Cara penyiksaan ini kepala ditundukkan ke bawah hingga mentok tak bisa menunduk lagi, sedangkan tangan diangkat ke atas setinggi-tingginya menempel dinding. Praktisi dipaksa bersikap seperti ini dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 10 jam). Jika praktisi menolak mengikuti perintahnya dia disetrum dengan tongkat listrik atau dipukuli sampai hilang kesadarannya. Kemudian dengan kasar dibangunkan lagi dan penyiksaan itu dilanjutkan.
Kaki praktisi dikancing dengan belenggu yang kuat dan digembok ke lantai (membuat tidak bisa bergerak). Kemudian kedua tangan dibelenggu, salah satu dilewatkan bawah paha dengan “Borgol Mati” (borgol khusus yang sangat rapat).
Penyiksaan ini memaksa praktisi duduk lama sekali, dia tidak bisa melakukan kegiatan harian seperti berjalan, berdiri, ke kamar mandi, atau makan. Akibat penyiksaan ini umumnya adalah kerusakan otot-otot, bengkak pada tangan dan kaki, tak dapat tidur, gelisah, dan bahkan jatuh mental. Sungguh sangat menderita. Semua orang yang telah mengalami penyiksaan semacam ini tak bisa mengatakan bagaimana penderitaan itu.
Penyiksaan ini dahulu digunakan oleh polisi China untuk para narapidana hukuman mati karena kesalahan berat.
Bagian terbawah dari badan praktisi diikat ke kedua sisi tempat tidur, kedua tangan diborgolkan ke sisi tempat tidur ekstrim ke atas dan ke bawah hingga tak mungkin dapat bergerak. Penyiksaan ini dapat berlangsung satu sampai beberapa minggu, ada beberapa orang yang sampai empat bulan.
Praktisi yang disiksa semacam ini jangankan memutar badan, mengubah posisi sedikit pun tak mungkin. Setelah jangka waktu lama, otot-otot rusak, mental menjadi kacau, kudisan. dan menderita sakit yang luar biasa.
Suapan paksa yang menghancurkan tidak seperti memberi makan untuk mempertahankan hidup seorang pasien yang sakit gawat. Penyiksaan yang kejam ini digunakan di China untuk memaksa praktisi melepaskan kepercayaan mereka. Suapan paksa ini sungguh-sungguh brutal.
Beberapa orang praktisi disuapi dengan paksa cairan garam kental, sup cabe, alkohol berkadar tinggi, detergen, dan bahkan air seni atau kotoran. Beberapa orang polisi memerintahkan narapidana ikut menyiksa praktisi yang sedang disuap paksa, seperti meniupkan angin dengan slang dan kemudian menginjak perutnya sehingga cairan garam kental itu berhamburan keluar membasahi dan menyengat hidung dan matanya. Beberapa orang penyiksa melarang praktisi menggunakan toilet, alih-alih menggantung terbalik praktisi, mereka terpaksa buang air besar dan kecil begitu saja.
Siksaan ini membuat darah praktisi mengalir balik, menyebabkan tidak sadarkan diri, bahkan kematian setelah berlangsung lama. Kadang-kadang polisi melarang praktisi menggunakan toilet, dan menggantung terbalik sebagai penghinaan.
Kedua tangan dibelenggu di belakang, digantung hingga kedua kaki lepas dari lantai atau hanya ujung jempol kaki yang menyentuh lantai, digantung pada penyangga papan basket ball atau belandar gedung dengan borgol. Kedua tangan dan lengan akan mati rasa karena tak ada darah mengalir, dan lengan bisa lumpuh. Dalam waktu yang sama praktisi dipukuli dengan tongkat atau dicambuki dengan cambuk kulit.
Ini adalah siksaan kejam luar biasa. Kedua kaki praktisi diikat kencang, juga tangannya diikat ke belakang. Kemudian lehernya diikat disatukan dengan kaki rapat-rapat hingga hampir tercekik. Seluruh badannya itu dimasukkan di bawah tempat tidur dengan paksa, lalu beberapa orang duduk di atas tempat tidur itu, menekan punggung praktisi, hampir-hampir mematahkan tulang punggungnya. Penyiksaan ini sering mengakibatkan cidera parah.
Polisi menggunakan rokok yang sedang menyala menyundut wajah praktisi, sering sekali meninggalkan bekas luka hitam pada wajah mereka. Beberapa polisi yang sangat kejam, dengan sesukanya menyunduti wajah-wajah cantik praktisi wanita muda, membuat mereka cacad permanen.
Bentuk penyiksaan ini termasuk dengan menggunakan korek api, membakar wajah praktisi (bahkan sampai membakar alis mata), dagu, tangan, paha, atau bagian tubuh yang sangat pribadi.
Pada waktu yang lain, secara khusus membuat batang besi dipanaskan pada tungku sampai memerah. Batang panas ini digunakan menyundut dada dan paha praktisi.
Pada musim panas, khususnya pada senja hari, polisi menelanjangi praktisi, lalu memborgol mereka di sebatang pohon dimana banyak nyamuk atau serangga berkerumun. Badan praktisi digigiti oleh berbagai jenis serangga; tidak memerlukan waktu yang lama seluruh badannya dipenuhi bentol-bentol yang gatal. Kadang-kadang mereka tidak dapat membuka mata, karena pelupuk mata mereka sangat bengkak.