Bangunan tanpa pondasi akan runtuh. Hal itu sama dengan Indonesia. Jika Indonesia memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika, maka ancaman luar hanya bagaikan angin berhembus. Kita tidak akan melihat budaya yang diklaim atau pulau yang dicuri jika kita memiliki pondasi yang kuat. Tak ada ruang bagi sikap warga separatis dan terorisme yang akan menghancurkan Indonesia. Semuanya akan senang tinggal di Indonesia.

Mustahil apabila mengatakan persatuan tanpa konflik. Meski dunia bersatu sekalipun, yang namanya konflik dan perang pastilah ada. Tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama bagaimana cara menghentikan konflik yang ada. Ketika Bhinneka Tunggal Ika diterapkan, maka jalan yang diambil adalah musyawarah sesuai dengan jati diri Bangsa Indonesia. Contoh dimana perilaku ini diterapkan adalah Peristiwa Rengasdengklok. Apa mereka menggunakan cara kekerasan atau semacamnya agar kemerdekaan dilakukan secepatnya? Tidak, bukan. Mereka menyelesaikan masalah melalui musyawarah meski harus bersitegang sekalipun.
Hasil Musyawarah akan menghasilkan sebuah keputusan yang seimbang, dimana rasa toleransi dan tenggang rasa akan muncul secara perlahan bukanlah perang dingin yang mempertegang situasi. Kemudian, perilaku tersebut membuat kedekatan sesama manusia yang mendekatkan pada persatuan. Akhirnya, rasa tolong-menolong antar manusia akan sering terjadi seperti kerja bakti. Karena rasa tolong-menolong, kita akan sadar jika bersatu, maka kita percaya Indonesia akan jauh lebih baik di masa depan melalui sikap nasionalisme. Indonesia bisa saja juara Piala Dunia jika kita memiliki jiwa bela negara dan tinggi dan tidak membela kelompok tertentu.

Maksudnya, tidak ada warga negara yang dikucilkan atau diabaikan. Setiap aspirasi mereka akan selalu didengar oleh para pemimpin negara. Dengan musyawarah, maka para pemimpin negara tidak mungkin bisa membela golongannya. Akan terlihat sekali apabila Indonesia satu, para pemimpin yang licik meski menggunakan seribu cara sekaligus. Bukankah politik divide et impera atau adu domba berjalan karena perpecahan? Atau perjuangan masyarakat Surabaya yang berhasil mengusir Inggris hanya dengan memegang filosofi bangsa Indonesia?
Akhirnya, tak ada rakyat yang mengeluh atau tidak senang tinggal di Indonesia. Pembangunan di daerah tinggal adalah hal yang lumrah kalau kita hidup seperti ini.

Dengan Bhinneka Tunggal Ika, maka perang suku di Papua tidak akan sering terjadi bahkan mendengarnya saja sudah aneh. Yang ada mereka melakukan akulturasi budaya antar suku. Tak ada permusuhan lagi, maka para pendatang dapat berpindah sesukanya membawa budaya masing-masing. Bayangkan saja, gamelan tidak identik dengan Jawa tapi seluruh Indonesia dengan modifikasinya masing-masing. Bukankah itu hal yang menarik? Daripada jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk mempromosikan budaya kita, lebih baik kita promosikan budaya ke daerah-daerah Indonesia sehingga budaya-budaya tidak hanya bisa dilakukan di daerah asal tapi seluruh Indonesia. Maka, bukan kita yang melirik asing nantinya tapi asinglah yang melirik kita.

Dikarenakan Indonesia menjunjung Bhinneka Tunggal Ika, maka sikap bangsa Indonesia akan kental. Duniapun akan menganggapnya sebagai hal yang positif. Bahkan, sikap inilah yang akan menggambarkan kita di masa yang akan kelak seperti Jepang yang terkenal akan pantang menyerahnya. Para turis akan berdatangan ke negara kita dan akibatnya Indonesia semakin terkenal di mata dunia.