- Beranda
- Berita dan Politik
Misi Terselubung Islamisasi Di Papua dan Konspirasi Politik Arab
...
TS
huanatiko
Misi Terselubung Islamisasi Di Papua dan Konspirasi Politik Arab
http://reformata.com/news/view/6232/...lamisasi-papua
Quote:
Saat ini dakwah Islam di Papua makin gencar. Buku Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua) yang ditulis Ali Atwa menyebut, bahwa Islam yang pertama ada di Papua, bukan Kristen. Tahun 1997, pernah ada seminar di Kabupaten Fakfak dan di Jayapura menyebutkan, sebelum para misionaris Kristen menginjakkan kakinya di Tanah Papua, katanya, sudah terlebih dahulu muballigh Islam hadir di sana.
“Islam masuk pertama kali di bagian barat Papua. Di Fak Fak, jumlah Muslim hampir separuh populasi.” Kabupaten Fakfak sendiri yang memiliki luas wilayah 38.474 km2 dan berpenduduk sebanyak 50.584 jiwa, justru sangat kental dengan Islam.
Saksi bisu sejarah Islam, Masjid Patimburak, hingga kini masih difungsikan sebagai tempat ibadah 36 kepala keluarga dengan 147 jiwa yang tinggal di sekitarnya. “Dulu di sini ramai, tapi satu-satu mereka pergi,” ujar Daud Iba, sekretaris kampung Patimburak.
Tetapi cerita di atas mengaburkan fakta lain. Sesungguhnya yang pertama agama Kristen Protestan di daerah Manokwari, tahun 1855 sudah jelas. Missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler datang menjadi missionaris.
Kapal Dakwah Papua
Ada misi terselubung dengan hadirnya Kapal Dakwah AFKN Khilafah I. Kapal dakwah Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), sebuah lembaga dakwah yang dipimpin Ustadz Muhammad Zaaf Fadzlan Rabbani Al Garamatan atau yang lebih dikenal dengan Ustadz Fadzlan, saat ini pesantrennya berada di wilayah Bekasi.
Kapal laut dakwah itu sendiri dibeli seharga Rp 600 juta. Kapal yang memiliki panjang 13,5 m dan lebar 3,3 meter ini mampu menampung 20 penumpang dan beban seberat 10 ton, juga dilengkapi standar keselamatan seperti rakit penyelamat, ringboy, karet pelampung serta alat komunikasi.
“Apapun yang terjadi, AFKN tetap berdakwah. Kami tidak ada urusan dengan mereka (Kristen). Dakwah harus dilanjutkan. Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, merekalah (mualaf) yang akan membangun Papua menjadi lebih baik dan bertauhid,” katanya.
“Bantuan itu dalam rangka Safari Bhakti Dakwah dan Silaturahim ke-17 desa di pedalaman Papua. Sabun mandi saja jumlahnya sangat banyak, sampai dua truk. Begitu juga dengan kubah masjid. Semua bantuan akan kami salurkan ke masyarakat di kampung-kampung dhuafa dan muallaf di Papua,” jelas Fadzlan.
Fadzlan merasa benar sendiri. “Orang Kristen tidak boleh cemburu. Yang seharusnya cemburu adalah umat Islam, karena selama ini umat Islam di Papua kurang sekali mendapat fasilitas. Justru yang sering mendapat fasilitas adalah mereka (Kristen), baik dari negara maupun hasil kekayaan alam negeri yang mereka ambil. Otsus itu mereka yang makan semua, sementara umat Islam tidak mendapat. Bukankah selama ini seluruh orang Kristen, misionaris dan gereja, menggunakan pesawat modern, tapi umat Islam tidak pernah menggangu. Kok dengan kapal kecil saja mereka cemburu. Tidak ada yang melarang. Yang jelas, saat ini belum ada gangguan terhadap dakwah AFKN. Irian itu negeri Muslim kok,” katanya.
“AFKN ingin membangun keadilan dengan cara mendatangi semua lembaga Islam, majelis taklim dan semua umat Islam, dan menyerukan umat Islam agar menyelamatkan Muslim Irian. Karena umat Islam Irian adalah bagian dari NKRI. Apa yang dilakukan AFKN adalah upaya untuk mendukung program pemerintah. Ketika umat Islam kurang mendapat perhatian dan fasilitas, maka AFKN ingin terlibat untuk membantu umat, khususnya muslim Papua.”
Yang membuat aktivitas AFKN dipertanyakan saat perihal isu yang beredar, bahwa Qur’an sebanyak 55 ribu itu akan dibagi-bagikan kepada kaum nasrani. “Kalau ada orang Kristen yang meminta Al Qur’an untuk dipelajari, ya kami kasih, karena mereka ingin baca. Siapa tahu kehidupan mereka jauh lebih baik. Tapi kalau AFKN membagi Al Qur’an pada gereja, jelas tidak mungkin. Kita hanya melayani orang yang mau membaca Al Qur’an, dalam hal ini umat Islam.”
Tidak ada kekhawatiran sedikit pun pada aktivis dakwah AFKN soal kemungkinan terjadinya penolakan terhadap kapal dakwah ini. Ustadz Fadzlan yakin, kebenaran itu datang dari Allah Swt, maka jangan ragu. “Untuk apa takut. Kita hanya takut pada Allah Swt saja,” katanya lagi.
Menikahi kepala suku
Selama ini Tanah Papua kita kenal sebagai wilayah yang dihuni mayoritas Kristen, tetapi sekarang, seiring waktu, banyaknya penduduk yang datang ke Papua, termasuk transmigrasi membawa perubahan yang amat sangat terhadap jumlah penduduk. Makin hari masyarakat asli Papua makin terpinggirkan.
Jadi bukan hanya isu Islamisasi, isu Papua, bukan berita baru. Tahun 2001, salah televisi swasta melalui siaran Liputan6 menyiarkan Kepala Suku Lembah Baliem, Irianjaya, Kosay Obahorok berganti nama menjadi Abdul Rahman Kasoy Obahorok. Setelah menjadi muslim, dia menikah dengan seorang guru agama Islam, gadis asli Jakarta. Si none Jakarta ini mau menikah lantaran kebutuhan pengajar agama Islam di Lembah Baliem yang sudah mulai banyak memeluk agama Islam.
Kisah lain, ada Saul Yenu, saat menginjak usia 68 tahun, Kepala Suku Besar Serui memutuskan menjadi seorang Muslim. Setelah belajar menjadi Muslim dia naik haji, uangnya hasil bantuan Amien Rais, mantan Ketua MPR-RI. Menurut pengakuan Yenu, paling tidak hingga kini sudah mengislamkan 50 orang Papua.
“Alhamdulillah. Sebanyak 20 di antaranya sudah naik haji. Keluarga pun beberapa mengikuti jejak saya. Anak saya, istri saya, dua di antaranya pun sudah jadi mualaf. Saya akan terus berusaha agar penduduk Papua terbebas dari keterbelakangannya dengan cara mengajak mereka masuk Islam,” ujar suami empat istri dan 37 anak ini. Jadi, membaca cerita di atas, gadis kota menikah dengan kepala suku yang masih mengunakan koteka disinyalir adalah misi terselubung dari sebuah upaya menguasai Papua.
“Islam masuk pertama kali di bagian barat Papua. Di Fak Fak, jumlah Muslim hampir separuh populasi.” Kabupaten Fakfak sendiri yang memiliki luas wilayah 38.474 km2 dan berpenduduk sebanyak 50.584 jiwa, justru sangat kental dengan Islam.
Saksi bisu sejarah Islam, Masjid Patimburak, hingga kini masih difungsikan sebagai tempat ibadah 36 kepala keluarga dengan 147 jiwa yang tinggal di sekitarnya. “Dulu di sini ramai, tapi satu-satu mereka pergi,” ujar Daud Iba, sekretaris kampung Patimburak.
Tetapi cerita di atas mengaburkan fakta lain. Sesungguhnya yang pertama agama Kristen Protestan di daerah Manokwari, tahun 1855 sudah jelas. Missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler datang menjadi missionaris.
Kapal Dakwah Papua
Ada misi terselubung dengan hadirnya Kapal Dakwah AFKN Khilafah I. Kapal dakwah Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), sebuah lembaga dakwah yang dipimpin Ustadz Muhammad Zaaf Fadzlan Rabbani Al Garamatan atau yang lebih dikenal dengan Ustadz Fadzlan, saat ini pesantrennya berada di wilayah Bekasi.
Kapal laut dakwah itu sendiri dibeli seharga Rp 600 juta. Kapal yang memiliki panjang 13,5 m dan lebar 3,3 meter ini mampu menampung 20 penumpang dan beban seberat 10 ton, juga dilengkapi standar keselamatan seperti rakit penyelamat, ringboy, karet pelampung serta alat komunikasi.
“Apapun yang terjadi, AFKN tetap berdakwah. Kami tidak ada urusan dengan mereka (Kristen). Dakwah harus dilanjutkan. Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, merekalah (mualaf) yang akan membangun Papua menjadi lebih baik dan bertauhid,” katanya.
“Bantuan itu dalam rangka Safari Bhakti Dakwah dan Silaturahim ke-17 desa di pedalaman Papua. Sabun mandi saja jumlahnya sangat banyak, sampai dua truk. Begitu juga dengan kubah masjid. Semua bantuan akan kami salurkan ke masyarakat di kampung-kampung dhuafa dan muallaf di Papua,” jelas Fadzlan.
Fadzlan merasa benar sendiri. “Orang Kristen tidak boleh cemburu. Yang seharusnya cemburu adalah umat Islam, karena selama ini umat Islam di Papua kurang sekali mendapat fasilitas. Justru yang sering mendapat fasilitas adalah mereka (Kristen), baik dari negara maupun hasil kekayaan alam negeri yang mereka ambil. Otsus itu mereka yang makan semua, sementara umat Islam tidak mendapat. Bukankah selama ini seluruh orang Kristen, misionaris dan gereja, menggunakan pesawat modern, tapi umat Islam tidak pernah menggangu. Kok dengan kapal kecil saja mereka cemburu. Tidak ada yang melarang. Yang jelas, saat ini belum ada gangguan terhadap dakwah AFKN. Irian itu negeri Muslim kok,” katanya.
“AFKN ingin membangun keadilan dengan cara mendatangi semua lembaga Islam, majelis taklim dan semua umat Islam, dan menyerukan umat Islam agar menyelamatkan Muslim Irian. Karena umat Islam Irian adalah bagian dari NKRI. Apa yang dilakukan AFKN adalah upaya untuk mendukung program pemerintah. Ketika umat Islam kurang mendapat perhatian dan fasilitas, maka AFKN ingin terlibat untuk membantu umat, khususnya muslim Papua.”
Yang membuat aktivitas AFKN dipertanyakan saat perihal isu yang beredar, bahwa Qur’an sebanyak 55 ribu itu akan dibagi-bagikan kepada kaum nasrani. “Kalau ada orang Kristen yang meminta Al Qur’an untuk dipelajari, ya kami kasih, karena mereka ingin baca. Siapa tahu kehidupan mereka jauh lebih baik. Tapi kalau AFKN membagi Al Qur’an pada gereja, jelas tidak mungkin. Kita hanya melayani orang yang mau membaca Al Qur’an, dalam hal ini umat Islam.”
Tidak ada kekhawatiran sedikit pun pada aktivis dakwah AFKN soal kemungkinan terjadinya penolakan terhadap kapal dakwah ini. Ustadz Fadzlan yakin, kebenaran itu datang dari Allah Swt, maka jangan ragu. “Untuk apa takut. Kita hanya takut pada Allah Swt saja,” katanya lagi.
Menikahi kepala suku
Selama ini Tanah Papua kita kenal sebagai wilayah yang dihuni mayoritas Kristen, tetapi sekarang, seiring waktu, banyaknya penduduk yang datang ke Papua, termasuk transmigrasi membawa perubahan yang amat sangat terhadap jumlah penduduk. Makin hari masyarakat asli Papua makin terpinggirkan.
Jadi bukan hanya isu Islamisasi, isu Papua, bukan berita baru. Tahun 2001, salah televisi swasta melalui siaran Liputan6 menyiarkan Kepala Suku Lembah Baliem, Irianjaya, Kosay Obahorok berganti nama menjadi Abdul Rahman Kasoy Obahorok. Setelah menjadi muslim, dia menikah dengan seorang guru agama Islam, gadis asli Jakarta. Si none Jakarta ini mau menikah lantaran kebutuhan pengajar agama Islam di Lembah Baliem yang sudah mulai banyak memeluk agama Islam.
Kisah lain, ada Saul Yenu, saat menginjak usia 68 tahun, Kepala Suku Besar Serui memutuskan menjadi seorang Muslim. Setelah belajar menjadi Muslim dia naik haji, uangnya hasil bantuan Amien Rais, mantan Ketua MPR-RI. Menurut pengakuan Yenu, paling tidak hingga kini sudah mengislamkan 50 orang Papua.
“Alhamdulillah. Sebanyak 20 di antaranya sudah naik haji. Keluarga pun beberapa mengikuti jejak saya. Anak saya, istri saya, dua di antaranya pun sudah jadi mualaf. Saya akan terus berusaha agar penduduk Papua terbebas dari keterbelakangannya dengan cara mengajak mereka masuk Islam,” ujar suami empat istri dan 37 anak ini. Jadi, membaca cerita di atas, gadis kota menikah dengan kepala suku yang masih mengunakan koteka disinyalir adalah misi terselubung dari sebuah upaya menguasai Papua.
0
13.6K
Kutip
63
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya