TS
uzairu
7 ( Tujuh ) Tingkat Investor Menurut Robert T Kiyoshaki
Bismillah....
Saya pengen sedikit share sama agan-agan mengenai kutipan dari buku "cashflow quadrant" Robert T Kiyoshaki. Buku yg menginspirasi bagi saya dan mungkin bagi agan juga.
Ketika membaca buku ini tentang berbagai tingkat investor yang berbeda, Agan mungkin akan melihat sosok orang – orang yang agan kenal di tiap tingkat nya. Bahkan diri agan sendiri. Dan agan ingin di tingkat yang ke berapa.
Sumber : Buku Cashflow Quadrant
Saya pengen sedikit share sama agan-agan mengenai kutipan dari buku "cashflow quadrant" Robert T Kiyoshaki. Buku yg menginspirasi bagi saya dan mungkin bagi agan juga.
Ketika membaca buku ini tentang berbagai tingkat investor yang berbeda, Agan mungkin akan melihat sosok orang – orang yang agan kenal di tiap tingkat nya. Bahkan diri agan sendiri. Dan agan ingin di tingkat yang ke berapa.
Spoiler for TINGKAT 0 (NOL):
MEREKA YANG TIDAK MEMPUNYAI MODAL UNTUK DIINVESTASIKAN
Orang-orang ini tidak mempunyai uang untuk diinvestasikan. Mereka menghabiskan semua yang mereka peroleh atau menghabiskan lebih daripada pendapatan mereka. Ada banyak orang “kaya” yang termasuk kategori ini karena mereka menghabiskan sebanyak, atau lebih banyak daripada, yang mereka hasilkan. Sayangnya tingkat nol ini mencakup sekitar 50 persen popularitas dewasa.
Orang-orang ini tidak mempunyai uang untuk diinvestasikan. Mereka menghabiskan semua yang mereka peroleh atau menghabiskan lebih daripada pendapatan mereka. Ada banyak orang “kaya” yang termasuk kategori ini karena mereka menghabiskan sebanyak, atau lebih banyak daripada, yang mereka hasilkan. Sayangnya tingkat nol ini mencakup sekitar 50 persen popularitas dewasa.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 0 yang Agan kenal?
Spoiler for TINGKAT 1 (SATU):
PEMINJAM
Orang-orang ini menyelesaikan finansial dengan meminjam uang. Sering mereka bahkan melakukan investasi dengan uang pinjaman. Gagasan mereka tentang perencanaan finansial adalah merampok Peter untuk membayar Paul. Mereka menjalani kehidupan finansial dengan kepala terbenam dalam pasir seperti seekor burung unta, berharap dan berdoa semua akan berjalan lancar. Meski mungkin mempunyai beberapa aset, tapi kenyataannya tingkat utang mereka terlalu tinggi. Seringnya mereka tidak mempunyai kesadaran tentang uang dan kebiasaan mereka membelanjakannya.
Semua milik berharga mereka merupakan utang. Mereka menggunakan kartu kredit dengan impulsif, dan kemudian memutar utang itu menjadi pinjaman home-equity jangka panjang supaya mereka bisa melunasi tunggakan kartu kredit dan mulai menggunakannya lagi.
Jika nilai rumah mereka naik, mereka meminjam berdasarkan equity itu lagi, atau membeli rumah yang lebih besar serta lebih mahal. Mereka yakin nilai real estate selalu naik.
Slogan “uang muka rendah, angsuran bulanan kecil” selalu menarik perhatian mereka. Mereka sering membeli “mainan” yang mengalami depresiasi ( atau barang-barang yang tak penting ) seperti perahu, kolam renang, paket liburan, dan MOBIL. Mereka mendaftarkan mainan berdepresiasi ini sebagai aset dan kembali meminta pinjaman kepada bank.
Mereka mengira membagi utang jangka waktu yang panjang adalah taktik yang cerdik, dan selalu membohongi diri sendiri bahwa mereka akan bekerja lebih keras serta membayar tagihan mereka pada suatu saat. Mereka menghabiskan penghasilan mereka dan lebih banyak lagi. Mereka dikenal sebagi konsumen. Pemilik toko dan dealer mobil menyukai orang seperti mereka. Kalau mereka punya uang, uang itu akan dibelanjakan. Kalau tidak punya uang, mereka akan meminjamnya.
Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan masalah mereka. Sebanyak apapun pemasukan mereka, mereka akan semakin terbenam dalam utang. Sedikit dari mereka menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi. Tapi meskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah itu tetap tidak cukup.
Mereka tidak bisa melihat bahwa belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka ( atau kurangnya penghasilan mereka ), tapi lebih disebabkan oleh kebiasaan berbelanja mereka. Beberapa akhirnya yakin jauh di dalam lubuk hati mereka bahwa situasi mereka sudah tak tertolong dan akhirnya menyerah. Jadi, mereka semakin dalam memendam kepala mereka dan terus melakukan hal yang sama. Kebiasaan mereka meminjam, berbelanja, dan mengeluarkan uang tidak terkendali. Seperti halnya mereka yang makan saat sedang depresi, maka orang-orang ini mengeluarkan uang saat sedang depresi. Mereka mengeluarkan uang, mengalami depresi, dan mengeluarkan uang lagi.
Investor tingkat ini bisa sering terlihat kaya. Mereka mungkin mempunyai rumah besar dan mobil mewah… tapi kalau Agan periksa, mereka membeli uang dengan pinjaman. Mereka mungkin menghasilkan banyak uang, tapi mereka hanya tinggal selangkah dari kebangkrutan finansial.
Kecuali mau berubah, para investor ini mempunyai masa depan finansial yang suram…kecuali mereka menikahi orang kaya yang mau menerima kebiasaan buruk mereka.
Orang-orang ini menyelesaikan finansial dengan meminjam uang. Sering mereka bahkan melakukan investasi dengan uang pinjaman. Gagasan mereka tentang perencanaan finansial adalah merampok Peter untuk membayar Paul. Mereka menjalani kehidupan finansial dengan kepala terbenam dalam pasir seperti seekor burung unta, berharap dan berdoa semua akan berjalan lancar. Meski mungkin mempunyai beberapa aset, tapi kenyataannya tingkat utang mereka terlalu tinggi. Seringnya mereka tidak mempunyai kesadaran tentang uang dan kebiasaan mereka membelanjakannya.
Semua milik berharga mereka merupakan utang. Mereka menggunakan kartu kredit dengan impulsif, dan kemudian memutar utang itu menjadi pinjaman home-equity jangka panjang supaya mereka bisa melunasi tunggakan kartu kredit dan mulai menggunakannya lagi.
Jika nilai rumah mereka naik, mereka meminjam berdasarkan equity itu lagi, atau membeli rumah yang lebih besar serta lebih mahal. Mereka yakin nilai real estate selalu naik.
Slogan “uang muka rendah, angsuran bulanan kecil” selalu menarik perhatian mereka. Mereka sering membeli “mainan” yang mengalami depresiasi ( atau barang-barang yang tak penting ) seperti perahu, kolam renang, paket liburan, dan MOBIL. Mereka mendaftarkan mainan berdepresiasi ini sebagai aset dan kembali meminta pinjaman kepada bank.
Mereka mengira membagi utang jangka waktu yang panjang adalah taktik yang cerdik, dan selalu membohongi diri sendiri bahwa mereka akan bekerja lebih keras serta membayar tagihan mereka pada suatu saat. Mereka menghabiskan penghasilan mereka dan lebih banyak lagi. Mereka dikenal sebagi konsumen. Pemilik toko dan dealer mobil menyukai orang seperti mereka. Kalau mereka punya uang, uang itu akan dibelanjakan. Kalau tidak punya uang, mereka akan meminjamnya.
Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan masalah mereka. Sebanyak apapun pemasukan mereka, mereka akan semakin terbenam dalam utang. Sedikit dari mereka menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi. Tapi meskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah itu tetap tidak cukup.
Mereka tidak bisa melihat bahwa belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka ( atau kurangnya penghasilan mereka ), tapi lebih disebabkan oleh kebiasaan berbelanja mereka. Beberapa akhirnya yakin jauh di dalam lubuk hati mereka bahwa situasi mereka sudah tak tertolong dan akhirnya menyerah. Jadi, mereka semakin dalam memendam kepala mereka dan terus melakukan hal yang sama. Kebiasaan mereka meminjam, berbelanja, dan mengeluarkan uang tidak terkendali. Seperti halnya mereka yang makan saat sedang depresi, maka orang-orang ini mengeluarkan uang saat sedang depresi. Mereka mengeluarkan uang, mengalami depresi, dan mengeluarkan uang lagi.
