Setelah kena tegor dari para suhu dan sesepuh OANC, akhirnya ane perbarui trit ini dilengkapi dengan catper. Hehehe. Di trit ane yang perdana ini ane sekedar mau share cerita dan beberapa foto pendakian merbabu awal bulan agustus kemaren. Pendakian tepatnya dimulai dari jalur cunthel, desa kopeng, kabupaten Semarang. Semoga bisa menjadi sedikit bahan referensi.
Quote:
INFORMASI UMUM JALUR PENDAKIAN
Kebetulan rumah ane nggak jauh dari lereng merbabu gan, naik motor dua jam udah nyampe basecamp. Tapi buat agan-agan yang dari luar daerah ingin ke merbabu, ada tiga jalur yang biasa digunakan bila agan ingin mendaki dari sisi utara (KOPENG). Yaitu jalur thekelan, jalur cunthel, dan jalur wekas. Sedangkan bila ingin mendaki dari sisi selatan bisa lewat jalur selo (yang bersebelahan dengan gunung merapi).
Setiap jalur punya cita rasanya sendiri sendiri gan..
Jalur thekelan misalnya, agan akan disuguhkan jalur yang relatif lebih panjang, normal mungkin sekitar 8-10 jam perjalanan sampai di puncak. Pemandangan cukup variatif, mulai dari perkebunan, hutan, hingga tebing-tebing dan bebatuan. Ketersediaan air cukup minim. Namun dipertengahan perjalanan nanti agan akan menemui mata air yang cukup segar dan mata air ini dialirkan juga ke perumahan penduduk yang ada dibawah sana. Jalur thekelan lumayan banyak bonusnya, ada nanjaknya, agak kelok-kelok gitu juga, makanya relatif lebih jauh jika dibandingkan jalur cunthel maupun wekas.
Berikutnya jalur cunthel.
Basecamp cunthel terletak sedikit lbih keatas dibandingkan thekelan. Basecamp cunthel (Basecamp Manggala Merbabu) menurut ane merupakan salah satu basecamp gunung terbaik di jawa tengah. Basecampnya tidak mendompleng rumah penduduk, dikelola oleh pecinta alam setempat dengan cukup baik. Jalurnya cukup jelas dan terawat, namun agak melelahkan juga karena dari awal cenderung menanjak. Air tersedia di awal-awal perjalanan dan di pos bayangan 2. Jadi hampir sama seperti thekelan, harus bawa banyak bekal. Puncak bisa ditempuh dalam waktu 6-8 jam.
Sedangkan jalur wekas, ane belum pernah lewan sana gan, tapi menurut beberapa sumber, jalur sana paling "enak". Maksudnya air melimpah, tidak terlalu nanjak, dan paling cepat sampai di puncak. Jalur wekas nanti akan bertemu dengan jalur cunthel dan thekelan di "kawah" setelah pos pemancar.
Spoiler for Peta Jalur Merbabu:
Sumber: merbabu.com
Quote:
AKSES TRANSPORTASI
Bila agan-agan dari jakarta, agan bisa turun di stasiun poncol. Nah dari depan stasiun poncol tersebut agan bisa langsung naik minibus jurusan Salatiga. Biasanya kalo pagi standby didepan stasiun kok. Nanti bilang turun di pasar sapi salatiga. Ongkosnya berapa ane kurang tau gan (udah lama gak naik). Mungkin sekitar 10.000 s.d 15.000.
Kalo dari arah Solo, naik bus solo-semarang gan, turunnya sama di pasar sapi salatiga juga. Ongkos sekitar 12.000 tarif biasa.
Dari pasar sapi salatiga naik lagi minibus yang ke arah kopeng atau magelang. Ongkosnya gak nyampe 10.000. Nah nanti bilang aja turun di umbul songo. Dari situ terserah agan mau naik via thekelan atau cunthel. Kalau via cunthel dari umbul songo itu ikuti aja terus jalan desa sekitar 2,5 km. (ane saranin mending ngojek 10rb, kalo trekking lumayan bisa sejaman sampe basecamp). Kalo via thekelan juga sama. Hehe.
Kalo agan mau naik via wekas, turunnya bukan di umbul songo, tapi masih lanjut terus, nanti bilang aja ke kondektur busnya turun di wekas.
Quote:
PENDAKIAN
Perjalanan ini dilakukan pada akhir bulan ramadhan kemaren. Pendakian solo di bulan ramadhan memang terasa lebih berat, nyari patner yang mau diajak nanjak bareng cenderung lebih susah, apalagi menjelang lebaran. Mungkin pada takut sungkem ke camer dengan kulit gosong kali ya gan..
Tapi yang namanya kangen, dan TS gak punya libur setelah lebaran, jadi ya bismillah aja berangkat.
