR di lapangan. Mereka menghitung kemungkinan keberadaan pesawat dengan mempertimbangkan kondisi laut tiap hari. Karena kesibukan itu, tak jarang pula dia lupa mandi dan makan.
“Saya kan punya tanggung jawab ya, menyampaikan pada kalian, mempertanggungjawabkan apa yang kami lakukan pada pihak keluarga dan masyarakat. Jadi, tentu harus dilakukan maksimal,” tutur mantan Dirjen Renhan Kemenhan tersebut.
Dia mengatakan, ada masanya kejenuhan dan kebingungan mendatanginya. Saat itu tiba, dia hanya bisa termenung. Dia pun memilih duduk sendiri dan memejamkan mata sembari memanjatkan doa.
“Berharap dapat segera mendapat jalan keluar atas apa yang sedang saya dan tim kerjakan,” ungkap pria yang menempuh pendidikan SMA di SMAN Argomulyo, Jogjakarta, dan S-1 di Universitas Merdeka Madiun itu.
Dalam tiga hari terakhir pencarian pesawat AirAsia QZ8501, dia mengaku begitu melankolis. Kesedihan muncul karena belum ada temuan yang mengarah pada keberadaan pesawat AirAsia atau penumpangnya. Puncaknya saat dia melakukan telekonferensi dengan keluarga para penumpang pesawat rute Surabaya-Singapura itu. Tangis Soelistyo pecah.
“Keluarga memiliki harapan besar dan kami belum bisa memenuhinya,” kata suami Ratih Setyaningsih tersebut.
Namun, kelegaan mulai muncul saat tim SAR di lapangan mulai melaporkan temuan-temuan. Mulai puing hingga emergency exit yang diduga kuat milik pesawat AirAsia yang hilang kontak Minggu lalu tersebut. Temuan itu pun menjawab keyakinannya sejak pagi.
“Gak tahu kenapa, ada keyakinan tersendiri yang gak bisa saya jelaskan. Saya yakin hari ini. Dan Tuhan tunjukkan jalan. Meski, hasilnya tidak sesuai dengan harapan (karena korban meninggal). Itu kuasa Gusti Allah,” urai ayah dua anak tersebut.
Soelistyo menuturkan, keberhasilan pencarian dalam waktu singkat itu dicapai bukan karena kerjanya seorang diri. Dia menyatakan, hasil itu diperoleh berkat kerja seluruh tim SAR yang luar biasa dan didukung sistem yang maksimal. “Ini kerja kami semua. Bukan hanya saya,” tegasnya.
Sumur
MUSIBAH jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 memunculkan sosok Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo. Pembawaan yang tenang namun tegas saat melayani ratusan media dari dalam negeri membuat Soelistyo berperan besar dalam kesuksesan Basarnas menemukan lokasi jatuhnya pesawat dalam tempo singkat, hanya tiga hari.
Memimpin pencarian pesawat AirAsia QZ8501 menyita seluruh energi Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) F.H.B. Soelistyo. Sejak pesawat berpenumpang 155 orang itu dikabarkan hilang kontak Minggu pagi lalu (28/12), Soelistyo, yang menggantikan Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin sebagai kepala Basarnas sejak 14 April 2014, merasa seperti pindah rumah.
Pria kelahiran Surabaya 57 tahun lalu itu berada di Kantor Basarnas 24 jam. “Saya setiap malam tidur di kantor. Tidur paling mulai jam 03.00 WIB, jam 05.00 sudah harus bangun lagi,” kata dia.
Selama di kantor, perwira TNI-AU lulusan Akabri Udara 1982 itu bersama dengan stafnya mengevaluasi kerja yang tengah dilakukan tim SAR di lapangan. Mereka menghitung kemungkinan keberadaan pesawat dengan mempertimbangkan kondisi laut tiap hari. Karena kesibukan itu, tak jarang pula dia lupa mandi dan makan.
“Saya kan punya tanggung jawab ya, menyampaikan pada kalian, mempertanggungjawabkan apa yang kami lakukan pada pihak keluarga dan masyarakat. Jadi, tentu harus dilakukan maksimal,” tutur mantan Dirjen Renhan Kemenhan tersebut.