Investor tingkat ini bisa sering terlihat kaya. Mereka mungkin mempunyai rumah besar dan mobil mewah… tapi kalau Agan periksa, mereka membeli uang dengan pinjaman. Mereka mungkin menghasilkan banyak uang, tapi mereka hanya tinggal selangkah dari kebangkrutan finansial.
Kecuali mau berubah, para investor ini mempunyai masa depan finansial yang suram…kecuali mereka menikahi orang kaya yang mau menerima kebiasaan buruk mereka.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 1 yang Agan kenal?
Spoiler for TINGKAT 2 (DUA):
PENABUNG
Orang-orang ini menyisihkan sejumlah “kecil” uang ( biasanya ) secara teratur. uang itu disimpan dalam mekanisme penyimpanan beresiko kecil dan berbunga kecil seperti rekening tabungan atau sertifikat deposito dan menabung emas.
Mereka sering menabung untuk memakai daripada untuk berinvestasi ( contoh, mereka menabung untuk membeli TV dan mobil baru, paket liburan, dsb. ). Mereka selalu membayar kontan. Mereka takut membayar kredit dan takut berutang. Mereka menyukai “kenyamanan” menyimpan uang di bank.
Orang yang termasuk dalam kelompok ini sering menyia-nyiakan aset mereka yang paling berharga yaitu WAKTU dengan mencoba menghemat sedikit uang. Daripada mereka menghemat sedikit uang, mereka bisa menggunakan waktu itu untuk belajar cara berinvestasi. Jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam dana John Templeton pada tahun 1954 dan melupakannya, di tahun 1994 nilainya akan mencapai $2,4 juta. Atau jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam Dana Kuantum George Soros pada tahun 1969, ,di tahun 1994 nilainya akan sudah menjadi $22,1 juta. Tapi, kebutuhan mereka yang besar akan rasa aman, yang berdasarkan rasa takut, membuat mereka tetap menabung dalam investasi berpenghasilan rendah.
Menabung sedikit uang memang bagus. Disarankan Agan mempunyai uang kas untuk membiayai hidup Agan selama setengah sampai 1 tahun. Tapi sesudah itu, ada mekanisme investasi yang jauh lebih baik dan lebih aman daripada menyimpang uang di bank. Dengan menyimpan uang di bank, Agan mendapat bunga 5% sedangkan orang lain mendapatkan 15% atau lebih. Ini bukan strategi investasi yang pagani.
Namun, jika Agan tidak mau belajar investasi dan Agan terus menerus hidup dalam ketakutan menanggung resiko finansialnya, maka menabung adalah pilihan yang lebih baik daripada investasi. Agan tak perlu banyak berpikir jika hanya menyimpang uang di bank… dan bankir Agan akan menyukai Agan. Mengapa tidak? Bank meminjamkan $10 sampai $20 untuk setiap $1 yang Agan tabung dan mengenakan bunga sampai 19%, lalu berbalik dan membayar Agan dibawah 15%. Seharusnya kita semua menjadi bankir.
Orang-orang ini menyisihkan sejumlah “kecil” uang ( biasanya ) secara teratur. uang itu disimpan dalam mekanisme penyimpanan beresiko kecil dan berbunga kecil seperti rekening tabungan atau sertifikat deposito dan menabung emas.
Mereka sering menabung untuk memakai daripada untuk berinvestasi ( contoh, mereka menabung untuk membeli TV dan mobil baru, paket liburan, dsb. ). Mereka selalu membayar kontan. Mereka takut membayar kredit dan takut berutang. Mereka menyukai “kenyamanan” menyimpan uang di bank.
