Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

3001cecakAvatar border
TS
3001cecak
Prestasi Timnas Jeblog, harusnya lanyalla MALU!
Maaf agan2, ini trit pertama ane dan mungkin acakadut, cuman mau me-nge-share-kan tulisan temen. Udah izin sama ybs.

La Nyalla Sudahlah, Engkau Sudah Terlihat Lelah

Tolok ukur maju tidaknya sepakbola sebuah negara adalah prestasi tim nasionalnya. Jika timnasnya berprestasi, artinya track pengelolaan sepakbola di negeri tersebut sudah benar. Jika prestasi timnasnya memalukan, artinya track pengelolaan sepakbola di negeri tersebut acak-acakan.

Siapa pengelola sepakbola di negeri ini? Jawabnya adalah PSSI, yang memiliki kompetisi profesional dalam 2 kasta, yaitu ISL dan DU. Siapa rezim yang berkuasa di PSSI saat ini? Secara de jure Ketumnya bernama Djohar Arifin Husein. Tapi secara de facto, PSSI ada dibawah kendali La Nyalla Mattaliti, sang Waketum merangkap Ketua BTN, yang membuat banyak pihak kecut nyalinya untuk berseberangan dengan La Nyalla, karena dibelakang La Nyalla ada ormas yang siap memberikan intimidasi serta pressure bagi siapapun yang berani konfrontasi dengan La Nyalla.
Rezim PSSI sangat beruntung berada di negeri dimana mayoritas publik hanya menempatkan sepakbola sekedar aktivitas hura-hura belaka. Suporter sebagai stake holder sepakbola nasional yang terbesar masih tersandera dengan kebanggaan semu bersama klub kebanggaannya. Jika klubnya sudah berlaga di ISL, maka sikap kritis kepada rezim PSSI sangat lemah. Apalagi jika klubnya sudah pernah jadi juara ISL, maka melihat timnas Indonesia dibantai timnas negara lainpun tetap bisa tidur nyenyak tanpa hati merasa sesak.

Suporter Indonesia masih didominasi (maaf) kelas menengah bawah yang termarginalkan dalam kehidupan di alam nyata, sehingga golongan ini mencari aktualisasinya didalam kelompok suporter sebuah klub sepakbola. Fanatisme kepada klub atau kepada kompetisi (baca; ISL) jauh melebihi fanatismenya kepada timnas. Itulah sebabnya kelompok suporter klub-klub yang berlaga di ISL rata-rata justru jadi bemper rezim PSSI ketika ada tekanan dan ketidak puasan dari publik terhadap tim nasional Indonesia yang tak kunjung berprestasi.

Jika ada gerakan yang mencoba menggoyang PSSI, biasanya dimotori oleh suporter yang klubmya tidak berlaga di ISL, klubnya didzolimi PSSI, atau klubnya mati suri akibat dimasukkan peti oleh PSSI. Apapun tujuan gerakan ini, entah murni ataupun ada tendensi, pasti akan terjadi resistensi dari suporter yang klubnya sedang berlaga di ISL.

Lingkaran setan itulah yang terus terjadi, sehingga sepakbola Indonesia hanya jalan ditempat seperti ini, sementara negara lain makin berkembang. Publik tak bisa lagi melihat secara obyektif, dan tak mau memakai parameter yang jelas, yaitu PRESTASI.

Rezim La Nyalla sudah gagal total. Empat parameter yang mereka patok sendiri tak ada satupun yang tercapai. Ranking FIFA urutan 120 masih jauh. Timnas U19 gagal lolos Piala Dunia U20. Timnas U23 gagal di Asian Games. Dan timnas senior babak belur di Piala AFF 2014. Semua adalah parameter valid dan subyektif.

Jika publik sepakbola kita didominasi oleh mereka yang punya ekspektasi tinggi terhadap timnas, kegagalan demi kegagalan itu pasti akan membuat mereka gerah dan bersuara lantang terhadap rezim yang berkuasa. Tapi lihatlah yang ada di sosial media, suporter klub ISL akan berjamaah melakukan pembelaan dan tak menganggap kegagalan ini sebagai aib yang besar. Tak butuh waktu lama mereka akan melupakan kegagalan timnas ini, dan lebih tertarik membahas bursa pemain serta rekrutmen yang dilakukan klub mereka untuk kompetisi baru .musim depan. Itulah fenomena nyata yang ada di republik ini.

Suporter tak begitu peduli melihat berbagai rekayasa di ISL dan DU. Soal keberpihakan wasit, soal penalti bagi tuan rumah, soal baku hantam di lapangan, soal suporter yang rusuh bahkan meregang nyawa, semua hanyalah isue temporer yang tak mampu mengusik respon memadai dari suporter mainstream. Jangan heran prestasi sepakbola Indonesia hancur-hancuran.

Sumberdaya pemain muda potensial di Indonesia sebenarnya melimpah. Itu INPUT yang bagus. Tapi PROSES yang tidak benar didalam kompetisi akhirnya menghasilkan OUTPUT yang tidak bisa dibanggakan dan jeblok di level antar bangsa. Coba bayangkan pemain gaek seperti Firman Utina yang diandalkan di tahun 2010, masih jadi pemain inti di tahun 2014 dalam usia tak muda lagi. Itu bukti regenerasi yang gagal, dan biang keroknya tentunya sistem kompetisi yang tak mampu menempa bibit bagus menjadi matang.

Bagaimana bisa matang jika mentalitasnya terus diracuni di kompetisinya PSSI sendiri. Mana ada striker yang harusnya mencetak gol di gawang lawan, justru menjaga gawang lawan supaya back lawan tidak mencetak gol bunuh diri. Itu hanya ada di kompetisinya PSSI. Mana ada klub yang jumlah penaltinya mencapai rasio 94% dari jumlah pertandingan yang dimainkannya? Itu hanya ada di kompetisinya PSSI. Mana ada tukang pijat yang dijatuhi sanksi dan denda? Itu hanya ada di kompetisinya PSSI. Mana ada lisensi dan jatah berlaga sebuah klub bisa diperjual-belikan dengan mudahnya dan pemodal baru bisa mengganti nama dan memindahkan homebase klub seenaknya? Itu hanya ada di kompetisinya PSSI. Mana ada klub yang masih punya tunggakan gaji musim lalu masih diijinkan rekrut pemain lagi di musim kompetisi baru? Itu hanya ada di kompetisinya PSSI.

Jangan banyak berharap kondisi ini akan berubah. Semua masih akan terulang dan terulang sama seperti sebelumnya. Pelatih gagal seperti Riedl tetap akan dibela. Rezim gagal seperti La Nyalla cs tetap akan dipuja. ISL adalah segalanya. Pokoknya bisa joget, bernyanyi dan berkreasi dalam sorotan kamera adalah segalanya. Berani berisik soal prestasi timnas, langsung dicap BSH.

Berharap suporter mainstream macam Jakmania, Viking dan Aremania mengkritisi PSSI soal prestasi timnas dan mendesak rezim La Nyalla mundur, sama seperti anda berharap Lionel Messi direkrut Mitra Kukar. It’s MISSION IMPOSSIBLE. Itu hil yang mustahal.

Berharap Menpora baru berani ambil langkah inovatif dalam memajukan sepakbola Indonesia? Jauh panggang dari api. Lha wong Menporanya justru menanda-tangani nota kesepahaman dengan PSSI untuk pemberantasan mafia. Memangnya ada mafia di sepakbola Indonesia? Apa pak Menpora pura-pura tidak tahu dimana mafianya?

Satu-satunya harapan saya adalah seorang La Nyalla masih punya urat malu atas ketidak-mampuannya memberikan prestasi bagi bangsa ini. Sudahlah pak tua, anda pantas diakui sebagai panglima perang yang jempolan. Simbol pemersatu politik kepentingan berbagai klub di ranah sepakbola. Tapi bicara prestasi, hasilnya nol besar. Anda sudah punya waktu lebih dari cukup, tapi anda tak mampu mewujudkannya.

Anda bukan profesional sepakbola, tuan. Karena setiap ada perbedaan anda selesaikan dengan intimidasi dan kekerasan. Orang takut pada anda bukan karena respek dan hormat, tapi merasa ngeri kena ancaman dan intimidasi. Ini sepakbola, tempat dimana sportivitas fan fairplay jadi panglima, bukan premanisme dan kekerasan. Warna sebuah organisasi tergantung siapa leadernya. Dipimpin preman kebawah juga preman. Dipimpin profesional, secara top down juga akan berlaku ptofesional.

Mengurus sepakbola butuh otak cerdas dan berani berpikir out of box. Pakem standar terbukti gagal. Butuh terobosan dan strategi inovatif dengan pendekatan prestasi, bukan gaya politisi. Dan kapasitas anda tak sampai disitu tuan. Mau berkuasa 8 tahun lagi, tetap saja hasilnya begini. Prestasi bukanlah keberuntungan, tapi diciptakan melalui proses yang benar dan berkesinambungan.

Pak tua, sudahlah. Engkau mulai terlihat lelah. Pak tua sudahlah. Kami (yang muda-muda) mampu untuk bekerja.

Oleh: ARI WIBOWO – Direktur LSM SEMPRIT, Sepakbola Menuju Prestasi Tertinggi

Sumur: http://www.fdsinews.com/la-nyalla-su...erlihat-lelah/
0
2.4K
25
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.