Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

patah.tumbuhAvatar border
TS
patah.tumbuh
[Salut.....] Cut Nyak Dhien, Singa Betina Perang Aceh
[Salut.....] Cut Nyak Dhien, Singa Betina Perang Aceh

Kecantikan dan keberaniannya menggetarkan siapa pun. Bersedia menikah jika diperbolehkan turut angkat senjata. Pengasingan tak membuatnya takluk.

Dream – Kabar duka itu datang tanpa ampun. Suaminya terkepung dan mati ditembak di palagan Meulaboh. Tapi tidak ada air mata yang tumpah dari perempuan itu. Perempuan itu terlihat tegar di tengah kerumunan orang yang duduk bersila di sebuah rumah. Dengan suara parau, perempuan itu berkata lirih, “"Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid"

Itulah salah satu ucapan legendaris pejuang muslimah asal Tanah Rencong, Cut Nyak Dhien. Kalimat itu dia ungkapkan usai mengetahui kabar suaminya, Teuku Umar, wafat di medan perang. Sejarah akan mencatat, meski perempuan, kehadiran Cut Nyak Dhien dalam Perang Aceh mampu mengobarkan perang berlarut melawan Belanda. Kematian suami dan teman seperjuangannya itu tak membuatnya takluk. Dia malah berkembang bak singa betina terluka dari Aceh.

Lahir dari keluarga bangsawan yang taat beragama di wilayah VI Mukim, Aceh Besar tahun 1848, Cut Nyak Dhien muda mendapatkan pendidikan agama sejak dini. Bergantian orang tua dan guru agama menempa jiwanya. Ia pun tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cantik. Tak heran, banyak lelaki yang berniat meminangnya.

Pada usia 12 tahun, dia sudah dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari Uleebalang Lamnga XIII. Pasangan ini pun dikaruniai satu anak laki-laki.

Sayangnya, 11 tahun berselang, meletuslah Perang Aceh. Waktu itu tahun 1873. Ibrahim Lamnga sebagai pemimpin pasukan pun harus turun bertempur. Pada perang pertama, Ibrahim mampu mengalahkan Belanda. Namun, begitu Belanda mulai menyerang daerah VI Mukim, Cut Nyak Dhien harus mengungsi bersama anaknya. Kampung halamannya porak poranda. Sementara suaminya kembali harus berhadapan dengan penjajah Belanda.

Sayang, nasib mujur tak berada pada pihak Ibrahim. Pada pertempurannya kali itu, dia harus meregang nyawa. Kejadian ini membuat hati Cut Nyak Dhien murka. Pada saat itu juga dia bersumpah: akan menghancurkan Belanda sampai tetes darah penghabisan.

Selang dua tahun kepergian suaminya, Cut Nyak Dhien dilamar pejuang asal Aceh bernama Teuku Umar. Awalnya, lamaran ini sempat ditolak Dhien. Hasratnya menghancurkan penjajah lebih besar ketimbang soal asmara. Tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut berperang, akhirnya lamaran itu pun diterima. Kedua pasangan ini kemudian terkenal sebagai pasangan maut bagi penjajah. Mereka lah pasangan pejuang dari Tanah Rencong dalam perjuangan melawan penjajah di jalan Allah, perang Fisabilillah.

Selengkapnya baca di sini: http://www.dream.co.id/news/cut-nyak...h-141110x.html

top markotop....
0
3.8K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.