Orang yang termasuk dalam kelompok ini sering menyia-nyiakan aset mereka yang paling berharga yaitu WAKTU dengan mencoba menghemat sedikit uang. Daripada mereka menghemat sedikit uang, mereka bisa menggunakan waktu itu untuk belajar cara berinvestasi. Jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam dana John Templeton pada tahun 1954 dan melupakannya, di tahun 1994 nilainya akan mencapai $2,4 juta. Atau jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam Dana Kuantum George Soros pada tahun 1969, ,di tahun 1994 nilainya akan sudah menjadi $22,1 juta. Tapi, kebutuhan mereka yang besar akan rasa aman, yang berdasarkan rasa takut, membuat mereka tetap menabung dalam investasi berpenghasilan rendah.
Menabung sedikit uang memang bagus. Disarankan Agan mempunyai uang kas untuk membiayai hidup Agan selama setengah sampai 1 tahun. Tapi sesudah itu, ada mekanisme investasi yang jauh lebih baik dan lebih aman daripada menyimpang uang di bank. Dengan menyimpan uang di bank, Agan mendapat bunga 5% sedangkan orang lain mendapatkan 15% atau lebih. Ini bukan strategi investasi yang pagani.
Namun, jika Agan tidak mau belajar investasi dan Agan terus menerus hidup dalam ketakutan menanggung resiko finansialnya, maka menabung adalah pilihan yang lebih baik daripada investasi. Agan tak perlu banyak berpikir jika hanya menyimpang uang di bank… dan bankir Agan akan menyukai Agan. Mengapa tidak? Bank meminjamkan $10 sampai $20 untuk setiap $1 yang Agan tabung dan mengenakan bunga sampai 19%, lalu berbalik dan membayar Agan dibawah 15%. Seharusnya kita semua menjadi bankir.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 2 yang Agan kenal?
Spoiler for TINGKAT 3 (TIGA):
INVESTOR “PAGANI”.
Ada 3 jenis investor yang berbeda dalam kelompok ini. Investor tingkat ini menyadari perlunya berinvestasi. Pada umumnya mereka adalah orang-orang pagani yang berpendidikan tinggi. Mereka membentuk 2/3 jumlah penduduk negara ini yang disebut “kelas menengah.” Namun, dalam hal investasi, mereka sering tidak berpendidikan atau tidak memiliki apa yang disebut “kecanggihan” dalam industri investasi. Mereka mungkin memiliki ijazah pendidikan tinggi, dan mungkin merupakan dokter atau bahkan akuntan, tapi hanya sedikit yang pernah dilatih secara formal dan dididik dalam dunia investasi yang bersifat menang/kalah.
Ada tiga kategori utama dalam tingkat ini. Mereka kebanyakan orang pintar yang berpendidikan tinggi dan sering berpenghasilan besar, dan mereka juga melakukan investasi. Namun ada perbedaan.
Ada 3 jenis investor yang berbeda dalam kelompok ini. Investor tingkat ini menyadari perlunya berinvestasi. Pada umumnya mereka adalah orang-orang pagani yang berpendidikan tinggi. Mereka membentuk 2/3 jumlah penduduk negara ini yang disebut “kelas menengah.” Namun, dalam hal investasi, mereka sering tidak berpendidikan atau tidak memiliki apa yang disebut “kecanggihan” dalam industri investasi. Mereka mungkin memiliki ijazah pendidikan tinggi, dan mungkin merupakan dokter atau bahkan akuntan, tapi hanya sedikit yang pernah dilatih secara formal dan dididik dalam dunia investasi yang bersifat menang/kalah.
Ada tiga kategori utama dalam tingkat ini. Mereka kebanyakan orang pintar yang berpendidikan tinggi dan sering berpenghasilan besar, dan mereka juga melakukan investasi. Namun ada perbedaan.
Spoiler for TINGKAT 3-A:
Tingkat 3-A
Orang-orang dalam tingkat ini termasuk kelompok “Aku Tidak Mau Repot”. Mereka meyakinkan diri sendiri bahwa mereka tidak dan takkan pernah mengerti uang. Mereka mengucapkan hal-hal seperti ini,
“Aku tidak terlalu pagani membaca angka.”
“Aku tak pernah mengerti cara kerja investasi.”
“Aku terlalu sibuk.”
“Terlalu banyak kertas kerja yang harus saya pelajari.”
“Terlalu rumi.”
“Investasi terlalu beresiko.”
“Aku lebih suka menyerahkan keputusan tentang uang kepada ahlinya.”
“Terlalu merepotkan.”
“Suamiku/istriku yang menangani masalah investasi dalam keluarga kami.”
Orang-orang ini membiarkan uang mereka menganggur dan tidak menghasilkan banyak program pensiun, atau menyerahkannya kepada seorang perencana finansial yang menyarankan”difersivikasi.” Mereka tidak mau memikirkan masa depan keuangan mereka, bekerja keras dari hari ke hari dan mengatakan kepada diri sendiri, “Setidaknya aku punya program pensiun.”
Ketika pensiun, barulah mereka melihat hasil investasi mereka.
Orang-orang dalam tingkat ini termasuk kelompok “Aku Tidak Mau Repot”. Mereka meyakinkan diri sendiri bahwa mereka tidak dan takkan pernah mengerti uang. Mereka mengucapkan hal-hal seperti ini,
“Aku tidak terlalu pagani membaca angka.”
“Aku tak pernah mengerti cara kerja investasi.”
“Aku terlalu sibuk.”
“Terlalu banyak kertas kerja yang harus saya pelajari.”
“Terlalu rumi.”
“Investasi terlalu beresiko.”
“Aku lebih suka menyerahkan keputusan tentang uang kepada ahlinya.”
“Terlalu merepotkan.”
“Suamiku/istriku yang menangani masalah investasi dalam keluarga kami.”
Orang-orang ini membiarkan uang mereka menganggur dan tidak menghasilkan banyak program pensiun, atau menyerahkannya kepada seorang perencana finansial yang menyarankan”difersivikasi.” Mereka tidak mau memikirkan masa depan keuangan mereka, bekerja keras dari hari ke hari dan mengatakan kepada diri sendiri, “Setidaknya aku punya program pensiun.”
Ketika pensiun, barulah mereka melihat hasil investasi mereka.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 3-A yang Agan kenal?
Spoiler for TINGKAT 3-B:
Tingkat 3-B
Kategori kedua adalah kaum “Sinis”. Orang-orang ini mengetahui semua alasan mengapa investasi takkan berhasil. Keberadaan mereka membahayakan. Mereka sering terdengar inteligen, berbicara dengan gaya meyakinkan, berhasil dalam bidang masing-masing, tapi di balik semua itu mereka sebenernya pengecut. Mereka dengan tepat mengatakan bagaimana dan mengapa Agan akan “tertipu” oleh setiap investasi yang ada. Kalau bertanya kepada mereka tentang masalah investasi, Agan akan mendapatkan jawaban yang menimbulkan rasa takut dan ragu. Kata-kata yang paling sering mereka ulangi adalah, “Yah, aku sudah pernah mendengarnya, dan aku sudah pernah tertipu, aku tak akan pernah melakukannya lagi.”
Namun anehnya, orang-orang sinis ini tekun mengikuti perkembangan pasar. Mereka membaca koran dan kemudian memberitahukan kepada semua orang. Mereka berbicara transaksi-transaksi besar, tapi tak pernah ikut ambil bagian. Mereka mencari saham yang diberitakan di halaman depan dan, jika laporannya bagus, mereka sering ikut membeli. Masalahnya mereka terlambat membeli karena kalau mendapat berita dari koran berarti…sudah terlambat. Investor yang benar-benar pagani telah membeli jauh sebelum ada pemberitaan. Kaum sinis tidak mengetahuinya.
Ketika datang kabar buruk, mereka mengkritik dan mengatakan ” Sudah kuduga”. Mereka mengira diri mereka berada dalam lingkaran permainan, tapi mereka sebenernya hanya penonton yang berdiri di garis tepi. Mereka sering ingin ikut bermain, tapi jauh di dalam hati, mereka sangat takut terluka. Perasaan aman lebih penting daripada hal yang menyenangkan.
Psikiater sering melaporkan bahwa sikap sinis adalah perpaduan antara rasa takut dan tidak tahu, yang kemudian menimbulkan sikap sombong. Orang-orang ini sering terlambat memasuki ayunan pasar utama, menunggu bukti khalayak atau sosial bahwa keputusan investasi mereka merupakan keputusan yang benar. Karena menunggu bukti sosial, mereka terlambat membeli pasar sedang mencapai puncak dan menjual saat pasar mencapai titik terendah, persis ketika pasar jatuh. Mereka mencap membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah sebagai “tertipu” lagi. Semua yang begitu mereka takuti akan terjadi….benar-benar terjadi, berulang kali.
Kaum sinis sering disebut para pialang profesional sebagai “babi.” Setelah menjerit mereka sendiri lari menghampiri tukang jagal. Mereka membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah. Mengapa? Karena begitu “paganinya”, mereka menjadi terlalu berhati-hati. Mereka pagani, tapi takut mengambil resiko dan membuat kesalahan, jadi, mereka belajar semakin giat, menjadi semakin pagani. Semakin banyak yang mereka ketahui, semakin banyak juga resiko yang mereka lihat, jadi mereka belajar semakin giat. Sikap waspada sekaligus sinis membuat mereka menunggu sampai terlambat.
Tapi yang terburuk dari kaum sinis ini adalah menulari orang-orang di sekitar mereka dengan rasa takut mereka yang dalam ,yang disamarkan sebagai kepaganian. Kalau masalah investasi mereka tahu mengapa takkan berhasil, tapi mereka tidak bisa mengatakan bagaimana caranya supaya berhasil. Dunia akademis, agama, pemerintahan dan media penuh dengan orang-orang seperti ini. Mereka sering mendengar tentang kegagalan atau kesalahan finansial supaya mereka bisa “menyebarkannya”. Mereka adalah “Pemain penyerang senin pagi” kalau menyangkut masalah investasi. Namun, jarang sekali mereka mempunyai komentar bagus mengenai keberhasilan finansial. Seorang sinis dengan mudah menemukan apa yang tidak beres. Itulah cara mereka melindungi diri sendiri dari ketidaktahuan mereka – atau ketidakberanian mereka.
Kata sinis berasal dari Cynic. Kelompok ini adalah sekte yunani kuno yang dibenci karena keangkuhan dan sikap menghina mereka yang sinis terhadap kebaikan dan keberhasilan. Mereka dinamai kaum anjing (cynic berasalh dari kaya yunani yang berarti anjing). Kalau menyangkut uang, ada banyak kaum anjing…banyak yang pagani dan berpendidikan tinggi. Waspadalah jangan sampai Agan membiarkan kaum anjing memusnahkan mimpi finansial Agan. Meskipun benar dunia uang penuh dengan penjahat, penipu, dan pemalsu, industri mana yang tidak?
Tidak mustahil menjadi cepat kaya, dengan sedikit uang, dan dengan sedikit resiko. Hal ini mungkin, tapi hanya jika Agan bersedia melakukan tugas Agan untuk menjadikannya mungkin. Salah satu hal yang perlu Agan lakukan adalah tetap berpikiran terbuka dan menyadari keberadaan kaum sinis serta penipu. Keduanya sama-sama berbahaya bagi kondisi finansial Agan.
Kategori kedua adalah kaum “Sinis”. Orang-orang ini mengetahui semua alasan mengapa investasi takkan berhasil. Keberadaan mereka membahayakan. Mereka sering terdengar inteligen, berbicara dengan gaya meyakinkan, berhasil dalam bidang masing-masing, tapi di balik semua itu mereka sebenernya pengecut. Mereka dengan tepat mengatakan bagaimana dan mengapa Agan akan “tertipu” oleh setiap investasi yang ada. Kalau bertanya kepada mereka tentang masalah investasi, Agan akan mendapatkan jawaban yang menimbulkan rasa takut dan ragu. Kata-kata yang paling sering mereka ulangi adalah, “Yah, aku sudah pernah mendengarnya, dan aku sudah pernah tertipu, aku tak akan pernah melakukannya lagi.”
Namun anehnya, orang-orang sinis ini tekun mengikuti perkembangan pasar. Mereka membaca koran dan kemudian memberitahukan kepada semua orang. Mereka berbicara transaksi-transaksi besar, tapi tak pernah ikut ambil bagian. Mereka mencari saham yang diberitakan di halaman depan dan, jika laporannya bagus, mereka sering ikut membeli. Masalahnya mereka terlambat membeli karena kalau mendapat berita dari koran berarti…sudah terlambat. Investor yang benar-benar pagani telah membeli jauh sebelum ada pemberitaan. Kaum sinis tidak mengetahuinya.
Ketika datang kabar buruk, mereka mengkritik dan mengatakan ” Sudah kuduga”. Mereka mengira diri mereka berada dalam lingkaran permainan, tapi mereka sebenernya hanya penonton yang berdiri di garis tepi. Mereka sering ingin ikut bermain, tapi jauh di dalam hati, mereka sangat takut terluka. Perasaan aman lebih penting daripada hal yang menyenangkan.
Psikiater sering melaporkan bahwa sikap sinis adalah perpaduan antara rasa takut dan tidak tahu, yang kemudian menimbulkan sikap sombong. Orang-orang ini sering terlambat memasuki ayunan pasar utama, menunggu bukti khalayak atau sosial bahwa keputusan investasi mereka merupakan keputusan yang benar. Karena menunggu bukti sosial, mereka terlambat membeli pasar sedang mencapai puncak dan menjual saat pasar mencapai titik terendah, persis ketika pasar jatuh. Mereka mencap membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah sebagai “tertipu” lagi. Semua yang begitu mereka takuti akan terjadi….benar-benar terjadi, berulang kali.
Kaum sinis sering disebut para pialang profesional sebagai “babi.” Setelah menjerit mereka sendiri lari menghampiri tukang jagal. Mereka membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah. Mengapa? Karena begitu “paganinya”, mereka menjadi terlalu berhati-hati. Mereka pagani, tapi takut mengambil resiko dan membuat kesalahan, jadi, mereka belajar semakin giat, menjadi semakin pagani. Semakin banyak yang mereka ketahui, semakin banyak juga resiko yang mereka lihat, jadi mereka belajar semakin giat. Sikap waspada sekaligus sinis membuat mereka menunggu sampai terlambat.
Tapi yang terburuk dari kaum sinis ini adalah menulari orang-orang di sekitar mereka dengan rasa takut mereka yang dalam ,yang disamarkan sebagai kepaganian. Kalau masalah investasi mereka tahu mengapa takkan berhasil, tapi mereka tidak bisa mengatakan bagaimana caranya supaya berhasil. Dunia akademis, agama, pemerintahan dan media penuh dengan orang-orang seperti ini. Mereka sering mendengar tentang kegagalan atau kesalahan finansial supaya mereka bisa “menyebarkannya”. Mereka adalah “Pemain penyerang senin pagi” kalau menyangkut masalah investasi. Namun, jarang sekali mereka mempunyai komentar bagus mengenai keberhasilan finansial. Seorang sinis dengan mudah menemukan apa yang tidak beres. Itulah cara mereka melindungi diri sendiri dari ketidaktahuan mereka – atau ketidakberanian mereka.
Kata sinis berasal dari Cynic. Kelompok ini adalah sekte yunani kuno yang dibenci karena keangkuhan dan sikap menghina mereka yang sinis terhadap kebaikan dan keberhasilan. Mereka dinamai kaum anjing (cynic berasalh dari kaya yunani yang berarti anjing). Kalau menyangkut uang, ada banyak kaum anjing…banyak yang pagani dan berpendidikan tinggi. Waspadalah jangan sampai Agan membiarkan kaum anjing memusnahkan mimpi finansial Agan. Meskipun benar dunia uang penuh dengan penjahat, penipu, dan pemalsu, industri mana yang tidak?
Tidak mustahil menjadi cepat kaya, dengan sedikit uang, dan dengan sedikit resiko. Hal ini mungkin, tapi hanya jika Agan bersedia melakukan tugas Agan untuk menjadikannya mungkin. Salah satu hal yang perlu Agan lakukan adalah tetap berpikiran terbuka dan menyadari keberadaan kaum sinis serta penipu. Keduanya sama-sama berbahaya bagi kondisi finansial Agan.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 3-B yang Agan kenal?
Spoiler for TINGKAT 3-C:
Tingkat 3-C
Kategori ketiga ini adalah “Penjudi.” Kelompok ini juga disebut “babi” oleh pialang profesioanal. Tapi kalau kelompok “sinis” terlalu berhati-hati, maka kelompok ini kurang berhati-hati. Mereka memaganng bursa saham, atau pasar investasi mana pun, seperti memaganng meja dadu Las Vegas. Ini hanya masalah keberuntungan. Lemparkan dadu dan berdoa.
Kelompok ini tidak mempunyai prinsip atau peraturan trading yang baku. Mereka ingin bertingkah seperti “Pemain Besar,” jadi, mereka berpura-pura sampai berhasil atau sampai kehilangan segalanya. Yang terakhirlah yang paling mungkin terjadi. Mereka mencari “rahasia” investasi. Mereka selalu mencari cara baru dan menggairahkan dalam berinvestasi. Bukannya belajar dengan rajin dan memahami dalam jangka panjang, mereka malah mencari “tip” atau “jalan pintas.”
Mereka dengan sembrono memasuki pasar komoditi, gas dan minyak, ternak, dan segala jenis investasi yang ada. Mereka suka menggunakan tekhnik investasi “canggih” sepertimargin, put, call dan option. Mereka melompat memasuki area “permainan” tanpa mengetahui siapa pemainnya dan siapa yang membuat peraturannya.
Orang-orang ini adalah investor terburuk yang ada di muka bumi. Mereka selalu ingin sekaligus berhasil. Mereka biasanya gagal. Jika ditanya bagaimana hasilnya, mereka selalu menjawab “cukup berimbang,” atau “agak keatas.” Dalam kenyataan mereka sering kehilangan uang. Banyak Uang. Sering sejumlah besar uang. Investor macam ini mengalami frekuensi kehilangan uang dengan presentasi di atas 90. Mereka tidak pernah membahas kerugian mereka. Mereka hanya ingat hasil besar yang mereka buat enak tahun lalu. Mereka mengira diri mereka beruntung. Mereka berpikir yang mereka butuhkan hanyalah ” satu transaksi besar” dan kemudia jalan mereka akan lapang. Masyarkat menyebut orang seperti ini sebagai ” penjudi yang tak bisa disembukan.” Sebenernya mereka malas kalau menyangkut investasi uang.
Kategori ketiga ini adalah “Penjudi.” Kelompok ini juga disebut “babi” oleh pialang profesioanal. Tapi kalau kelompok “sinis” terlalu berhati-hati, maka kelompok ini kurang berhati-hati. Mereka memaganng bursa saham, atau pasar investasi mana pun, seperti memaganng meja dadu Las Vegas. Ini hanya masalah keberuntungan. Lemparkan dadu dan berdoa.
Kelompok ini tidak mempunyai prinsip atau peraturan trading yang baku. Mereka ingin bertingkah seperti “Pemain Besar,” jadi, mereka berpura-pura sampai berhasil atau sampai kehilangan segalanya. Yang terakhirlah yang paling mungkin terjadi. Mereka mencari “rahasia” investasi. Mereka selalu mencari cara baru dan menggairahkan dalam berinvestasi. Bukannya belajar dengan rajin dan memahami dalam jangka panjang, mereka malah mencari “tip” atau “jalan pintas.”
Mereka dengan sembrono memasuki pasar komoditi, gas dan minyak, ternak, dan segala jenis investasi yang ada. Mereka suka menggunakan tekhnik investasi “canggih” sepertimargin, put, call dan option. Mereka melompat memasuki area “permainan” tanpa mengetahui siapa pemainnya dan siapa yang membuat peraturannya.
Orang-orang ini adalah investor terburuk yang ada di muka bumi. Mereka selalu ingin sekaligus berhasil. Mereka biasanya gagal. Jika ditanya bagaimana hasilnya, mereka selalu menjawab “cukup berimbang,” atau “agak keatas.” Dalam kenyataan mereka sering kehilangan uang. Banyak Uang. Sering sejumlah besar uang. Investor macam ini mengalami frekuensi kehilangan uang dengan presentasi di atas 90. Mereka tidak pernah membahas kerugian mereka. Mereka hanya ingat hasil besar yang mereka buat enak tahun lalu. Mereka mengira diri mereka beruntung. Mereka berpikir yang mereka butuhkan hanyalah ” satu transaksi besar” dan kemudia jalan mereka akan lapang. Masyarkat menyebut orang seperti ini sebagai ” penjudi yang tak bisa disembukan.” Sebenernya mereka malas kalau menyangkut investasi uang.
Quote:
Apakah ada investor Tingkat 3-C yang Agan kenal?
Sumber : Buku Cashflow Quadrant
0
1.8K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bisnis
69.9KThread•11.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru