Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadewakuntiAvatar border
TS
mahadewakunti
Presiden Jokowi Mau Jadiin Galungan Sebagai Hari Libur Nasional
Menunggu Kepres Jokowi tentang

17 Nov 2014 0 Comment

Galungan sebagai Libur Nasional

OLEH : DRS. MADE METU DAHANA, SH, MH.

Kita patut bersyukur atas terpilih dan dilantiknya Jokowi dan Jusuf Kala masing-masing menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Sebagaimana diberitakan secara terbuka bahwa Jokowi menang di Provinsi Bali 71.42 %. Rasanya kemenangan Jokowi secara prosentase tidak ada yang melebihi Provinsi Bali yang penduduknya mayoritas Hindu. Saya yakin rakyat Bali menjatuhkan pilihan kepada Jokowi karena mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu memiliki suatu kelebihan.

Umat Hindu sejak presiden pertama sampai presiden ketujuh saat ini baru memiliki satu hari libur keagamaan secara nasional yaitu hari Raya Nyepi, yang dikeluarkan oleh Presiden ke-2, yaitu Presiden Soeharto. Kalau dibandingkan dengan agama-agama lain, masih sangat tidak berimbang. Agama Islam memiliki lebih dari 5 hari raya dan nasrani lebih dari 3 hari raya yang ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Pada masa pemerintahan Presiden ke-5, Megawati Soekarnoputri, yang sering disebut ada darah Bali-nya (Hindu) tidak juga ada kepres untuk libur nasional hari Raya Hindu. Masih hangat dalam ingatan masyarakat Bali, saat Megawati dikalahkan oleh Gusdur dalam pemilihan presiden pada tahun 1999, rakyat Bali yang kecewa merusak beberapa fasilitas umum di Bali. Sebagai pertanda bahwa masyarakat Bali sangat mengidolakan Megawati yang punya darah Bali untuk jadi Presiden. Saat jadi Presiden tidak sempat memberi suatu hadiah sebagai kenang-kenangan pada rakyat Bali berupa hari yang sangat disucikan dan selalu dirayakan secara besar yaitu Hari Raya Galungan.

Seandainya Jokowi saat ini mau memberikan suatu hadiah sebagai kenangan pada masyarakat Hindu, rasanya tidak terlalu berlebihan apabila hari Raya Galungan dijadikan hari libur Nasional. Umat Hindu di luar Bali akan sangat merasakan manfaatnya apabila Galungan dijadikan libur nasional. Sebab, selama ini, sering sekali pada Hari Raya Galungan di sekolah atau di kampus ada kegiatan ujian. Demikian pula bagi karyawan, tidak mendapat dispensasi sebagaimana halnya di Provinsi Bali. Bahkan sering diadakan rapat-rapat penting, sehingga tidak mungkin karyawan meminta izin pada hari raya tersebut.

Pentingnya hari Raya Galungan dijadikan libur nasional tentu didasarkan pada berbagai pertimbangan. Selain masalah tadi, kita juga dapat melihat dari makna Galungan, yaitu membangkitkan semangat umaat Hindu untuk terus berbuat demi mencapai kemenangan Dharma. Adapun inti dari perayaan Galungan merupakan peringatan kemenangan Dharma atas Adharma.

Perayaan ini mengandung maksud agar umat Hindu selama kurun waktu enam bulan dari Galungan ke Galungan selalu melakukan perbuatan baik. Lebih populernya, melaksanakan trikaya parisudha yaitu berpikir, berkata dan bertingkah laku yang baik dan benar. Oleh karena itu timbul pertanyaan sudahkah kita pernah menghitung selama enam bulan, mana lebih banyak dilaksanakan apakah kebaikan atau kejahatan. Bila kebajikan lebih banyak, maka terasa tepatlah kita merayakan hari kemenangan itu saat Galungan. Tetapi bila sebaliknya, maka secara jujur kita akui bahwa kita hanya ikut-ikutan merayakan kemenangan dharma itu. Agar ada suatu kebanggaan merayakan hari kemenangan dharma, maka sepatutnya kita berusaha dalam kurun waktu dari Galungan ke Galungan selalu berbuat kebajikan. Dengan demikian kita merasa puas merayakan Galungan sebagai kemenangan Dharma.

Bagi umat Hindu, bulan Desember nanti akan merayakan Galungan. Marilah kita sama-sama merenungkan tentang arti dan makna hari Raya Galungan itu atau hari kemenangan Dharma. Sebaiknya kita selalu berpijak pada ajaran-ajaran kitab suci Weda dan susastra Hindu yang memberikan tuntunan moral. Kita juga mesti mengimplementasikan tuntunan yang luhur sebagaimana yang kita miliki sebagai kearifan lokal.

Kita juga mengenal tuntunan yang disebut Panca Pilar, yaitu Sathya (kebenaran), Dharma (kebajikan), Ahimsa (tanpa kekerasan), Prema (kasih sayang), dan Shanti (kedamaian). Dan yang paling inti ajaran Hindu adalah Tattwamasi (dia adalah aku, aku adalah dia). Ajaran itu merupakan ajaran kasih sayang yang sangat mulia.(*)

Penulis adalah mantan Perwira Rohani Hindu Paswalpres, tinggal di Mataram NTB.

http://posbali.com/menunggu-kepres-jokowi-tentang/

Tambah lagi libur nasional
0
4.2K
56
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.