KASIHAN sungguh Ny. Trini, 31, dari Aek Loba, Sumatera Utara ini. Jadi tukang pungut brondolan kelapa sawit, malah ditangkap Satpam perkebunan. Agar tak ditahan polisi, Satpam mengajak “lapan anam” (damai istilah polisi) lewat persetubuhan. Dua kali ambil brondolan, dua kali janda muda itu disetubuhi, hingga hamil 7 bulan.

Banyak janda yang tetap memilih hidup menyendiri, karena demi anak-anaknya. Dia tak percaya lagi pada lelaki lain, bahwa dia bisa memberikan kasih sayang pada anak tirinya seperti bapaknya anak-anak dulu. Nabi pun menjamin lewat hadistnya, perempuan seperti ini balasannya adalah surga janatu naim. Dia rela tak memperoleh “surga dunia”-nya suami istri, asalkan mendapatkan surga yang abadi di alam baka.

Agaknya Ny. Trini dari Kelurahan Aek Toba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan (Sumut), salah satu dari janda yang berprinsip demikian. Ketika suami meninggal dan meninggalkan 3 anak masih kecil, dia memilih tetap menjanda. Dia menghidupi mereka dengan jualan sayur mayur di pasar. Tapi sayang, dalam sebuah tikungan kehidupan, dia mengambil jalan yang salah, dan musibah pun menyergapnya.

Awalnya jualan sayur mayur di Pasar Pagi Aek Loba hasilnya lumayan,bisa untuk menghidupi keluarga. Tapi dengan semakin banyaknya pesaing, keuntungannya pun berkurang. Untuk tetap bisa hidup Trini lalu nyambi jadi tukang pungut brondolan kelapa sawit. Bagi para pemungut, buah kelapa sawit yang jatuh dari pohonnya, dianggapnya menjadi buah tak bertuan. Dan ketika dijual ke pengepul, harganya juga sama meski sebetulnya termasuk model spanyol alias separo nyolong.

Sepulang jualan sayur mayur siang harinya Trini cari brondolan di perkebunan PTPN IV Pulau Raja yang tak jauh dari kampungnya. Sekali waktu dia kepergok oleh Satpam perkebunan bernama Sambat, 40. Langsung ditangkap hendak diserahkan ke polisi, karena itu termasuk pencurian. Ny. Trini merengek-rengek minta dibebaskan, karena ada anak-anak yang harus diempani di rumah.

Melihat wajah manis dan bodi sekel Ny. Trini, ukuran celana Sambat langsung berubah. Dia kemudian memberi kebijakan strategis tapi sekaligus nylekuthis (tak tahu malu). Dia siap lapan anem (pasal damai dalam KUHP – Red) asal dilayani kebutuhan biologisnya. Ketimbang ditahan dan anak-anak terlantar, Trini pun memilih opsi tersebut. Beralaskan daun kelapa sawit, peristiwa mesum itu terjadi, krusakkkk-krussekkk……

Namun demikian Trini tidak kapok. Lain hari kembali ke perkebunan sawit untuk memungut brondolan. Lagi-lagi ketemu Sambat. Seperti sebelumnya, solusinya Trini harus menyerahkan tubuhnya bulat-bulat sebagai pelampiasan nafsu si Satpam. Tapi sejak itu dia kapok dari cari brondolan di perkebunan lain, yang tidak pakai “lapan anam” model Satpam Sambat.

Beberapa bulan kemudian ternyata Trini hamil 3 bulan. Dia mencoba mencari Sambat untuk bertanggungjawab, tapi tidak pernah ketemu. Ketemu pun dia mengelak untuk bertanggungjawab. Alasannya, bisa saja pelakunya bukan dirinya sendiri. “Saya curiga kamu sengaja barterkan tubuhmu dengan brondolan di perkebunan,” kilah Sambat.

Trini tak putus asa. Dengan kandungan yang sudah berusia 7 bulan diasegera lapor ke Polsek Aek Kuasan, tapi tidak bisa diproses karena tak ada bukti dan saksi-saksi. Gantian dibawa ke Perkebunan PTPN IV, pihak menejemen sudah menghadirkan Sambat, tapi dia mengaku sama sekali tidak kenal dengan Trini. Itu perbuatan fitnah, pencemaran nama baik yang bisa dituntut balik.

Tak kenal orangnya, tapi kenal barangnya! (JPNN/Gunarso TS)

http://poskotanews.com/2014/11/16/la...-hail-7-bulan/

seperti lirik kahitna: berawal dari isi celana, nikmatnya goyangan, mengapa jadi doyan?
mulustrasi ntar nyusul