Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

SanToodAvatar border
TS
SanTood
Pembantaian di Takokak [Sejarah Warcrime Indonesia]
emoticon-I Love Indonesia I'am Proud Of INDONESIA emoticon-I Love Indonesia
Yusup Supardi terdiam sejenak. Kepalanya tertunduk, membuat matanya seolah ingin menembus tembok lantai. Ia menghela nafas panjang, tersenyum tipis, dan berusaha kembali mengusai keadaan. "Maaf, saya selalu merasa sedih jika mengingat lagi peristiwa itu," ujar lelaki kelahiran Sukabumi tahun 1924 itu sambil mengangkat lagi kepalanya.





Tahun 1948, Yusup adalah seorang prajurit muda dari Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi. Berbeda dengan sebagian besar kawan-kawannya yang dikirim untuk berhijrah ke Yogyakarta akibat pemberlakuan Perjanjian Renville saat itu, ia justru ditugaskan untuk tetap bertahan di wilayah Sukabumi dan Cianjur.





"Tentu saja kami bergerak bukan atas nama Siliwangi lagi, tapi sebagai 'kesatuan liar' di daerah pendudukan Belanda," kenangnya sambil terkekeh.





Sebagaimana ditulis dalam Siliwangi Dari Masa Ke Masa (ditulis oleh Sedjarah Militer Daerah Militer VI Siliwangi/Sendam VI Siliwangi pada tahun 1968), hasil kesepakatan Perjanjian Renville memang diterima setengah hati oleh pihak tentara. Kendati pada akhirnya menerima keputusan untuk mengosongkan wilayah Jawa Barat, namun secara diam-diam, Panglima Besar Jenderal Soedirman sendiri teah menegaskan Letnan Kolonel Soetoko untuk tetap mengkoordinasikan perlawanan bersenjata di tanah Pasundan.





Yusup Supardi
Foto Griliyawan Siliwangi



Lewat Letkol. Soetoko (yang akhirnya tertangkap Belanda pada bulan Agustus 1948) inilah kemudian muncul Brigade Tjitarum, sebagai induk pasukan dari beberapa kesatuan tempur yang diperkuat oleh para "mantan prajurit Siliwangi" yang masih tinggal di Jawa Barat. Yusup adalah salah satu dari ribuan prajurit yang secara sengaja ditanam oleh Jenderal Soedirman di Jawa Barat.





Sebagai prajurit di front terdepan, beberapa kali Yusup nyaris disergap maut. Pada pertengahan tahun 1947, ia pernah nekat terjun ke jurang karena menghindari kepungan satu kompi pasukan Belanda di wilayah Gandasoli. Beberapa bulan kemudian, di Gekbrong (jalur Sukabumi-Cianjur) Yusup yang ditempatkan sebagai anggota telik sandi di Yon Kala Hitam, hampir saja dihabisi oleh seorang serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger/Tentara Kerajaan Hindia Belanda) dari suku Sunda.





"Namun semua itu tak ada artinya kalau dibandingkan pengalaman saya yang satu itu," ujar ayah dari delapan anak tersebut. Lantas, peristiwa apakah yang membuatnya bersedih itu?







Bergerak Menuju Takokak

===================



Perintah itu turun begitu tiba-tiba pada suatu hari di pertengahan tahun 1948. Bersama empat orang prajurit telik sandi lainnya, Yusup ditugaskan oleh sang komandan untuk membuktikan kebenaran informasi tentang peristiwa pembersihan sekaligus pembantaian sejumlah kaum republiken oleh militer Belanda di Takokak.





Takokak adalah nama sebuah kawasan yang terletak kira-kira 75 km di selatan Cianjur. Sejak Zaman Hindia Belanda, kawasan yang berbatasan langsung dengan wilayah Sukabumi itu merupakan perkebunan teh yang memiliki kontur pegunungan serta dikelilingi hutan. Pasca Jepang takluk pada sekutu pada bulan Agustus 1945, seperti umumnya perkebunan-perkebunan lain di seluruh Indonesia, pengelolaan Perkebunan Teh Takokak kembali diserahkan NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie/Netherlands-Indies Civil Administration/Pemerintahan Sipil Hindia Belanda).





