Quote:
Merdeka.com - Kekurangsempurnaan fisik sejak lahir, tidak membuat Herliny Meuthia Ranthy (20) merasa minder untuk tetap berkarya. Meuthia menderita cerebral palsy sejak lahir yang membuat kesehariannya beraktivitas dari atas kursi roda. Kaki dan tangannya tercipta kurang sempurna, namun cita-cita dan visi hidupnya melebihi dari orang yang memiliki fisik normal.
Meuthia sendiri adalah mahasiswi jurusan Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2012 yang kini duduk sebagai ketua Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (Formapi).
Dia dipercaya memimpin 50 orang mahasiswa difabel di lingkungan kampusnya dan 35 orang volunter yang peduli pada kehidupan para difabel. Mereka bersama-sama berjuang menyuarakan para difabel agar mendapatkan tempat layak di mata masyarakat.
"Kami para difabel difasilitasi oleh Universitas Brawijaya, namun semua ada tahapannya. Kami paham itu. Tapi fasilitas itu perlu diimbangi dengan kesadaran masyarakatnya," kata Meuthia, Kamis (18/12).
Kesadaran para mahasiswa terhadap difabel, kata Meutya belum sepenuhnya tumbuh. Contoh sederhana, fasilitas jalur untuk kursi roda tidak sedikit yang digunakan mahasiswa non difabel untuk duduk-duduk.
"Kadang diduduki oleh teman-teman, nyaman saja mereka itu," kata mahasiswi kelahiran Auckland, Selandia Baru itu mencontohkan.
Formapi dibentuk sebagai organisasi kemahasiswaan di Universitas Brawijaya yang membawa isu disabilitas dan meningkatkan kesadaran terhadap disabilitas (disability awareness). Organisasi ini awal berdiri, Maret 2014 dan disetujui oleh rektor Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Muhammad Bisri pada Juli 2014 lalu.
Kegiatan yang sudah dilakukan Formapi diantaranya pelatihan bahasa Inggris untuk mahasiswa tuna rungu, tuna netra dan para volunter. Khusus para volunter sekaligus belajar bagaimana mendampingi para difabel saat kuliah, salah satunya memperlancar praktek penggunaan bahasa isyarat.
Sebelumnya mereka juga sempat menggelar aksi simpatik bagi-bagi bunga serta menggelar pameran dan difabel zone. "Karena baru bendiri, baru beberapa yang kami lakukan, masih belum banyak, tapi juga akan ada seminar, per departemen," katanya.
Khusus di acara difabel zone, para pengunjung diajak merasakan bagaimana mereka menjadi difabel. Pengunjung boleh memakai kursi roda, tongkat untuk tuna netra. Bahkan juga bisa belajar bermain catur dengan mata tertutup, atau bermain bola dengan memanfaatkan suara klintingan yang dipasang di bola.
"Teman-teman lambat laun akan sadar, meskipun masih ada yang masih duduk di jalur kursi roda. Saya yakin lewat kegiatan Formapi akan menumbuhkan kesadaran. Beberapa mereka sudah memiliki kesadaran, tinggal menyebarkan kepada yang lain," katanya.
Meutya berharap teman-temannya di Universitas Brawijaya punya disabilitas awarenes lagi. Lebih peduli dan menyadari kesetaraan hidup dalam kebersamaan.
"Teman-teman difabel tidak ingin dikasihani, tapi mereka hanya minta, hidupnya sama-sama saja, tidak ada perbedaan," katanya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/mahasiswi-difabel-ini-ketua-formapi-di-universitas-brawijaya.html
teruskan adik adik.
jangan kek panastak panasbung disini ya.
(walau gua termasuk panastak juga
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)
)
salut untuk mbak meuthia
eh sekarang udah punya gedung ya da bagus gedungnya.
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)