Tutup Saluran Air, Warga Protes Anggota Dewan

INILAHCOM, Sumenep - Warga memprotes penutupan saluran air di Desa Gedungan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, oleh salah satu anggota DPRD Sumenep, Indra Wahyudi.

"Kalau pintu saluran air yang ke Desa Gedungan ditutup, maka warga Desa Kolor yang akan kebanjiran. Soalnya air kan tidak bisa ngalir. Jadi meluap ke Kolor. Makanya kami tidak setuju kalau pintu air ke gedungan di tutup," kata salah satu warga setempat, Punawi (50), Senin (5/1/2015).

Menurutnya, air kiriman dari Bangselok menuju Desa Kolor dan berakhir di Desa Gedungan itu debit airnya sangat tinggi. Sehingga apabila hujan deras, air bisa meluap ke rumah-rumah warga.

"Apalagi kalau salah satu pintu saluran airnya ditutup. Ya otomatis air ini akan mengenangi rumah warga di Desa Kolor," ujarnya.

Sementara itu, anggota DPRD Sumenep, Indra Wahyudi, menjelaskan pabila pintu saluran air di Desa Gedungan tidak ditutup, maka warga Desa Gedungan sendiri yang akan tersapu banjir.

"Kalau pintu saluran air ini ditutup, Desa Gedungan aman. Tapi memang bisa saja warga Desa Kolor yang akan terkena banjir kalau turun hujan deras. Memang ini membingungkan. Kalau tidak ditutup, maka warga di kampung saya yang akan kebanjiran," ungkapnya.

Setelah menutup pintu saluran air di Desa Gedungan, pihaknya juga menyerahkan kunci gembok pada warga sekitar agar sewaktu-waktu bila terjadi hujan deras, pintu air bisa dibuka atau di tutup.

"Salah satu upayanya ya sistem buka tutup, supaya air tidak sampai meluap menggenangi rumah-rumah warga," ucapnya.

Indra berjanji dalam waktu dekat akan memanggil Dinas pengairan untuk membicarakan masalah tersebut. Sebab apabila terus dibiarkan, akan berakibat tidak baik pada masyarakat di dua Desa, baik Desa Kolor maupun Gedungan.

"Masalah ini harus secepatnya di selesaikan. Bila tidak, maka bisa berdampak buruk pada masyarakat di dua desa itu. Makanya akan kami panggil Dinas Pengairan secepatnya," pungkas Indra. [beritajatim]


Ini anggota DPRD mirip Dirjen Pengairan. ngatur2 soal air. Yang jadi masalah tuh kampung Kolor apa awal penamaannya karena banyak warga kampung yang cuma pakai celana kolor?
Ternyata cuma anggota DPRD dari Demokrat. Pastinya bukan partai penting!