Untuk mengamankan perkebunan-perkebunan itu, lantas NICA membentuk satuan-satuan pengaman yang diberi nama OW (Ondememing Wacht/Penjaga Perkebunan). Dalam buku Korps Komando AL: Dari Tahun Ke Tahun (1971), disebutkan personil OW terdiri dari pemuda bumiputera yang dilatih oleh Polisi NICA dan KNIL.





Bergerak diam-diam dari wilayah Sukabumi dengan menggunakan sebuah truk peninggalan militer Jepang, Yusup dan kawan-kawan menyusuri jalan sepanjang 35 km menuju Takokak selepas tengah malam. "Kami harus jalan merayap dan tidak menggunakan jalan raya karena menghindari pertemuan dengan patroli militer Belanda atau para OW," kenang Yusup.







Mengevakuasi Korban Pembantaian

==========================



Sekitar pukul 6.00, mereka sudah memasuki kawasan Takokak. Sang penunjuk jalan (sayang Yusup mengaku lupa namanya) mengarahkan kendaraan menuju wilayah yang bernama Ciwangi. Begitu mereka sampai di satu dataran tinggi yang ditumbuhi tanaman teh, sekonyong-konyong ia meminta sopir untuk menghentikan truk. "Disinilah tempat pembantaian itu," ujarnya setengah berbisik.





Mereka lantas berloncatan dari truk. Setelah sejenak melakukan rapat kilat, mereka berjalan menuju rimbunan tanaman teh. Bau busuk menyengat disebar angin gunung yang beriup pelan. Tepat sekitar 20 meter dari pinggir jalan, di sebuah parit yang memisahkan kebun teh, satu pemandangan memilukan terhampar.





Ada lima mayat lelaki yang sudah membusuk berserakan di dasar parit. Semua jasad, tangannya masih dililit tali yang terbuat dari daun nanas gunung. Yang paling menyedihkan, tubuh mereka yang sudah mengembang itu dihiasi luka tembak sebesar buah duku di tengkuknya masing-masing.





"Saya pastikan, mereka tewas karena tembakan jarak dekat langsung ke mulut," ujar Yusup.



Tidak hanya di Ciwangi, saat mereka melalui perkebunan teh di kawasan Cikawung, mereka kembali menyaksikan sembilan mayat yang bergelimpangan di parit-parit kebun teh. Kondisi jasad-jasad tak bernyawa itu tak jauh beda dengan lima mayat yang mereka temukan di Ciwangi, yaitu sudah membusuk dengan tengkuk menganga tertembus peluru.





"Kami menemukan mereka di rimbunan pepohonan yang sudah terbakar. Sepertinya Belanda mebakar pohon-pohon itu sebelum menembak para tawanan tersebut. Entah apa maksudnya," Kata Yusup.





Satu persatu, mayat-mayat itu kemudian diangkut dengan hati-hati ke atas truk. Menjelang malam, dengan membawa 14 mayat, mereka kembali ke Cianjur. Untuk menghindari pencegatan musuh, mereka menggunakan rute yang berbeda dengan saat mereka datang. Keesokan harinya, mayat-mayat itu dikebumikan di kawasan yang sekarang menjadi Taman Makam Pahlawan Cianjur. Tentunya tak ada nama yang dituliskan di nisan mereka.







Pasir Tulang, Kawasan Takokak, Kabupaten Cianjur, tempat penembakan para tawanan oleh militer Belanda pada pertengahan tahun 1948. Di lokasi ini ditemukan tulang belulang pada tahun 1985
Pasir Tulang, Kawasan Takokak, Kabupaten Cianjur, tempat penembakan para tawanan oleh militer Belanda pada pertengahan tahun 1948. Di lokasi ini ditemukan tulang belulang pada tahun 1985,

Spoiler for Harap Baca:
Spoiler for Pusi Para Pahlawan:

Tapi apalah artinya sekarang dibandingkan pengorbanan harta, tahta, keringat, darah, bahkan Nyawa para PEJUANG itu, Sementara anak cucunya kini, alih-alih menghargai jasa mereka.? sekedar mengingat pun lalai.?
"JANGAN LUPAKAN SEJARAH" I.R SOEKARNO


Gk bata emoticon-Blue Guy Bata (L), Masih Newbie tpi akun Lama emoticon-Toast , emoticon-Rate 5 Star
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 1 suara
Pahlawan
Siliwangi
0%
Griliyawan
100%
Diubah oleh SanTood 04-05-2014 14:15
0
7.3K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.