Quote:
Singkat cerita sampai di basecamp sekitar jam setengah 9 malem. Emang sengaja rencananya mau trekking malam, soalnya bulan puasa, kalo nanjak siang takutnya nanti gak kuat menahan dahaga, hehehe. Maklum gan, merbabu itu kalo siang panas, kering dan sedikit berdebu, apalagi di musim kemarau seperti ini.
Spoiler for Dimulai dari Basecamp Merbabu:
Quote:
Sesampainya disana kondisi basecamp masih tutup. Jalanan juga kelihatan sepi. Mungkin jam-jam segitu penduduk disana masih pada sholat taraweh. Sambil nungguin 2 orang temen ane yang janjinya mau ketemu di basecamp, ane coba kontak CP Pak Tono (pengelola basecamp merbabu) untuk izin mendaki. Tapi belum lama ane telpon Pak Tono, temen ane sms bilang mereka gak jadi bisa berangkat. Hehe, Kampretos memangos!! Terpakasalah jalan sendiri, nanggung, udah jauh2 nyampe sini.
Quote:
Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan pak tono, Jam 9 malam akhirnya pamit berangkat. Dibilangnya sama beliau kalo diatas ada 6 orang yang naik juga tadi siang. Jadi entah di pos 2 atau di pemancar nanti insyaallah ketemu orang. Nah ini nih yang bikin ane semakin mantab untuk berangkat.
Quote:
Jalan malem apalagi sendiri memang agak-agak ngeri, kadang merinding-merinding sendiri. Kadang merasa ada yang ngikuti (cuman perasaan aja kali), karena tiap nengok kebelakang juga gak ada apa-apa. Padahal kan katnya di bulan puasa setan-setan pada di penjara, katanya.. Hhe. Tapi biar bagaimanapun rasa takut itu tetep ada, jadi nggak ada pilihan lain kecuali jalan ngibrit, istirahat sesekali itupun paling cuma nenggak minum, ambil nafas, dan mbenerin dengkul yang keok karna udah lama nggak nanjak.
Spoiler for Perjalanan Malam:
Quote:
Dari basecamp ikuti terus jalan desa, nanti ketemu pertigaan, ambil jalan yang ke kiri, jalannnya masih berupa jalan beton, tapi sudah keliatan mulai nanjak. Jalan beton lama-lama habis, terus lurus mengikuti jalanan pematang yang kering dan berdebu. Kanan kiri kebun-kebun penduduk. Biasanya ditanami kol. Setelah pematang yang lurus habis nanti akan dilanjut dengan mendaki perbukitan, dari sini jalan mulai nanjak berkelok kelok, kanan kiri didominasi pohon pinus, pokoknya terus ikuti saja jalur yang besar. Nyampe sini dijamin dengkul bakal mendapatkan shock terapi yang lumayan. Hehehe.
Quote:
Sekitar 20-30 menit jalan nanjak perbukitan, nanti bakal ketemu sebuah bangunan rumah-rumahan. Disitu adalah pos bayangan 1. Selanjutnya ambil jalur yang lurus gan, karena di sebelah pos juga ada jalur ke kiri. Lewat situ juga bisa, tapi itu jalur lama, agak ketutup jalurnya. Jadi ambil yang lurus aja. Sekitar 30 menit nanti bakal sampe di pos bayangan 2. Disini ada beberapa titik shelter yang bisa muat beberapa tenda. Disini juga ada sumber air. Jadi sebaiknya air diisi full dari sini. Usahakan cukup sampe turun lagi. soalnya diatas bakal sulit air, adanya di kawah dan itupun bercampur dengan belerang.
Quote:
Dari sini jalur udah mulai terbuka gan, yaa kanan kiri masih ada pohon-pohon tapi udah lumayan jarang. Kebanyakan tumbuhan ilalang. Jalaaan terus nanti sekitar sejam bakal nyampe di pos 1. (ini baru pos 1 yang sebenarnya, kalo yang tadi pos bayangan lho gan). Pos 2 biasanya dipake buat camp beberapa tenda. Lanjut jalan terus melipir di kanan bukit, setengah jam kemudian nyampe di pos 3. Nah di pos 3 ini arealnya sangat terbuka. Biasanya digunakan untuk camp ground. Setelah pos ini bakal menghadapi tantangan yang cukup berat yaitu mendaki gunung watu tulis (puncak pos pemancar).
