Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

saluyuincomeAvatar border
TS
saluyuincome
(Fiktif) Di Datangi Nyai Arum
Semua isi dari cerita ini adalah fiktif dan rekayasa belaka

Kala itu, langit siang hari kali ini terlihat begitu cerah di daerah pedalaman desa Kamasan. Momen seperti ini bagiku cukup jarang terjadi di daerahku, hampir setiap hari daerah tempat ku tinggal selalu dihadiri hujan yang selalu lebat yang menyebabkan sungai Cisangkuy meluap dan menyebabkan daerah kami selalu banjir. Ditemani dengan rokok lintingan yang sudah kusiapkan sebelumnya dan secangkir kopi hitam menemaniku saat itu.

Namaku Yayan Darmojad, sejak lahir aku sudah tinggal disini dan sekarang umurku telah berkepala tiga. Aku terlahir dengan cacat mata sebelah kanan, mata kananku ini tidak dapat melihat terlalu jelas benda yang berada di depanku jika diibaratkan maka mataku ini seperti terkena penyakit rabun jauh. Meski demikian, akan tetapi mata kananku ini dapat melihat apa yang orang normal tidak bisa lihat. Ya, mata ku ini dapat melihat makhluk atau benda pusaka yang kasat mata. Sudah banyak sekali koleksi benda pusaka yang kutemukan di sekitar desaku dan selalu kusimpan disudut rumah maupun dinding.

Hal itu tentunya menarik perhatian para kaum lelembut. Ada yang datang dengan ramah, namun tidak sedikit pula dari mereka yang membuat keributan denganku untuk segera mengembalikan benda pusaka yang dimaksud, jika tidak dituruti kemauannya maka dia mengancam akan merusak seisi rumahku. Karena aku tak mau ada keributan, aku pun segera membawa benda pusaka yang dia maksud untuk dikembalikan ke tempat semula dimana aku menemukannya. Diantara para lelembut yang mampir ada satu makhluk akhirnya tinggal menetap dalam rumahku, dia bernama Ki Tamrih.

Ki Tamrih ini tak pernah menampakan dirinya dengan wujud yang menyeramkan, bahkan setiap kali aku berjumpa dengannya wujudnya selalu bersih dan rapih. Selain itu Ki Tamrih tak pernah menggangguku, bahkan setiap hari aku selalu mendapatkan wejangan atau petunjuk darinya untuk senantiasa melakukan kebajikan dan menghentikan kebiasaanku mencari benda-benda yang keramat. Aku pun mengindahkan nasihat yang diberikan olehnya.

Namun suatu hari seusai menghadiri acara hajatan di desa sebelah, diperjalanan pulang aku melihat sebuah benda seperti guci tergeletak dipinggir jalan. Guci ini berwarna merah dan sedikit kusam pada bagian pangkalnya. Aku pun hendak membawanya kerumah karena kupikir benda ini bukanlah benda pusaka, karena benda pusaka yang biasa aku temui selalu memancarkan sinar dan terpendam dalam tanah sedangkan ini sudah kusam berada dipinggir jalan lagi pikirku. Sesampainya dirumah, aku tidak melihat Ki Tamrih, "mungkin sedang ada urusan" gumamku, aku pun menyimpan guci tersebut di sudut kamar ruang tengahku.

Setelah itu, aku hendak mengambil lap basah dengan maksud untuk membersihkan bagian guci yang kusam tersebut. Sedang asik-asiknya membersihkan, tiba-tiba aku mendengar pintu rumahku diketuk. Aku pun segera menghampiri pintu tersebut dan membukanya, kulihat seorang wanita cantik berbalut pakaian anggun serba merah sudah tepat berada di depanku. Dia pun memperkenalkan dirinya, dia bernama Nyai Arum, dia mengaku bahwa dia datang dari tanah Sumatera dan sekarang dia sedang merantau dan hendak meminta waktu semalam dirumahku karena kebetulan saat itu waktu telah memasuki waktu sore. Aku pun mempersilahkannya masuk, namun ada perasaan janggal dalam hatiku "apakah mungkin ada seorang perantau macam wanita ini yang mengenakan pakaian anggun seperti ini ?". Dalam lamunanku tersebut, aku disadarkan oleh wanita tersebut yang bertanya dimana kamar yang bisa ia tempati, aku pun segera mengantarnya ke kamar kebelakang yang dulunya selalu diisi oleh kedua orang tuaku

Sesudah mengantarnya aku pun pamit ke kamarku karena aku sendiri sudah merasakan kantuk telah menjalar disekujur tubuhku. Aku pun merebahkan tubuhku dan langsung terlelap tanpa memikirkan tentang wanita tersebut. Dalam mimpi aku tersebut aku dikejutkan oleh sesosok wanita menyeramkan dengan mata yang berlubang sedang menyorot mataku dengan tajam dan penuh amarah, rambutnya terurai panjang hingga menyentuh kakinya, mulutnya menganga lebar membentuk ukuran lonjong dengan lidah yang menjulur panjang, dan dia mengenakan pakaian compang-camping berwarna merah. Dengan nada membentak setan itu berkata padaku "Sia kudu tanggung jawab kana guci nu sia bawa !" (Kamu harus tanggung jawab sama guci yang kamu bawa). Setelah mendengar ucapan tersebut seketika pula aku langsung terbangun dan bersyukur bahwa itu hanyalah sebuah mimpi.

Belum selesai menenangkan diri dari mimpi tersebut, aku merasa ada sesuatu yang melilit leherku. Saat kutengok kebawah, kulihat ada suatu benda yang menyerupai lidah sudah melilit kuat pada leherku. Kulihat seksama darimana asal lidah tersebut dan aku pun terperajat bukan kepalang melihat dari mana asal lidah tersebut. Lidah itu ternyata berasal dari wanita yang wujudnya persis seperti apa yang ada dalam mimpiku. Wanita itu terlihat seperti siap menyantap diriku. namun sebelum makhluk tersebut menyentuh kepalaku, tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka lebar dengan keras. Dari arah pintu tersebut aku melihat sosok Ki Tamrih dengan wujud yang tak pernah kulihat sebelumnya, dia terlihat seperti seorang pengawal kerajaan dengan membawa tombak panjang.

Seketika itu pula Ki Tamrih langsung melompat ke samping makhluk tersebut dan menghunuskan tombaknya tepat dileher wanita tersebut seraya berkata dengan logat Sunda yang kental, "Lepasin dia, atau kamu ku bunuh !" ancamnya, "Saya tidak akan melepaskannya sampai dia benar-benar jadi santapanku !" balas makhluk itu. Mendengar jawaban tersebut, akhirnya pertempuran sengit pun tak dapat dihindarkan, kulihat beberapa kali serangan yang dilakukan oleh Ki Tamrih dapat dipatahkan dengan mudah oleh makhluk tersebut hingga akhirnya Ki Tamrih sendiri takluk oleh makhluk tersebut karena sekujur tubuhnya telah dililit oleh lidah setan tersebut dan wanita tersebut siap menyantap Ki Tamrih. Melihat kondisi tersebut, aku berusaha meraih senjata yang Ki Tamrih yang tergeletak jatuh tepat disamping ranjangku dan menusukkan tombak tersebut tepat di pinggang wanita tersebut dan seketika itu pula dia menjerit kesakitan dan menghilang ditelan asap hitam. Aku pun tak sadarkan diri setelah itu...

Pagi harinya aku sudah siuman, aku pun keluar untuk mencari guci tersebut, namun tak kutemukan akhirnya aku coba untuk mencari Ki Tamrih. Kulihat dia berada di teras depan sembari duduk menyila, aku pun segera menghampirinya dan bertanya perihal makhluk yang mendatangiku tadi malam. Dia pun menjawab bahwa wanita tersebut adalah pemilik guci yang aku bawa sore kemarin, lalu aku tanya kemana saja dia kemarin. Lalu, ia pun menjawab bahwa kemarin dia tidak pergi kemana-mana hanya saja ketika melihatku membawa guci tersebut dari kejauhan, maka dia bersembunyi di salah satu benda pusaka yang kumiliki untuk melihat gelagat dari si pemilik guci yang sudah dia duga sebagai benda pusaka berbahaya. Guci itu ternyata milik Nyai Arum yang sempat meminta kamar menginap kepadaku sore kemarin, guci itu sendiri di dalamnya memiliki luas seluas kerajaan dan didalamnya terdapat banyak sekali budak dari kalangan jin dan manusia yang sempat disantap oleh makhluk tersebut.

"Terus guci itu sekarang dimana Ki ?" tanyaku, "Guci itu udah aki ancurin supaya budak-budak yang ada didalamnya bisa bebas." jawabnya. Usai kejadian tersebut, aku tak pernah lagi tertarik terhadap benda-benda pusaka yang kutemukan, bahkan koleksi ku sendiri sudah ku simpan kembali ke tempat semula. Bagaimana dengan Ki Tamrih ? Dia tetap menemaniku hingga saat ini.

Sumber

Mohon maaf jika tulisannya terlihat seperti artikel koran.
0
5.1K
62
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
SupranaturalKASKUS Official
15.6KThread10.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.