- Beranda
- Berita dan Politik
Heboh Dolar, Dari Iming-Iming Politis Hingga Kambing Hitam
...
![middleware](https://s.kaskus.id/user/avatar/2009/12/10/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
middleware
Heboh Dolar, Dari Iming-Iming Politis Hingga Kambing Hitam
Quote:
Heboh Dolar, Dari Iming-Iming Politis Hingga Kambing Hitam
Keperkasaan dollar terhadap rupiah menjadi perbincangan yang hangat belakangan ini. Sebenarnya, penguatan dolar ini dapat dipahami. Pulihnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat membuat dana asing berpindah ke sana, yang berimbas pada jatuhnya nilai rupiah. Penguatan dolar ini sudah terjadi semenjak akhir pemerintahan SBY. Tetapi yang membuatnya menarik dan jadi perbincangan adalah iming-iming politik serta kambing hitam khas pemerintahan rezim Jokowi.
Sejak maraknya pesta demokrasi beberapa bulan lalu, dolar sudah menjadi bahan iming-iming politis.
Jokowi Menang, Dolar Melemah
Detikcommemuat pernyataan bankir bank asing, HSBC, bahwa dolar akan turun hingga Rp 10.000 bila Jokowi menjadi presiden. Tentu kubu Jokowi menjadi semarak mendengar iming-iming begini.
"Percaya atau nggak sudah ada beberapa analis luar seperti Morgan Stanley sampai menghubungkan, kalau Jokowi jadi presiden, rupiah bisa tembus Rp 10 ribu/dolar AS. Tapi ini bisa kelihatan sendiri di Jumat kemarin. Begitu Jokowi ngomong mencalonkan diri jadi presiden, market langsung naik, bond (obligasi), IHSG, rupiah, ini luar biasa sekali Jokowi," ujar Ali, bankir HSBC itu.
Bankir bank asing lain dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan menyatakan rupiah akan menguat, jika kemenangan Jokowi telak dan tidak digugat oleh pihak-pihak tertentu ke Mahkamah Konstitusi (MK). "Menang telak artinya ada margin lebih dari 5% ya. Dalam jangka pendek dolar bisa ke Rp 11.300," katanya kepada detikFinance, Rabu (9/7/2014).
Seperti yang kita tahu, dolar malah makin menguat. Dan pernyataan ini kini menjadi bahan candaan di kalangan netizen.
Jokowi Dilantik Rupiah Menguat
Suara Pembaruan pada rabu, 1 Oktober 2014 mengutip perkataan Sofjan Wanandi. Ketua Umum Apindo itu mengatakan, "Setelah pelantikan presiden dan wapres pada 20 Oktober nanti, rupiah akan kembali menguat. Sentimen positif dari dalam negeri bakal mampu mengalahkan sentimen negatif dari pasar global."
Tanggal 20 Oktober 2014, hari di mana Jokowi dilantik, memang rupiah menguat. Namun menurut pengamat pasar modal William Suryawijaya, penguatan Rupiah bukanlah efek dari pasca-pelantikan Jokowi-JK. William menjelaskan hal ini dikarenakan dolar AS sedang mengalami fase kejenuhan yang sudah terlalu lama menguat, sehingga mata uang Negara Paman Sam tersebut melemah, begitu dikutip Okezone.
Harga BBM Naik Dolar Turun
Lagi, dolar dijadikan iming-iming kebijakan pemerintah. Adalah penasihat Tim Transisi Jokowi-JK, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, rencana Jokowi-JK menaikkan harga BBM subsidi diapresiasi pelaku pasar saham dan keuangan.
"Kenaikan harga BBM akan meningkatkan current account (transaksi berjalan) kita. Akan menguatkan rupiah kita jadi lebih kuat, bertahap di bawah Rp 11.000/US$. Kalau pajak kita kuat kan lagi rupiah bisa di bawah Rp 10.000/US$," ujar Luhut seperti dikutip detikcom.
Dan sesudah harga BBM sudah naik, tetapi dolar tetap perkasa.
APBN-P Disetujui, Rupiah Bakal Menguat
Dan baru-baru ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akan menguat ketika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara- Perubahan (APBN-P) 2015 sudah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Kita bisa menggolkan APBN-P yang dengan postur jauh lebih baik, ini akan punya sinyal sendiri ke market," kata Bambang, seperti dikutip Kompas, 14 Desember 2014.
Prabowo Menang, Rupiah Berpotensi Tembus 13 Ribu
Yang juga jadi perbincangan di media sosial adalah sebuah berita yang ditulis Tempo pada 7 Juli 2014 lalu. Tempo menulis pernyataan analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, bahwa bila Prabowo yang menang, maka rupiah terancam semakin terpuruk hingga Rp 13 ribu per dolar AS.
Pernyataan ini diungkit kembali karena gertakan politis ini tidak terbukti, tapi kenyataannya malah mengarah ke sebaliknya.