Quote:
Nah setelah pos 3 inilah ane rest besar. Disitu ane mulai lelah dan lapar gan. Hehe. Kurang lebih jam setengah 12 nyampe situ. Luruskan dengkul, bongkar carrier, keluarin lontong dan ayam goreng yang dibawain kanjeng mami dari rumah. Lumayan gan, mengembalikan tenaga yang sudah terkuras dan efek lama gak nanjak. 15 menit rest ane siap siap berangkat, packing kerir, dan siap berangkat. Baru aja berdiri ane dikagetkan dengan sesosok berwarna gelap yang mengintai berjarak 10 meter dibelakang ane. Awalnya ane pikir cuman anjing liar gan, tapi begitu ane senter pake headlamp matanya memancar hijau persis seperti matanya kucing. Yang ane takutin tu kalo ternyata itu serigala. Widiiw, ngeri juga.
Dari jarak 10 meter tersebut ane berhenti, dia juga berhenti, saling kontak mata sekitar 5 detik. Ane bingung juga harus gimana. Akhirnya ane ketek2in headlamp ane ke arah dia, alhamdulillah menyingkir dianya. (masih was-was juga kalo ternyata nanti diikutin).
Quote:
Tanjakan pemancar ini memang sadis, nanjak terus gak abis abis. Kemiringan sekitar 60-70 derajat. Cuman ada rumput-rumput liar dan tanaman-tanaman perdu. Dingin dan angin plus terus nanjak membuat fisik cepet drop, meskipun barusan diisi BBM. Pergerakan melambat. Dan setelah dengan sisa sisa tenaga akhirnya sampai juga di puncak pemancar (pos 4) tersebut sekitar pukul 01.15 dinihari.
Karna ane sendirian, maka tenda ane tinggal di basecamp, cuman bawa matras, flysheet, ponco dan coocing set. Untungnya di pos pemancar tsb ada bangunan puing-puing pemancar (mirip bangunan di puncak cikuray). Ane masuk disitu, gelar matras, masak bakso, teh hangat, sahur, lalu tidur. Hhe.
Spoiler for Menu sahur di pos pemancar (puncak watu tulis) :
Quote:
Alarem ane set setengah 5. Lumayan bisa tidur sekitar 2 jam (meskipun nggak nyaman, kalo mau nyaman yaa di kasur kamar, hhe). Bangun, sholat subuh, kemudian berburu sunrise. Dari pos pemancar ini memang spot yang cukup oke untuk menanti sunrise. Kalo yang bawa tenda, tenda bisa ditinggal disini dan summit attacknya nge-free. Tinggal bawa minum, snack, sama standar safety aja.
Spoiler for Transisi Malam dan Siang:
Quote:
Pemandangan dari sini memang spot favorit bagi ane. Lautan awan di gunung merbabu memang salah satu yang top markotop menurut penilaian saya. Jika anda beruntung, dari pos pemancar ini awan akan terlihat seperti terhampar persis dihadapan kita.
Di sisi barat, kita bisa lihat gunung sindoro dan sumbing di kejauhan. Di sebelah timur, sunrise dan pucuk gunung lawu akan sedikit mengintip dari belakang punggungan. Dan di sebelah utara akan terlihat deretan gunung-gunung kecil seperti telomoyo, gunung andong, dan gunung ungaran. sayang kemaren viewnya agak tertutup kabut.
Spoiler for Sunrise dan Punggungan:
Spoiler for Menikmati sunrise dari lokasi puing2 pemancar:
Spoiler for Lautan awan:
Spoiler for Sindoro - sumbing di kejauhan:
Quote:
Setelah semalaman sendirian baru nyadar ternyata di lokasi tersebut ada tenda tetangga. Semalem tidak kelihatan karena posisinya agak di bibir jurang. Wah tau gitu kan bisa numpang bermalam, Hhe.. Setelah siang baru salam sapa dan berkenalan. diantara Mas Bamby (voupramuriaer barameru basecamp merapi), Mas Aliep (anak ungaran) dan mbak Zii (anak solo). dan tenda satunya temen-temen dari Trisala (yang saya lupa namanya)
Spoiler for Tenda tetangga:
Spoiler for Lembah:
Lembah di sebelah timur.
Quote:
Setelah puas foto-foto sunrise saya memutuskan untuk kembali tidur. Cuaca yang kabut-cerah-kabut-cerah membuat saya agak ragu untuk melanjutkan perjalanan ke puncak.
Quote:
Setelah tidur dua jam, dan begitu matahari sudah tinggi semangat menuju puncak kembali bangkit lagi. Sekitar jam 9 ane mulai trekking menuju puncak.
Spoiler for Puncak Pemancar (puncak watu tulis):
Spoiler for Pucuk sindoro sumbing mengintip dari balik awan:
Quote:
Sssssst...!! di merbabu ada kebun edelweiss juga. Bukan di lembah seperti di suryakencana atau mandalawangi, tapi di lereng-lereng gunungnya. Biar malah aman dari tangan-tangan jahil yang mengusiknya.