Dia mengatakan, ada masanya kejenuhan dan kebingungan mendatanginya. Saat itu tiba, dia hanya bisa termenung. Dia pun memilih duduk sendiri dan memejamkan mata sembari memanjatkan doa.
“Berharap dapat segera mendapat jalan keluar atas apa yang sedang saya dan tim kerjakan,” ungkap pria yang menempuh pendidikan SMA di SMAN Argomulyo, Jogjakarta, dan S-1 di Universitas Merdeka Madiun itu.
Dalam tiga hari terakhir pencarian pesawat AirAsia QZ8501, dia mengaku begitu melankolis. Kesedihan muncul karena belum ada temuan yang mengarah pada keberadaan pesawat AirAsia atau penumpangnya. Puncaknya saat dia melakukan telekonferensi dengan keluarga para penumpang pesawat rute Surabaya-Singapura itu. Tangis Soelistyo pecah.
“Keluarga memiliki harapan besar dan kami belum bisa memenuhinya,” kata suami Ratih Setyaningsih tersebut.
Namun, kelegaan mulai muncul saat tim SAR di lapangan mulai melaporkan temuan-temuan. Mulai puing hingga emergency exit yang diduga kuat milik pesawat AirAsia yang hilang kontak Minggu lalu tersebut. Temuan itu pun menjawab keyakinannya sejak pagi.
“Gak tahu kenapa, ada keyakinan tersendiri yang gak bisa saya jelaskan. Saya yakin hari ini. Dan Tuhan tunjukkan jalan. Meski, hasilnya tidak sesuai dengan harapan (karena korban meninggal). Itu kuasa Gusti Allah,” urai ayah dua anak tersebut.
Soelistyo menuturkan, keberhasilan pencarian dalam waktu singkat itu dicapai bukan karena kerjanya seorang diri. Dia menyatakan, hasil itu diperoleh berkat kerja seluruh tim SAR yang luar biasa dan didukung sistem yang maksimal. “Ini kerja kami semua. Bukan hanya saya,” tegasnya.
Sumur
Spoiler for Berita 3:
Jerih Payah Marsekal Madya Henry Bambang Soelistyo dan Empati untuk Keluarga Korban AirAsia
Ketika menara Pengawas Lalu Lintas Udara Bandara Internasional Soekarno-Hatta menghubungi kantor Badan SAR Nasional terkait hilangnya sinyal pesawat AirAsia QZ 8501 pada 28 Desember lalu, Marsekal Madya F Henry Bambang Soelistyo (55) segera mengerahkan unsur kekuatan Basarnas di daerah. Pergerakan diawali dari pos Basarnas di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
”Hari ini, kami luncurkan dulu semua unsur dan potensi kekuatan yang kami miliki. Besok, baru kami adakan koordinasi,” demikian pernyataan Soelistyo di depan media beberapa jam setelah pesawat tersebut dinyatakan hilang.
Wajahnya tegang. Pada waktu itu, Soelistyo menyatakan, dia dan Badan SAR Nasional (Basarnas) akan berusaha secepat mungkin menemukan keberadaan pesawat naas itu.
Ketika ditemui beberapa hari kemudian, Soelistyo mengatakan, setelah menerima informasi kejadian merupakan waktu tanggap bagi Basarnas untuk bergerak secepat mungkin. Pada saat itu, koordinasi belum langsung tertata. Bahkan, wilayah lokasi pencarian masih diperhitungkan.
”Karena ini musibah pesawat, yang saya luncurkan adalah kekuatan yang berhubungan dengan kecelakaan pesawat, alat-alatnya, personelnya, dan alat utamanya, yakni kapal dan pesawat terbang,” ujarnya.
Kala itu, dia segera berkoordinasi dengan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk menggerakkan unsur kekuatan yang berada di bawah kendali TNI. Pada saat itu, tercatat setidaknya 12 kapal Basarnas dari sejumlah pangkalan, kapal TNI AL, dan Polisi Air langsung bergerak. Dari udara, pesawat dan 2 helikopter milik TNI AU serta 2 helikopter Basarnas bergerak menuju titik hilangnya pesawat AirAsia.