*****
Terhadap realita dolar yang terus-terusan perkasa terhadap rupiah, beberapa pihak pun menjadi kambing hitam. Netizen di dunia maya sedikit riuh karena pengambing hitaman ini.
Masyarakat Indonesia Yang Berlibur Ke Luar Negeri
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Peter Jacob, mengatakan pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya, di akhir tahun banyak masyarakat yang ingin liburan ke luar negeri sehingga banyak permintaan dolar AS. "Ini juga banyak yang mau liburan dan investor mengalihkan investasi dalam bentuk valas. jadi kalau mau bahas lebih lanjut soal detail Rupiah mungkin kita bisa lihat Januari," tukasnya.
Okezone menulis berita ini dengan judul "Rupiah Melemah karena Banyak Liburan ke Luar Negeri", yang membuat netizen tersenyum saat membaca judulnya.
Pemerintahan Masa Lalu
Kebijakan pemerintahan sebelum era Jokowi dikambing-hitam. "Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu," kata Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil seperti dikutip detikcom, Senin (15/12/2014).
Sofyan Djalil sendiri pernah menjadi menteri BUMN dan menteri Komunikasi dan Informatika di zaman SBY.
Akibat Ulah DPR
Sebagai mitra pemerintah, DPR rupanya tak aman dari tudingan Jokowi. Kisruh pemilihan pimpinan DPR dan MPR ditunjuk Jokowi sebagai penyebab jatuhnya rupiah. "Apa yang dilakukan mereka menjadi sorotan investor," begitu kata Jokowi seperti dikutip Tempo, Rabu, 8 Oktober 2014.
Kebijakan Rusia
Pemerintah Rusia juga ikut dituding sebagai penyebab pelemahan rupiah. Dikutip Tribunnews, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, "Satu hal lagi yg menyebabkan rupiah cukup dalam melemah ini adalah kebijakan Rusia. Ketika lihat Rusia naik 650 bps, maka pasti ada pemikiran kalau gitu kita pindahkan portofolio ke Rusia."
*****
Sudah sekian banyak iming-iming penguatan dolar beserta kambing hitam penyebab lemahnya dolar. Fenomena ini membuat netizen menaikkan tagar #Ebola yang merupakan singkatan dari "Eh, boong lagi". Menyiratkan ketidak percayaan kepada pemerintahan Jokowi.
Namun di atas semua ini, tugas pemerintah untuk bekerja dengan baik sehingga kritikan masyarakat terjawab.
Keperkasaan dollar terhadap rupiah menjadi perbincangan yang hangat belakangan ini. Sebenarnya, penguatan dolar ini dapat dipahami. Pulihnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat membuat dana asing berpindah ke sana, yang berimbas pada jatuhnya nilai rupiah. Penguatan dolar ini sudah terjadi semenjak akhir pemerintahan SBY. Tetapi yang membuatnya menarik dan jadi perbincangan adalah iming-iming politik serta kambing hitam khas pemerintahan rezim Jokowi.
Sejak maraknya pesta demokrasi beberapa bulan lalu, dolar sudah menjadi bahan iming-iming politis.
Jokowi Menang, Dolar Melemah
Detikcommemuat pernyataan bankir bank asing, HSBC, bahwa dolar akan turun hingga Rp 10.000 bila Jokowi menjadi presiden. Tentu kubu Jokowi menjadi semarak mendengar iming-iming begini.
"Percaya atau nggak sudah ada beberapa analis luar seperti Morgan Stanley sampai menghubungkan, kalau Jokowi jadi presiden, rupiah bisa tembus Rp 10 ribu/dolar AS. Tapi ini bisa kelihatan sendiri di Jumat kemarin. Begitu Jokowi ngomong mencalonkan diri jadi presiden, market langsung naik, bond (obligasi), IHSG, rupiah, ini luar biasa sekali Jokowi," ujar Ali, bankir HSBC itu.
Bankir bank asing lain dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan menyatakan rupiah akan menguat, jika kemenangan Jokowi telak dan tidak digugat oleh pihak-pihak tertentu ke Mahkamah Konstitusi (MK). "Menang telak artinya ada margin lebih dari 5% ya. Dalam jangka pendek dolar bisa ke Rp 11.300," katanya kepada detikFinance, Rabu (9/7/2014).
Seperti yang kita tahu, dolar malah makin menguat. Dan pernyataan ini kini menjadi bahan candaan di kalangan netizen.
Jokowi Dilantik Rupiah Menguat
Suara Pembaruan pada rabu, 1 Oktober 2014 mengutip perkataan Sofjan Wanandi. Ketua Umum Apindo itu mengatakan, "Setelah pelantikan presiden dan wapres pada 20 Oktober nanti, rupiah akan kembali menguat. Sentimen positif dari dalam negeri bakal mampu mengalahkan sentimen negatif dari pasar global."
Tanggal 20 Oktober 2014, hari di mana Jokowi dilantik, memang rupiah menguat. Namun menurut pengamat pasar modal William Suryawijaya, penguatan Rupiah bukanlah efek dari pasca-pelantikan Jokowi-JK. William menjelaskan hal ini dikarenakan dolar AS sedang mengalami fase kejenuhan yang sudah terlalu lama menguat, sehingga mata uang Negara Paman Sam tersebut melemah, begitu dikutip Okezone.
Harga BBM Naik Dolar Turun
Lagi, dolar dijadikan iming-iming kebijakan pemerintah. Adalah penasihat Tim Transisi Jokowi-JK, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, rencana Jokowi-JK menaikkan harga BBM subsidi diapresiasi pelaku pasar saham dan keuangan.
"Kenaikan harga BBM akan meningkatkan current account (transaksi berjalan) kita. Akan menguatkan rupiah kita jadi lebih kuat, bertahap di bawah Rp 11.000/US$. Kalau pajak kita kuat kan lagi rupiah bisa di bawah Rp 10.000/US$," ujar Luhut seperti dikutip detikcom.
Dan sesudah harga BBM sudah naik, tetapi dolar tetap perkasa.
APBN-P Disetujui, Rupiah Bakal Menguat
Dan baru-baru ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akan menguat ketika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara- Perubahan (APBN-P) 2015 sudah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Kita bisa menggolkan APBN-P yang dengan postur jauh lebih baik, ini akan punya sinyal sendiri ke market," kata Bambang, seperti dikutip Kompas, 14 Desember 2014.
Prabowo Menang, Rupiah Berpotensi Tembus 13 Ribu
Yang juga jadi perbincangan di media sosial adalah sebuah berita yang ditulis Tempo pada 7 Juli 2014 lalu. Tempo menulis pernyataan analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, bahwa bila Prabowo yang menang, maka rupiah terancam semakin terpuruk hingga Rp 13 ribu per dolar AS.
Pernyataan ini diungkit kembali karena gertakan politis ini tidak terbukti, tapi kenyataannya malah mengarah ke sebaliknya.
*****
Terhadap realita dolar yang terus-terusan perkasa terhadap rupiah, beberapa pihak pun menjadi kambing hitam. Netizen di dunia maya sedikit riuh karena pengambing hitaman ini.
Masyarakat Indonesia Yang Berlibur Ke Luar Negeri
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Peter Jacob, mengatakan pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya, di akhir tahun banyak masyarakat yang ingin liburan ke luar negeri sehingga banyak permintaan dolar AS. "Ini juga banyak yang mau liburan dan investor mengalihkan investasi dalam bentuk valas. jadi kalau mau bahas lebih lanjut soal detail Rupiah mungkin kita bisa lihat Januari," tukasnya.
Okezone menulis berita ini dengan judul "Rupiah Melemah karena Banyak Liburan ke Luar Negeri", yang membuat netizen tersenyum saat membaca judulnya.
Pemerintahan Masa Lalu
Kebijakan pemerintahan sebelum era Jokowi dikambing-hitam. "Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu," kata Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil seperti dikutip detikcom, Senin (15/12/2014).
Sofyan Djalil sendiri pernah menjadi menteri BUMN dan menteri Komunikasi dan Informatika di zaman SBY.
Akibat Ulah DPR
Sebagai mitra pemerintah, DPR rupanya tak aman dari tudingan Jokowi. Kisruh pemilihan pimpinan DPR dan MPR ditunjuk Jokowi sebagai penyebab jatuhnya rupiah. "Apa yang dilakukan mereka menjadi sorotan investor," begitu kata Jokowi seperti dikutip Tempo, Rabu, 8 Oktober 2014.
Kebijakan Rusia
Pemerintah Rusia juga ikut dituding sebagai penyebab pelemahan rupiah. Dikutip Tribunnews, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, "Satu hal lagi yg menyebabkan rupiah cukup dalam melemah ini adalah kebijakan Rusia. Ketika lihat Rusia naik 650 bps, maka pasti ada pemikiran kalau gitu kita pindahkan portofolio ke Rusia."
*****
Sudah sekian banyak iming-iming penguatan dolar beserta kambing hitam penyebab lemahnya dolar. Fenomena ini membuat netizen menaikkan tagar #Ebola yang merupakan singkatan dari "Eh, boong lagi". Menyiratkan ketidak percayaan kepada pemerintahan Jokowi.
Namun di atas semua ini, tugas pemerintah untuk bekerja dengan baik sehingga kritikan masyarakat terjawab.
Ada benernya... heboh dolar ini kan gara2 panastak demen bluffing. Koar-koar dulu soal Jokowi efek. kalo dolar gak kunjung turun, cari kambing hitamnya...
Diubah oleh middleware 18-12-2014 01:18
0
3.1K
Kutip
27
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Berita dan Politik](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-10.png)
Berita dan Politik![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
671.9KThread•41.6KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru