widyanpanjiAvatar border
TS
widyanpanji
Penggunaan Gajah dalam Pertempuran


Gajah perang adalah gajah yang dilatih dan digunakan untuk berperang dalam sejarah militer di banyak negara di dunia pada zaman dahulu. Kegunaan gajah perang adalah untuk kendaraan dalam perang serta untuk mematahkan barisan dan menginjak-injak musuh. Penggunaan gajah dalam perang pertama kali dilakukan di India, ketika gajah disediakan sebagai salah satu sayap dari empat sayap dalam militer India. Divisi gajah perang disebut "elefantri."

Penggunaan gajah perang kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan ke barat di daerah Mediterania. Pada masa Peradaban Hellenis, gajah digunakan oleh Diadokhoi untuk menangkis serangan kavaleri. Di barat, penggunaan gajah untuk perang yang paling terkenal adalah oleh Jenderal Pirros. Gajah perang dalam jumlah besar juga digunakan oleh pasukan Kartago, terutama di bawah kepemimpinan Hannibal.

Seiring perkembangan zaman, taktik perang yang semakin modern ikut menurunkan nilai ofensif gajah. Selain itu, gajah pun semakin sulit didapat. Penggunaan gajah dalam perang di India juga berakhir ketika meriam dipergunakan, gajah pun hanya digunakan sebagai tenaga pembantu.

Dalam semua perang yang memakai gajah, umumnya gajah jantan selalu digunakan karena sifatnya yang agresif.

Sejarah

Penjinakan



Jenis gajah pertama yang dijinakkan adalah gajah Asia, yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian. Penjinakan gajah—bukan sepenuhnya domestikasi, karena gajah masih ditangkap di alam liar dan belum dibiakkan secara sengaja—kemungkinan dimulai di tempat-tempat berikut ini. Di India, sekitar tahun 2000 SM pada masa Peradaban Lembah Sungai Indus, gajah mulai dijinakkan. Di Mesopotamia pada waktu yang kurang lebih sama, gajah juga diperkirakan mulai dijinakkan. Tempat lainnya adalah di Cina, tempat bukti-bukti arkeologis menunjukkan adanya gajah liar di lembah Sungai Kuning pada masa Dinasti Shang (1600-1100 SM). Ini memunculkan dugaan Cina sebagai tempat awal penjinakkan gajah. Populasi gajah liar di Mesopotamia dan Cina berkurang secara drastis karena penebangan hutan dan meledaknya populasi manusia. Pada 850 SM, gajah Mesopotamia punah, dan pada 500 SM gajah Cina tinggal sedikit dan hanya terdapat di daerah selatan Sungai Kuning.

Menangkap gajah dari alam liar merupakan tugas yang sulit, namun cara ini diperlukan karena metode pembiakan memakan waktu yang lama untuk menghasilkan gajah dewasa yang siap tempur. Secara umum, gajah yang digunakan dalam perang adalah gajah jantan karena mereka lebih agresif. Selain itu, gajah betina dalam perang akan kabur dari gajah jantan, sehingga hanya gajah jantan yang dapat digunakan dalam perang, sedangkan gajah betina digunakan untuk keperluan logistik.

Penggunaan Gajah Perang di Zaman Kuno

Quote:
Diubah oleh widyanpanji 03-07-2014 03:13
0
25.9K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.