Menurut Soelistyo, bersamaan dengan kekuatan SAR yang mulai bergerak, pusat komando di Jakarta pun menyusun pemetaan wilayah pencarian beserta instruksi bagi petugas SAR di lapangan. Mereka langsung bekerja untuk mencari petunjuk terkait hilangnya pesawat tersebut. Hasil pencarian kemudian menjadi bahan evaluasi pencarian hari berikutnya.
”Begitu data awal disampaikan oleh ATC (Pengawas Lalu Lintas Udara) Bandara Soekarno-Hatta, kemudian informasi radar diberikan, misalnya kapan pesawat itu hilang kontak dan berapa ketinggiannya saat itu, saya sudah yakin ini (hilang) di laut,” kata Soelistyo.
Oleh karena itu, sembari menunggu kekuatan SAR sampai di lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya pesawat, Basarnas juga menyampaikan maklumat pelayaran kepada semua kapal yang lewat tentang hilangnya pesawat tersebut. Dengan itu, kapal yang menemukan petunjuk terkait hilangnya pesawat itu wajib melapor melalui stasiun radio pantai.
Dia mengatakan, informasi sekecil apa pun yang beredar di masyarakat ataupun temuan tim SAR di lapangan pada awal pencarian menjadi sangat penting. Temuan itu bisa menjadi petunjuk keberadaan pesawat. Namun, bukan tidak mungkin informasi itu tidak berhubungan dengan peristiwa hilangnya pesawat atau sebaliknya malah menyesatkan.
”Contohnya, hari kedua pencarian, ada laporan yang beredar di masyarakat, seperti menemukan sinyal darurat di titik ini, kemudian sinyal yang sama di titik lain pada waktu berbeda, hingga berita ada penumpang yang selamat. Kalau tidak cepat menganalisis benar tidaknya informasi tersebut, kami bisa salah melangkah,” tutur Soelistyo.
Keluarga korban
Bagi Soelistyo, dalam konteks musibah, yang sebenarnya sangat berkepentingan atau berharap pada keberhasilan operasi SAR adalah keluarga korban. Karena itu, dia harus menempatkan segala upayanya hanya untuk memenuhi harapan keluarga korban.
”Saya menempatkan diri sebagai keluarga korban sehingga apa yang mereka harapkan saya tahu persis. Meskipun saya tahu risiko hilangnya pesawat itu apa, saya tetap harus berusaha memenuhi harapan mereka,” ungkapnya.
Oleh karena itulah, pada operasi pencarian hari ketiga, dia menyempatkan diri pergi ke Surabaya untuk menemui keluarga korban. Waktu itu, ada tiga orang dari keluarga korban yang menelepon Soelistyo dan memintanya untuk bertemu meski hanya 10-15 menit. Dia pun mengatakan tidak mengetahui maksud permintaan itu.
”Begitu saya datang, sebagian dari mereka menyambut dengan senyuman. Itu membuat saya puas karena saya pikir mereka akan menyambut dengan tangis, bahkan kemarahan,” ucapnya.
Soelistyo menyadari, kedatangannya bisa menjadi sedikit pelipur lara. Hal itu pulalah yang menyemangatinya untuk berusaha memenuhi harapan mereka.
Kebiasaan penerbang
Kebiasaan untuk berhati-hati dan bertindak sesuai rencana itu sudah Soelistyo asah ketika dia menjadi penerbang jet tempur Hawk. Dia mulai terbang sejak berpangkat letnan dua hingga marsekal pertama.
Ketika itu, setiap hari dia harus mengikuti pengarahan pagi sebelum terbang, saat melakukan penerbangan, hingga evaluasi mengenai kekurangan dalam setiap penerbangan yang dilakukan.
”Selalu ada standar operasi, ada daftar cek, dan tidak boleh keluar dari situ. Itu berlangsung sekian lama sehingga terbentuk kebisaan seperti itu. Saya lebih suka bekerja dengan terencana dan mengetahui persis apa yang akan saya lakukan,” lanjut Soelistyo.