Spoiler for kebun edelweis juga ada di merbabu:
Quote:
Dan berikut ini penampakan menuju puncak
Spoiler for Bukan bromo bukan rinjani:
Lembah dan savana seperti ini tidak hanya milik bromo dan rinjani, tapi merbabu juga punya dan tak kalah cantiknya.
Spoiler for Nanjak:
Jalur ini berupa cadas-cadas yang mungkin sisa-sisa kawahnya merbabu. Soalnya bau belerang masih cukup menyengat disini. Bisa dijumpai setelah pertemuan jalur wekas dan jalur cunthel.
Quote:
Pos pemancar merupakan puncak dari salah satu punggungan, kita harus turun dulu kemudian naik ke punggungan puncak selanjutnya, pos helipad.
Spoiler for setelah pos pemancar, jalur turun naik:
Spoiler for Menuju salah satu puncak:
Spoiler for Salah satu penampakan jalur:
Ini adalah penampakan jalur yang cukup menantang jika dilihat dari kejauhan. Apalagi berbalut kabut. Kesan mistisnya semakin terasa.
Spoiler for Edelweiss merbabu, gak kalah dengan mandalawangi:
Edelweiss merbabu, salah satu edelweiss cantik yang bisa kita temui selain gede-pangrango, bromo, dan rinjani.
Spoiler for Tebing hijau:
Tebing hijau. Joss too..??
Spoiler for Jembatan setan:
Jalur ini dinamai jembatan setan.
Spoiler for edelweiss ranum:
Spoiler for Jalur merbabu mengikuti punggungan-punggungan:
Spoiler for Puncak pemancar dilihat dari arah puncak syarief:
Spoiler for Tebing dan punggungan di sisi kanan:
Tebing punggungan di sisi barat (kanan) ini mengapit jalur wekas. Cantik.
Spoiler for Gundukan-gundukan:
Spoiler for gunung kukusan:
Spoiler for View dari percabangan puncak syarief - puncak kenteng songo:
Spoiler for Punggungan menuju puncak kenteng songo, dari arah syarief:
Spoiler for Merenung di puncak syarief:
Spoiler for Subhanallah..:
Spoiler for Kebun edelweiss di merbabu:
Quote:
TS cukup mendaki sampai di puncak syarief aja. Karena untuk melanjutkan menuju puncak kenteng songo masih membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dan tentunya akan menguras banyak tenaga. Takutnya nanti malah batal puasa ditengah jalan kalau memaksakan menuju kenteng songo. Hhe.
Quote:
Dan kata orang bijak, bukan puncak demi puncak, tujuan yang ingin kita gapai dari setiap pendakian. Melainkan pembelajaran apa yang bisa kita dapatkan. Karena memaknai dan memberi makna pada pendakian, setiap orang akan berbeda jawaban.
Quote:
satu lagi pelajaran berharga ane dapetin ketika perjalanan turun gan. Perjalanan pulang kali ini adalah edisi kesasar karena dari pos pemancar terlalu mengambil lajur kanan arah thekelan (terlena dengan trek yang lebih enak). Baru nyadar setelah merasa asing dengan view jalurnya (sebelumnya belum pernah lewat thekelan), mau balik keatas lagi gak kebayang lagi capeknya. Akhirnya bismillah aja ikutin jalur, yang ternyata terus turun dan cenderung ke ke kanan menuju jalur thekelan. Padahal motor ditinggal di basecamp cuntel. Duh!! Akibat terlalu jumawa nih.
Spoiler for Batu besar di jalur tekelan:
Sayang banyak vandalisme tak bertanggung jawab yang merusak keindahan.
Quote:
Demikan sharing foto dan perjalanan ane dari merbabu gan..
Semoga gunung dan alam kita tetap senantiasa lestari. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?
TS menyadari, TS pribadi belum level pecinta alam, karena memang belum banyak yang bisa TS lakukan untuk kelestarian alam itu sendiri. Tapi setidaknya kita sebagai penikmat alam, bisa belajar menikmati keindahan alam itu dengan cara yang benar. Tanpa VANDALISME, Tanpa MERUSAK (mencorat coret, mencabut/mengambil tanaman dari habitatnya, dan meninggalkan sampah di gunung).
Salam lestari dan salam kenal untuk agan-agan dan para sesepuh.. Mohon maap bila banyak salah, maklum masih nubie.. hhe
Spoiler for :
jangan lupa bantu ya gan..
Spoiler for Album:
[URL="https://www.S E N S O Rt=a.10200184944451270.1073741838.1381444314&type=1&l=69d9bad483"]Selengkapnya[/URL]
Diubah oleh kangbedoel 01-10-2013 13:47
Merrybunk memberi reputasi
1
4.4K
Kutip
17
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!