Quote:
Jakarta -Sejak kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah cukup tajam. Bahkan dolar AS semakin dekat ke level Rp 12.900.
Dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (16/12/2014), dolar AS saat ini berada di posisi Rp 12.896. Menguat cukup signifikan dibandingkan penutupan perdagangan kemarin di Rp 12.705.
DBS, bank terbesar di ASEAN dengan aset sekitar Rp 3.819 triliun, dalam risetnya hari ini turut menjadikan rupiah sebagai salah satu fokus. Menurut catatan DBS, pelemahan rupiah sepanjang Senin kemarin mencapai 2%.
"Dolar AS yang kemarin mencapai Rp 12.700 belum pernah terjadi sejak 1998. Bank Indonesia (BI) sudah memberikan pernyataan yang mencoba menenangkan pasar," sebut riset DBS.
Akibat pelemahan rupiah, DBS memperkirakan investasi ke Indonesia pada 2015 akan sedikit melambat. Pasalnya, keperluan bahan baku dan barang modal yang masih diimpor tentu menjadi lebih mahal.
"Realisasi investasi tahun ini sepertinya tidak sebaik yang diperkirakan sebelumnya. Ini masih akan berlanjut pada 2015," tulis riset DBS.
Meski investasi akan melambat, DBS memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan berada di kisaran 5,5%. Diharapkan belanja pemerintah akan lebih berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, karena ada pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Pengeluaran pemerintah mungkin lebih cepat. Namun investasi akan sedikit terhambat karena pelemahan rupiah," sebut riset DBS.
(hds/dnl)
http://finance.detik.com/read/2014/1...upiah?f9911013
Quote:
Makin Kinclong, Dolar Dekati Rp 12.900
Jakarta -Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tajam. Saat ini, dolar AS sudah mendekati level Rp 12.900.
Mengutip data Reuters, Selasa (16/12/2014), dolar AS berada di posisi Rp 12.890. Menguat cukup tajam dibandingkan penutupan pasar kemarin yaitu di Rp 12.705.
Riset First Asia Capital menyebutkan, keluarnya modal asing dari pasar keuangan Indonesia telah memperburuk kinerja rupiah terhadap dolar AS sepanjang Desember ini. Merujuk pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah terhadap dolar AS sepanjang bulan ini telah anjlok 3,3%.
"Kondisi ini tentunya bisa memperburuk kinerja perekonomian nasional, terutama emiten sektoral. Apalagi yang memiliki utang valas besar dan ketergantungan tinggi atas bahan baku impor," sebut riset itu.
Fenomena ini, menurut First Asia Capital, sekali lagi menunjukkan betapa rentannya fundamental ekonomi Indonesia yang memiliki ketergantungan tinggi pada dana asing. Di tengah rupiah yang terus merosot terhadap, aksi beli selektif cenderung bersifat spekulatif menyasar saham emiten sektoral yang berbasiskan pendapatan dolar AS atau yang berorientasi ekspor, sedangkan biaya dalam rupiah.
Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia, dalam risetnya menuliskan pelemahan rupiah di awal perdagangan kemarin langsung menghantam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga terkapar di zona merah. Aksi beli pun terkalahkan dengan aksi jual yang merupakan bentuk kekhawatiran dan kekecewaan terhadap melemahnya rupiah.
"BI menyebutkan bahwa pelemahan rupiah masih normal dan sesuai dengan fundamentalnya. Secara kebetulan, kami pun menilai jika pergerakan longsornya rupiah dianggap sesuai dengan fundamental Indonesia, maka dapat dipersepsikan bahwa perekonomian Indonesia memang terlihat sedang kurang baik cenderung parah," tegas Reza.
Pelaku pasar, lanjut Reza, berpersepsi ke depan pasti BI Rate akan dinaikkan lagi. Belum lagi banyaknya utang korporasi yang jatih tempo. Ini turut membawa sentimen negatif terhadap rupiah.
"Belum adanya sentimen maupun berita positif membuat laju rupiah diperkirakan dapat melanjutkan pergerakan negatifnya," sebut Reza.
http://finance.detik.com/read/2014/1...ekati-rp-12900
ane heran banget ama menteri2 ekonomi jokowi dan juga media
di saat rupiah makin melemah 'sepertinya' cuma diem. Beda dengan yang dulu, langsung memberi pernyataan untuk menenangkan market. Biasanya juga langsung diadakan rakor.
yg ane pikirin, ini media2 yang emang ga mau ngeliput atau emang menteri2 ekonomi jokowi diem saja ga mau ngomong ke publik?
kasih publik atau pelaku pasar langkah antisipasi yang telah disiapkan pemerintah untuk menghambat laju kenaikan dolar. dari kemarin ane baca ttg rupiah yang ngomong kebanyakan pengamat.
telat banget responsnya menteri2 ekonomi jokowi menanggapi pelemahan rupiah.
lebih aneh lagi kmrn sofyan djalil malah menyalahkan pemerintah sebelumnya, padahal yang ditunggu adalah langkah antisipisasi dari pemerintah terhadap melemahnya rupiah dalam jangka pendek ini dan tahun depan seiring rencana the fed menaikkan suku bunganya.