Dengan pengalamannya itulah, dia menjadi terbiasa untuk memperhitungkan dan bertindak berdasarkan data yang rasional. Termasuk ketika nantinya dia harus mengevaluasi operasi pencarian dan evakuasi yang sudah dilakukan. Semuanya harus didasarkan pada efektivitas proses pencarian dan hasil operasinya. ”Tetapi, itu nanti. Yang penting sekarang kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Soelistyo.
sumber
Ketika menara Pengawas Lalu Lintas Udara Bandara Internasional Soekarno-Hatta menghubungi kantor Badan SAR Nasional terkait hilangnya sinyal pesawat AirAsia QZ 8501 pada 28 Desember lalu, Marsekal Madya F Henry Bambang Soelistyo (55) segera mengerahkan unsur kekuatan Basarnas di daerah. Pergerakan diawali dari pos Basarnas di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
”Hari ini, kami luncurkan dulu semua unsur dan potensi kekuatan yang kami miliki. Besok, baru kami adakan koordinasi,” demikian pernyataan Soelistyo di depan media beberapa jam setelah pesawat tersebut dinyatakan hilang.
Wajahnya tegang. Pada waktu itu, Soelistyo menyatakan, dia dan Badan SAR Nasional (Basarnas) akan berusaha secepat mungkin menemukan keberadaan pesawat naas itu.
Ketika ditemui beberapa hari kemudian, Soelistyo mengatakan, setelah menerima informasi kejadian merupakan waktu tanggap bagi Basarnas untuk bergerak secepat mungkin. Pada saat itu, koordinasi belum langsung tertata. Bahkan, wilayah lokasi pencarian masih diperhitungkan.
”Karena ini musibah pesawat, yang saya luncurkan adalah kekuatan yang berhubungan dengan kecelakaan pesawat, alat-alatnya, personelnya, dan alat utamanya, yakni kapal dan pesawat terbang,” ujarnya.
Kala itu, dia segera berkoordinasi dengan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk menggerakkan unsur kekuatan yang berada di bawah kendali TNI. Pada saat itu, tercatat setidaknya 12 kapal Basarnas dari sejumlah pangkalan, kapal TNI AL, dan Polisi Air langsung bergerak. Dari udara, pesawat dan 2 helikopter milik TNI AU serta 2 helikopter Basarnas bergerak menuju titik hilangnya pesawat AirAsia.
Menurut Soelistyo, bersamaan dengan kekuatan SAR yang mulai bergerak, pusat komando di Jakarta pun menyusun pemetaan wilayah pencarian beserta instruksi bagi petugas SAR di lapangan. Mereka langsung bekerja untuk mencari petunjuk terkait hilangnya pesawat tersebut. Hasil pencarian kemudian menjadi bahan evaluasi pencarian hari berikutnya.
”Begitu data awal disampaikan oleh ATC (Pengawas Lalu Lintas Udara) Bandara Soekarno-Hatta, kemudian informasi radar diberikan, misalnya kapan pesawat itu hilang kontak dan berapa ketinggiannya saat itu, saya sudah yakin ini (hilang) di laut,” kata Soelistyo.
Oleh karena itu, sembari menunggu kekuatan SAR sampai di lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya pesawat, Basarnas juga menyampaikan maklumat pelayaran kepada semua kapal yang lewat tentang hilangnya pesawat tersebut. Dengan itu, kapal yang menemukan petunjuk terkait hilangnya pesawat itu wajib melapor melalui stasiun radio pantai.
Dia mengatakan, informasi sekecil apa pun yang beredar di masyarakat ataupun temuan tim SAR di lapangan pada awal pencarian menjadi sangat penting. Temuan itu bisa menjadi petunjuk keberadaan pesawat. Namun, bukan tidak mungkin informasi itu tidak berhubungan dengan peristiwa hilangnya pesawat atau sebaliknya malah menyesatkan.
”Contohnya, hari kedua pencarian, ada laporan yang beredar di masyarakat, seperti menemukan sinyal darurat di titik ini, kemudian sinyal yang sama di titik lain pada waktu berbeda, hingga berita ada penumpang yang selamat. Kalau tidak cepat menganalisis benar tidaknya informasi tersebut, kami bisa salah melangkah,” tutur Soelistyo.
Keluarga korban
Bagi Soelistyo, dalam konteks musibah, yang sebenarnya sangat berkepentingan atau berharap pada keberhasilan operasi SAR adalah keluarga korban. Karena itu, dia harus menempatkan segala upayanya hanya untuk memenuhi harapan keluarga korban.
”Saya menempatkan diri sebagai keluarga korban sehingga apa yang mereka harapkan saya tahu persis. Meskipun saya tahu risiko hilangnya pesawat itu apa, saya tetap harus berusaha memenuhi harapan mereka,” ungkapnya.
Oleh karena itulah, pada operasi pencarian hari ketiga, dia menyempatkan diri pergi ke Surabaya untuk menemui keluarga korban. Waktu itu, ada tiga orang dari keluarga korban yang menelepon Soelistyo dan memintanya untuk bertemu meski hanya 10-15 menit. Dia pun mengatakan tidak mengetahui maksud permintaan itu.
”Begitu saya datang, sebagian dari mereka menyambut dengan senyuman. Itu membuat saya puas karena saya pikir mereka akan menyambut dengan tangis, bahkan kemarahan,” ucapnya.
Soelistyo menyadari, kedatangannya bisa menjadi sedikit pelipur lara. Hal itu pulalah yang menyemangatinya untuk berusaha memenuhi harapan mereka.
Kebiasaan penerbang
Kebiasaan untuk berhati-hati dan bertindak sesuai rencana itu sudah Soelistyo asah ketika dia menjadi penerbang jet tempur Hawk. Dia mulai terbang sejak berpangkat letnan dua hingga marsekal pertama.
Ketika itu, setiap hari dia harus mengikuti pengarahan pagi sebelum terbang, saat melakukan penerbangan, hingga evaluasi mengenai kekurangan dalam setiap penerbangan yang dilakukan.
”Selalu ada standar operasi, ada daftar cek, dan tidak boleh keluar dari situ. Itu berlangsung sekian lama sehingga terbentuk kebisaan seperti itu. Saya lebih suka bekerja dengan terencana dan mengetahui persis apa yang akan saya lakukan,” lanjut Soelistyo.
Dengan pengalamannya itulah, dia menjadi terbiasa untuk memperhitungkan dan bertindak berdasarkan data yang rasional. Termasuk ketika nantinya dia harus mengevaluasi operasi pencarian dan evakuasi yang sudah dilakukan. Semuanya harus didasarkan pada efektivitas proses pencarian dan hasil operasinya. ”Tetapi, itu nanti. Yang penting sekarang kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Soelistyo.
sumber
Spoiler for Berita 4:
10 Hari Pantau AirAsia, Kepala Basarnas Begadang dan Tidur di Kantor
Tim Gabungan dibawah komando Basarnas telah 10 hari menjalankan tugas kemanusiaan menemukan dan melakukan proses evakuasi terhadap penumpang dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Karimata.
Dibalik kerja keras Basarnas itu, sosok Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FHB Soelistyo tak bisa dilupakan. Setiap saat dia harus melakukan koordinasi dan menjelaskan ke publik progres kinerja Basarnas.
Sebagai komando tertinggi di Basarnas tentu saja saat ini menjadi hari-hari yang amat sibuk bagi Soelistyo. Bahkan, selama sepuluh hari ini ia mengaku hanya tidur setiap hari tidak lebih dari dua jam. Itu pun Soelistyo terpaksa harus tidur di kantornya.
Soelistyo menyebutkan, pola tidurnya berkurang selama proses pencarian. Namun, ia tetap melaksanakan tugas dengan baik. Soelistyo mengatakan ia baru bisa istirahat pada pukul 02.00 WIB karena terus memantau perkembangan terkini di lapangan. Selain itu, ia harus menyiapkan proses perencanaan untuk esok harinya setelah melakukan evaluasi.
"Saya itu rata-rata selesai tugas malem itu antara jam 01.30 WIB dan jam 02.00 WIB. Nanti jam 05.00 WIB atau setengah enam sudah bangun lagi," cerita Soelistyo kepada wartawan di lantai 14 Kantor Basarnas, Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Selama proses pencarian, Soelistyo memilih tidur di kantor karena tanggung jawab yang diembannya. Ia berupaya untuk memaksimalkan tugas mulia tersebut agar operasi berjalan sukses. Saat ditanya awak media, Soelistyo juga merasa kangen untuk berkumpul bersama keluarga.
"Ya pasti kangen dong, bapak ada anak, ada cucu ya pasti rasa itu ada ya, meskipun saya militer tapi kalau keluarga ya ada rasa kangen,"jawab Soelistyo.
Meski ia merasa kangen berkumpul bersama keluarga di rumah, rasa kangennya sedikit terobati dengan kunjungan dari pihak keluarga. Dua hari yang lalu keluarganya datang untuk melihat Soelistyo di lantai 14.
"Iyalah (terobati), karena saya udah punya cucu,"kata Soelistyo.
Selaman kunjungan, Soelistyo memanfaatkan waktu tersebut untuk bersenda gurau bersama keluarga tercintanya. Bahkan, pihak keluarga sangat memahai tugas yang diembannya dan mendukung Soelistyo untuk terus menyelesaikan tugas.
sumber
Tim Gabungan dibawah komando Basarnas telah 10 hari menjalankan tugas kemanusiaan menemukan dan melakukan proses evakuasi terhadap penumpang dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Karimata.
Dibalik kerja keras Basarnas itu, sosok Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FHB Soelistyo tak bisa dilupakan. Setiap saat dia harus melakukan koordinasi dan menjelaskan ke publik progres kinerja Basarnas.
Sebagai komando tertinggi di Basarnas tentu saja saat ini menjadi hari-hari yang amat sibuk bagi Soelistyo. Bahkan, selama sepuluh hari ini ia mengaku hanya tidur setiap hari tidak lebih dari dua jam. Itu pun Soelistyo terpaksa harus tidur di kantornya.
Soelistyo menyebutkan, pola tidurnya berkurang selama proses pencarian. Namun, ia tetap melaksanakan tugas dengan baik. Soelistyo mengatakan ia baru bisa istirahat pada pukul 02.00 WIB karena terus memantau perkembangan terkini di lapangan. Selain itu, ia harus menyiapkan proses perencanaan untuk esok harinya setelah melakukan evaluasi.
"Saya itu rata-rata selesai tugas malem itu antara jam 01.30 WIB dan jam 02.00 WIB. Nanti jam 05.00 WIB atau setengah enam sudah bangun lagi," cerita Soelistyo kepada wartawan di lantai 14 Kantor Basarnas, Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Selama proses pencarian, Soelistyo memilih tidur di kantor karena tanggung jawab yang diembannya. Ia berupaya untuk memaksimalkan tugas mulia tersebut agar operasi berjalan sukses. Saat ditanya awak media, Soelistyo juga merasa kangen untuk berkumpul bersama keluarga.
"Ya pasti kangen dong, bapak ada anak, ada cucu ya pasti rasa itu ada ya, meskipun saya militer tapi kalau keluarga ya ada rasa kangen,"jawab Soelistyo.
Meski ia merasa kangen berkumpul bersama keluarga di rumah, rasa kangennya sedikit terobati dengan kunjungan dari pihak keluarga. Dua hari yang lalu keluarganya datang untuk melihat Soelistyo di lantai 14.
"Iyalah (terobati), karena saya udah punya cucu,"kata Soelistyo.
Selaman kunjungan, Soelistyo memanfaatkan waktu tersebut untuk bersenda gurau bersama keluarga tercintanya. Bahkan, pihak keluarga sangat memahai tugas yang diembannya dan mendukung Soelistyo untuk terus menyelesaikan tugas.
sumber
Spoiler for Kandidat KASAU:
Ini Kandidat KSAL dan KSAU
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan nama-nama yang diajukan sebagai calon Kepala Staf Angkatan Laut dan Kepala Staf Angkatan Udara adalah semua jenderal bintang tiga yang ada di dua satuan tersebut. "Semua yang diajukan, ya, semua jenderal bintang tiga itu," kata Tedjo kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2014.
Menurut dia, semua jenderal bintang tiga di Angkatan Laut dan Angkatan Udara diajukan karena mereka dinilai kredibel untuk menjadi kepala staf. "Semua memenuhi persyaratan. Jadi, diajukan," katanya. Tedjo menegaskan, kini tinggal Presiden Joko Widodo saja yang memutuskan siapa yang akan menjadi KSAL dan KSAU. (Baca: Presiden Minta Nama Calon KSAL dan KSAD)
Tedjo membenarkan kabar bahwa kandidat KSAL yang diajukan kepada Jokowi termasuk Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Ade Supandi, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Didit Herdiawan, Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya Desi Albert Mamahit, dan Kepala Pelaksana Harian Badan Keamanan Laut Laksamana Madya Sri Mohammad Darojatiml.
Adapun kandidat kuat KSAU yaitu Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Bagus Puruhito, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo dan Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Ismono Wijayanto.
Tedjo mengatakan kandidat terpilih harus memenuhi beberapa kriteria, seperti memiliki kredibilitas dan loyalitas yang sesuai dan bertipe pekerja keras. Khusus KSAL yang baru diharapkan dapat mengemban tanggung jawab mewujudkan konsep poros maritim Jokowi.
Ia mengatakan nama KSAU dan KSAL yang baru akan diumumkan bulan ini karena masa pensiun KSAL Laksamana Marsetio berlaku mulai Desember 2014. Sedangkan KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia akan pensiun pada Maret 2015. "Seharusnya bulan ini sudah diumumkan," katanya.
Sumber
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan nama-nama yang diajukan sebagai calon Kepala Staf Angkatan Laut dan Kepala Staf Angkatan Udara adalah semua jenderal bintang tiga yang ada di dua satuan tersebut. "Semua yang diajukan, ya, semua jenderal bintang tiga itu," kata Tedjo kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2014.
Menurut dia, semua jenderal bintang tiga di Angkatan Laut dan Angkatan Udara diajukan karena mereka dinilai kredibel untuk menjadi kepala staf. "Semua memenuhi persyaratan. Jadi, diajukan," katanya. Tedjo menegaskan, kini tinggal Presiden Joko Widodo saja yang memutuskan siapa yang akan menjadi KSAL dan KSAU. (Baca: Presiden Minta Nama Calon KSAL dan KSAD)
Tedjo membenarkan kabar bahwa kandidat KSAL yang diajukan kepada Jokowi termasuk Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Ade Supandi, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Didit Herdiawan, Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya Desi Albert Mamahit, dan Kepala Pelaksana Harian Badan Keamanan Laut Laksamana Madya Sri Mohammad Darojatiml.
Adapun kandidat kuat KSAU yaitu Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Bagus Puruhito, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo dan Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Ismono Wijayanto.
Tedjo mengatakan kandidat terpilih harus memenuhi beberapa kriteria, seperti memiliki kredibilitas dan loyalitas yang sesuai dan bertipe pekerja keras. Khusus KSAL yang baru diharapkan dapat mengemban tanggung jawab mewujudkan konsep poros maritim Jokowi.
Ia mengatakan nama KSAU dan KSAL yang baru akan diumumkan bulan ini karena masa pensiun KSAL Laksamana Marsetio berlaku mulai Desember 2014. Sedangkan KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia akan pensiun pada Maret 2015. "Seharusnya bulan ini sudah diumumkan," katanya.
Sumber
Spoiler for Bonus:
Quote:
Spoiler for Bonus 1:
Spoiler for Bonus 2:
Spoiler for Bonus 3:
Spoiler for Bonus 4:
Spoiler for Bonus 5:
0
10.7K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru