Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

korazonAvatar border
TS
korazon
Natal dan Festival Bir di Palestina


KALA masih banyak umat muslim Indonesia sibuk mencari tahu, berpolemik, bahkan mencak-mencak tentang boleh atau tidaknya mengucapkan "Selamat Hari Raya Natal", Umat Muslim di Palestina justru tak sabar menunggu kemeriahan perayaan umat Nasrani tersebut.

***

Biru cerah bersemburat di langit atas Gereja Nativity (tempat kelahiran Yesus), Betlehem, Palestina, 23 Maret 2000 silam. Gambaran alam yang mengisyaratkan nomena, betapa harmonisnya kehidupan antarumat beragama di negeri jajahan rezim zionis fasistik Israel tersebut.

Ketika itu, Paus Yohannes Paulus II tengah mempersembahkan misa menjelang Natal. Sesaat ia hendak melanjutkan prosesi misa, Sri Paus justru duduk terdiam. Bukan karena kelelahan, tapi ia terdiam karena berkumandangnya azan dari masjid dekat Manger Square.

Ia diam berkhidmat hingga azan itu berhenti. Setelah itu, seluruh jemaah langsung bertepuk tangan, termasuk Presiden Palestina Yasser Arafat dan istrinya Suha. Sidang pembaca tak perlu terkaget-kaget karena ada Yasser Arafat dalam prosesi misa tersebut.

Mendiang Arafat, bukanlah sekadar mengantar sang istri, yang hingga detik ini adalah pemeluk taat Kristen, untuk mengikuti misa tersebut. Sebabnya, Arafat memang selalu mendapat tempat dalam gereja suci tersebut pada misa Natal setiap tahun.

Apakah toleransi antarumat Muslim-Kristen tersebut ikut padam, ketika Arafat wafat diracun? Sang suksesor, Mahmoud Abbas menjawab tegas, "Tidak!" Mengikuti jejak predesesornya, Mahmoud Abbas tak pernah absen menghadiri misa dan memberikan pesan Natal setiap tahun.

Anda juga tak perlu kasak-kusuk mencari tahu apakah sang presiden seorang muslim, karena jawabannya sudah pasti "benar." Meski begitu, dalam pesan Natal 2012, ia secara tegas menyebut Yesus merupakan utusan harapan seluruh rakyat negeri terjajah tersebut.

Umat muslim yang menjadi mayoritas di Palestina, tampaknya tak lagi mau repot-repot bergunjing, adu dalil-dalil yang sebenarnya belum incracht sehingga masih berada di titik status quo, mengenai halal-haramnya mengucapkan selamat natal bagi tetangga mereka yang Nasrani.

Bagi mereka, perdebatan tersebut telah selesai ketika mereka yakin sepenuhnya terhadap kepercayaannya masing-masing. Apalagi, Nasrani, Islam, dan Yahudi, merupakan kepercayaan yang berasal dari tradisi yang sama: Abrahamik.

Kentalnya toleransi antarumat beragama tersebut, juga diperlihatkan oleh umat Nasrani Palestina ketika umat Muslim hendak merayakan Idul Fitri. Kala Gaza dibombardir Israel pada bulan Ramadhan tahun ini, para Nasrani mengundang kaum muslimin salat dan merayakan Idul Fitri di Gereja Saint Porphyrius, Gaza.

Warga muslim Palestina juga tak pongah, ketika mereka mengetahui menjadi yang mayoritas. Seperti yang dilansir CIA World Factbook, warga Kristen hanya delapan persen dari populasi di Tepi Barat, dan hanya 0,7 persen di Gaza.

Tapi, apa kata Abbas tentang problematika mayoritas kontra minoritas seperti yang kerap dijadikan bahan apologi di Indonesia? “Orang Kristen tidak menjadi minoritas di sini. Mereka adalah bagian integral dari rakyat Palestina,” tulis Abbas dalam pesan Natalnya pada tahun yang sama.

Segelintir kelompok warga Indonesia yang keras kepala dan anti-toleransi, juga akan semakin terkejut kalau mengetahui di Palestina juga setiap tahun menggelar Festival minum bir. Benarkah ada festival meminum air yang haram bagi umat Muslim itu di Palestina?

Yup, festival itu benar-benar ada, diselenggarakan oleh produsen bir asli Palestina bernama Taybeh. Setiap tahun, "Taybeh Beer Octoberfest" digelar pada bulan Oktober di Kota Ramallah. Dengan pengecualian, kalau zionis Israel tak cari gara-gara menyerbu Palestina seperti Oktober tahun ini.

Baiklah, mari kembali ke Indonesia. Hamparan pengalaman umat muslim Palestina kala Natal tersebut, tampaknya menjadi pembenaran terhadap pernyataan satu-satunya ahli tafsir Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang diakui komunitas Islam internasional, Profesor DR Quraish Shihab.

Ketika membahas polemik halal-haram mengucapkan selamat Natal, sang profesor sedih sekaligus prihatin, sebab ia menduga kuat persoalan seperti itu hanya ada di Indonesia. "Saya lama di Mesir. Saya kenal sekali. Saya baca di koran, ulama-ulama Al Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani mengucapkan selamat Natal."

Tapi, seperti warga Palestina, kita juga harus tetap optimistis, bahwa hanya segelintir orang dari ratusan juta penduduk Indonesia yang repot-repot mempersoalan hal bukan prinsip tersebut.

Guna menghabisi hasrat ingin "repot-repot" untuk hal tak prinsip itulah, orang Indonesia tampaknya harus menggali ilham dari akhir hayat "Si Guru Tak Mau Repot-Repot", Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

***

Gus Dur tengah terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, 25 Desember 2009. Kondisi tubuhnya semakin lemah. Ia sekarat. Teman-teman Gus Dur tahu, tak lagi ada cukup waktu bagi sang Kiai di dunia ini.

Maka, mereka berbondong-bondong mengjenguk si kiai nyentrik tersebut. Termasuk, teman, rekan, dan sahabat Gus Dur dari kalangan nasrani, datang menjenguk bertepatan dengan Hari Natal.

Ketika Gus Dur melihat sohib-sohib Nasraninya masuk ke kamarnya, datang, meski dengan suara lemah, Gus Dur langsung mengatakan: "Selamat Natal Sedulur..."
[URL=" [url]http://kupang.tribunnews.com/2014/12/20/natal-dan-festival-bir-di-palestina[/url]"]Tribun[/URL]

Selamat Natal bagi teman-teman Nasrani yang merayakannya emoticon-Maaf Agan
0
13.5K
180
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.1KThread10.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.