- Beranda
- The Lounge
STOP!! Bilang 'JANGAN' ke anak !!
...
TS
scandal77
STOP!! Bilang 'JANGAN' ke anak !!
Mumpung Masih Di Atas, Mari Kita
Spoiler for Thanks HT:
Makasih Momod Mimin
Spoiler for Thanks To Kaskuser:
Makasih Kaskuser Semua
Spoiler for Yang tega bener:
Quote:
STOP Kata JANGAN ke anak
Quote:
Pendahuluan
Quote:
Tentu saja sering mendengar agar orang tua menghidari berkata jangan pada anak. Atau banyak mendapat info di social media tentang alternatif kata jangan.
Mungkin saja banyak ayah bunda bertanya-tanya, kenapa kata jangan harus dihindari? Rudicahyo yang merupakan Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dalam blognya rudicahyo.com menuliskan alasan kenapa kata ‘JANGAN’ harus dihindari penggunaannya.
Mungkin saja banyak ayah bunda bertanya-tanya, kenapa kata jangan harus dihindari? Rudicahyo yang merupakan Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dalam blognya rudicahyo.com menuliskan alasan kenapa kata ‘JANGAN’ harus dihindari penggunaannya.
Quote:
Alasannya
1. kata jangan memotong kesenangan
Quote:
Sebenarnya, yang lebih tepat adalah kata ‘jangan’ memotong aktivitas yang sedang berjalan. Hanya saja, memotong aktivitas itu tidak begitu berefek besar pada diri anak, kecuali berhentinya sebuah tindakan.
Berhentinya tindakan tidak berarti berhentinya perilaku. Jika aku mengatakan perilaku, berarti tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas sebagai hasil dari belajar, sudah membentuk diri. Karena itu, kata ‘jangan’ mungkin menghentikan kegiatannya, tetapi tidak mengubah pola perilakunya.
Bahkan sangat mungkin kata ‘jangan’ membentuk perilaku baru yang tidak sesuai dengan harapan. Misalnya, “Jangan lari-lari!”. Mungkin anak menghentikan larinya, tetapi dia menandai, bahwa menghentikan berlari adalah ketidaknyamanan, sakit hati, sebel dan emosi negatif yang sejenis. Dengan demikian, agar emosinya menjadi positif, maka ia memelihara niat atau keinginannya untuk berlari.
2. kata ‘jangan’ menghambat perkembangan kreativitas
Quote:
kata ‘jangan’ berefek demikian jika kita terburu-buru mengucapkannya dan terlalu banyak menggunakannya. Jika sedikit-sedikit anak dipotong perilakunya dengan mengatakan jangan, maka hasrat untuk berinisiatif melakukan tindakan, akan berkurang. Anak juga terlampau hati-hati dalam tindakannya. Jika berlebihan, maka daya kreasi anak akan berkurang.
3. kata ‘jangan’ mempersempit pilihan
Quote:
Kata ‘jangan’ membuat anak menandai bahwa perbuatan tertentu tidak boleh dilakukan. Anak memasukkan tindakan tertentu ke dalam kotak larangan. Berarti menandai sebuah perilaku tidak akan ia lakukan. Dengan demikian, jika suatu ketika situasi tertentu justru mengharuskan ia melakukan sebaliknya, ia tetap tidak mau melakukan. Coba bayangkan jika seseorang berpegang pada “Jangan memberi pengemis, karena bisa membuatnya manja!”
4. kata ‘jangan’ tidak mengandung solusi
Quote:
Terhentinya tindakan lebih dekat kepada efek dari sebuah kritik atau larangan, bukan solusi atau perubahan. Misalnya saja ada orangtua mengatakan, “Jangan main air, lebih baik main mobil-mobilan!”. “Jangan main air!” sangat berbeda, bahkan tidak berhubungan dengan “(Ayo) main mobil-mobilan!”. Tetap saja “Jangan main air” bukan solusi, meskipun “(Ayo) main mobil-mobilan” bisa dibilang demikian.
Singkatnya
Quote:
Quote:
Penggantinya
Quote:
Spoiler for Yang Minta Ke Pejwanin:
Spoiler for yang pro:
Quote:
Original Posted By john.kazama►
TREAD ENTE KURANG OBJEKTIF...
nih ane ajari jadi orang tua
Sesuaikan penggunaan kata “Jangan” dari waktu ke waktu. Kata jangan dapat dipergunakan untuk menghindari sebuah bahaya. Misal kompor panas. Anak-anak pra sekolah mendengar kata ‘Jangan’ merupakan interaksi negative social. Anak remaja mendengar kata ‘Jangan’ dalam menanggapi permintaan masalah mereka. Emosi penggunaan kata “Jangan’ sebagai penghambat dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Membedakan antara permintaan yang wajar dan yang tidak masuk akal.
Gunakan kata ‘Jangan’ konsisten untuk pengaruh yang maksimal. Jika anak kita mengetahui bahwa orangtua akan memperbolehkan sesuatu yang sudah dibilang ‘Jangan’ maka mereka telah belajar ‘Jangan’ tidak benar benar bararti ‘Jangan’. Kosistensi sangat penting dalam brinteraksi dengan anak,
Mengganti pilihan jika orang tua pernah berkata ‘Jangan’. Misal “Boleh beli jajanan asalkan jajanannya X, Y, Z”
Memperkuat nilai-nilai dengan mengatakan ‘Jangan’ dengan sikap yang tenang. Jika orangtua memberikan nada yang tingg terhadap anak dengan menggunakan kata ‘Jangan’ maka itu akan beresiko anak merasa terasing. Jika kita melihat anak sedang menonton film yang bukan pada waktunya maka kita bisa dengan mengatakan “Maaf ya TV, Divanya belajar dulu, kan besoknya mau sekolah, dah TV…” ini saya rasa akan lebih efektif.
Mendengarkan alasan anak dan memvalidasi perasaannya meskipun itu bukan suatu yang wajib untuk menjelaskan setiap penolakan anak kita. Alangkah lebih baiknya kita membangun komunikasi atas setiap penolakan-penolakan tersebut. Dengan mendengarkan argument dari anak kita dan mendengarkan alasan-alasan mereka itu jauh lebih baik walaupun kita tahu bahwa jawaban tersebut tetap ‘Jangan’.
Ajarkan tanda berhenti. Bahkan pada saat bayipun dengan cara menggunakan bahasa tubuh. Menggigit putting anda dalam menyusui maka akan terdengar kata ‘aduh’ tanda di wajah anda. Atau pertama kali meraih sesuatu yang berbahaya dan wajah kita akan terlihat seperti alarm.
Buat alternative untuk kata ‘Jangan’. Jika kita mengatakan ‘jangan’ secara terus menerus maka kata ini akan kehilangan kekuatannya. Gunakannya kata-kata yang lebih spesifik yang sesuai dengan situasi. Contoh: Jika anak kita mendekati suatu kotoran binatang dalam bak sampah maka reaksi orang tua pasti akan mengatakan ‘Jangan’ tetapi diikuti kata “Kotor, itu akan membuat kamu sakit nak!” Jika dilain waktu sang anak menemukan hal seperti itu makan itu akan membatu anak mempelajari dengan baik dan bak sampah akan kehilangan daya tariknya. Istilah “Stop” adalah pelindung bukan hukuman. Kata ‘Jangan’ mengundang benturan kehendak. Anak yang berkemaun keras biasanya akan berhenti sebentar untuk mengevaluasi kata “Stop” atau “Berhenti”, seolah-olah mereka merasa ada bahaya didepan. Terkadang anak berfikiran untuk sering mengabaikan kata ‘Jangan’ jika mereka sudah sering mendengarkan seribu kali sebelumnya. Istilah ‘Stop’ atau ‘Berhenti’ akan kehilangan nilainya jika dilakukan secara berlebihan.
Personalisasikan ‘Jangan’. Dengan kita mengatakan ‘Jangan’ maka lebih baik dengan nada lebut dan ditambahkan dengan nama anak anda. Ini adalah merupakan penghormatan kepada anak tersebut sehingga ada penghormatan bagi pendengar lainnya.
Suatu saat anak kita akan melawan. Pada saat anak akan keluar rumah dan diminta untuk kembali maka dia akan menolaknya. Hal seperti ini maka yang terjadi adalah penunjukkan siapa bos sebenarnya dalam keluarga. Alangkah baiknya jika orangtua dengan perasaan yang halus dan menunjukkan wajah yang sedih maka anak akan lebih tersentuh hatinya untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif
TREAD ENTE KURANG OBJEKTIF...
nih ane ajari jadi orang tua
Sesuaikan penggunaan kata “Jangan” dari waktu ke waktu. Kata jangan dapat dipergunakan untuk menghindari sebuah bahaya. Misal kompor panas. Anak-anak pra sekolah mendengar kata ‘Jangan’ merupakan interaksi negative social. Anak remaja mendengar kata ‘Jangan’ dalam menanggapi permintaan masalah mereka. Emosi penggunaan kata “Jangan’ sebagai penghambat dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Membedakan antara permintaan yang wajar dan yang tidak masuk akal.
Gunakan kata ‘Jangan’ konsisten untuk pengaruh yang maksimal. Jika anak kita mengetahui bahwa orangtua akan memperbolehkan sesuatu yang sudah dibilang ‘Jangan’ maka mereka telah belajar ‘Jangan’ tidak benar benar bararti ‘Jangan’. Kosistensi sangat penting dalam brinteraksi dengan anak,
Mengganti pilihan jika orang tua pernah berkata ‘Jangan’. Misal “Boleh beli jajanan asalkan jajanannya X, Y, Z”
Memperkuat nilai-nilai dengan mengatakan ‘Jangan’ dengan sikap yang tenang. Jika orangtua memberikan nada yang tingg terhadap anak dengan menggunakan kata ‘Jangan’ maka itu akan beresiko anak merasa terasing. Jika kita melihat anak sedang menonton film yang bukan pada waktunya maka kita bisa dengan mengatakan “Maaf ya TV, Divanya belajar dulu, kan besoknya mau sekolah, dah TV…” ini saya rasa akan lebih efektif.
Mendengarkan alasan anak dan memvalidasi perasaannya meskipun itu bukan suatu yang wajib untuk menjelaskan setiap penolakan anak kita. Alangkah lebih baiknya kita membangun komunikasi atas setiap penolakan-penolakan tersebut. Dengan mendengarkan argument dari anak kita dan mendengarkan alasan-alasan mereka itu jauh lebih baik walaupun kita tahu bahwa jawaban tersebut tetap ‘Jangan’.
Ajarkan tanda berhenti. Bahkan pada saat bayipun dengan cara menggunakan bahasa tubuh. Menggigit putting anda dalam menyusui maka akan terdengar kata ‘aduh’ tanda di wajah anda. Atau pertama kali meraih sesuatu yang berbahaya dan wajah kita akan terlihat seperti alarm.
Buat alternative untuk kata ‘Jangan’. Jika kita mengatakan ‘jangan’ secara terus menerus maka kata ini akan kehilangan kekuatannya. Gunakannya kata-kata yang lebih spesifik yang sesuai dengan situasi. Contoh: Jika anak kita mendekati suatu kotoran binatang dalam bak sampah maka reaksi orang tua pasti akan mengatakan ‘Jangan’ tetapi diikuti kata “Kotor, itu akan membuat kamu sakit nak!” Jika dilain waktu sang anak menemukan hal seperti itu makan itu akan membatu anak mempelajari dengan baik dan bak sampah akan kehilangan daya tariknya. Istilah “Stop” adalah pelindung bukan hukuman. Kata ‘Jangan’ mengundang benturan kehendak. Anak yang berkemaun keras biasanya akan berhenti sebentar untuk mengevaluasi kata “Stop” atau “Berhenti”, seolah-olah mereka merasa ada bahaya didepan. Terkadang anak berfikiran untuk sering mengabaikan kata ‘Jangan’ jika mereka sudah sering mendengarkan seribu kali sebelumnya. Istilah ‘Stop’ atau ‘Berhenti’ akan kehilangan nilainya jika dilakukan secara berlebihan.
Personalisasikan ‘Jangan’. Dengan kita mengatakan ‘Jangan’ maka lebih baik dengan nada lebut dan ditambahkan dengan nama anak anda. Ini adalah merupakan penghormatan kepada anak tersebut sehingga ada penghormatan bagi pendengar lainnya.
Suatu saat anak kita akan melawan. Pada saat anak akan keluar rumah dan diminta untuk kembali maka dia akan menolaknya. Hal seperti ini maka yang terjadi adalah penunjukkan siapa bos sebenarnya dalam keluarga. Alangkah baiknya jika orangtua dengan perasaan yang halus dan menunjukkan wajah yang sedih maka anak akan lebih tersentuh hatinya untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif
Spoiler for yang kontra:
Quote:
Quote:
Original Posted By da.gandul►Trus dengan gak boleh bilang "JANGAN" kata "JANGAN" bakal di hapuskan dari bahasa indonesia dong
trus apa fungsinya kata "JANGAN" ini?
kan kata di atas kata untuk melarang sesuatu, kan bisa gini "nak jangan lari2, nanti jatuh bisa luka" biasanya kan orang tua kita dulu ngasih tau ke anak sebabya apa & akibatnya apa...
berarti kata "JANGAN" sekarang ini buat orang tua jaman sekarang dong, yang gak pernah ngasih tau apa akibatnya, cuma mengungkapkan sebab doang
anak juga ngerti kenapa kita kasih tau kalo di larang, pasti mereka juga mikir kenapa orangtuanya ngelarang...
masalahnya sih di judulnya mengundang ane emosi, seolah2 kata "JANGAN" ini dilarang di ucapin karna mengandung makna buruk, padahal udah jelas dari TS belum lahir juga kata ini udah ada & orangtua jaman dulu juga ngucapin kata ini ke anaknya!
Ini opini ane ya gan, silahkan kalo yang lain mau suka/enggak sama opini ane..
trus apa fungsinya kata "JANGAN" ini?
kan kata di atas kata untuk melarang sesuatu, kan bisa gini "nak jangan lari2, nanti jatuh bisa luka" biasanya kan orang tua kita dulu ngasih tau ke anak sebabya apa & akibatnya apa...
berarti kata "JANGAN" sekarang ini buat orang tua jaman sekarang dong, yang gak pernah ngasih tau apa akibatnya, cuma mengungkapkan sebab doang
anak juga ngerti kenapa kita kasih tau kalo di larang, pasti mereka juga mikir kenapa orangtuanya ngelarang...
masalahnya sih di judulnya mengundang ane emosi, seolah2 kata "JANGAN" ini dilarang di ucapin karna mengandung makna buruk, padahal udah jelas dari TS belum lahir juga kata ini udah ada & orangtua jaman dulu juga ngucapin kata ini ke anaknya!
Ini opini ane ya gan, silahkan kalo yang lain mau suka/enggak sama opini ane..
Quote:
Original Posted By denysabri►Buat saudara ku sesama Muslim, habis baca thread ini, coba baca juga thread ini ya
http://www.akhina.com/2014/09/untukm...ta-jangan.html
Jangan terus terusan ikutin ajaran aliran lain.....
Untukmu yang Mengharamkan Kata “Jangan”, Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?
Written By Akhina com on Selasa, 02 September 2014 | 13.58
“Al-Qur’an itu kuno, Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.
Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?
Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’.
Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.
Tidak perlu ditutupi bahwa parenting telah menjadi barang dagangan yang laris dijual. Ada begitu banyak lembaga psikologi terapan, dari yang professional sampai yang amatiran dengan trainer yang baru lulus pelatihan kemarin sore. Promosi begitu gencar, rayuan begitu indah dan penampilan mereka begitu memukau. Mereka selalu menyarankan, salah satunya agar kita membuang kata “jangan” ketika berinteraksi dengan anak-anak. Para orang tua muda terkagum-kagum member applausa. Sebagian tampak berjilbab, bahkan jilbab besar. Sampai di sini [mungkin] juga sepertinya tidak ada yang salah.
Tetapi pertanyaan besar layak dilontarkan kepada para pendidik muslim, apalagi mereka yang terlibat dalam dakwah dan perjuangan syariat Islam. Pertanyaan itu adalah “Adakah Engkau telah melupakan Kitabmu yang di dalamnya berisi aturan-aturan tegas? Adakah engkau lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”?
Salah satu contoh terbaik adalah catatan Kitabullah tentang Luqman Al-Hakim, Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang Dia beri hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah..” dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya “Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.
Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”
Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.
Adakah pribadi psikolog atau pakar patenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada. Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang, tetapi karena lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut dosa, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiyatan bertebaran karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”. Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.
Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.
Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini. [fimadani]
http://www.akhina.com/2014/09/untukm...ta-jangan.html
Jangan terus terusan ikutin ajaran aliran lain.....
Untukmu yang Mengharamkan Kata “Jangan”, Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?
Written By Akhina com on Selasa, 02 September 2014 | 13.58
“Al-Qur’an itu kuno, Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.
Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?
Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’.
Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.
Tidak perlu ditutupi bahwa parenting telah menjadi barang dagangan yang laris dijual. Ada begitu banyak lembaga psikologi terapan, dari yang professional sampai yang amatiran dengan trainer yang baru lulus pelatihan kemarin sore. Promosi begitu gencar, rayuan begitu indah dan penampilan mereka begitu memukau. Mereka selalu menyarankan, salah satunya agar kita membuang kata “jangan” ketika berinteraksi dengan anak-anak. Para orang tua muda terkagum-kagum member applausa. Sebagian tampak berjilbab, bahkan jilbab besar. Sampai di sini [mungkin] juga sepertinya tidak ada yang salah.
Tetapi pertanyaan besar layak dilontarkan kepada para pendidik muslim, apalagi mereka yang terlibat dalam dakwah dan perjuangan syariat Islam. Pertanyaan itu adalah “Adakah Engkau telah melupakan Kitabmu yang di dalamnya berisi aturan-aturan tegas? Adakah engkau lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”?
Salah satu contoh terbaik adalah catatan Kitabullah tentang Luqman Al-Hakim, Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang Dia beri hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah..” dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya “Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.
Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”
Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.
Adakah pribadi psikolog atau pakar patenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada. Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang, tetapi karena lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut dosa, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiyatan bertebaran karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”. Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.
Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.
Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini. [fimadani]
Quote:
Original Posted By nurharyono►Numpang pageone dulu gan... baru nanti di baca...
Semakin dilarang, maka anak akan semakin penasaran untuk melakukannya.
jadi jangan dilarang tetapi dijelaskan bahayanya jika memang itu berbahaya.
Kalau memang tidak berbahaya buat anak, biasanya ane diemin gan... contohnya main tanah, cuma kadang istri yang triak triak karena baju kotor....
Semakin dilarang, maka anak akan semakin penasaran untuk melakukannya.
jadi jangan dilarang tetapi dijelaskan bahayanya jika memang itu berbahaya.
Kalau memang tidak berbahaya buat anak, biasanya ane diemin gan... contohnya main tanah, cuma kadang istri yang triak triak karena baju kotor....
Quote:
Original Posted By hfatri.57►Bener juga sih gan ane dulu kalau dibilangin jangan bukannya nurut malah tambah bandel habisnya kesannya seperti diatur-atur banget ane sih ga suka yang begitu
Quote:
Original Posted By Khaners►behh bener banget gan semakin dibilang jangan / dilarang.. makin jadi.. malah dilakuin
Quote:
Original Posted By sakitnya.disini►jangan ada dusta diantara kita kak
Quote:
Original Posted By ghazyqueenabf►lihat sikonnya dong...
ada yg kebablasan dengan metode ini, pernah ada kenalan, ngajak anaknya mampir ke rumah, si anak pecicilan dengan tingkah yang menurut saya seharusnya sudah diingatkan oleh ortu, tapi si ortu gak ada tindakan untuk menghentikan polah si anak, INGAT - ini bukan dirumahnya sendiri !!
Silakan mendidik anak dengan metode ini TAPI tetap mengarahkan anak untuk tahu sopan santun, JANGAN SAMPAI SAAT DEWASA NANTI SI ANAK TUMBUH TANPA TAHU ETIKA KESOPANAN.
Saya pribadi tidak sepenuhnya mendukung untuk tidak berkata jangan kepada anak, sedari kecil si anak harus tahu batas dari hal-hal tertentu. Memang terkadang anak harus mengalami jatuh dan terluka untuk merasakan sakit, namun jatuh ke lobang yang sama untuk kedua kalinya berarti si anak belum menyadari peringatan yg diberikan ortunya. Bagi saya mending bilang jangan daripada anak pengin tahu bagaimana rasanya memegang kabel beraliran listrik 220 volt.
ada yg kebablasan dengan metode ini, pernah ada kenalan, ngajak anaknya mampir ke rumah, si anak pecicilan dengan tingkah yang menurut saya seharusnya sudah diingatkan oleh ortu, tapi si ortu gak ada tindakan untuk menghentikan polah si anak, INGAT - ini bukan dirumahnya sendiri !!
Silakan mendidik anak dengan metode ini TAPI tetap mengarahkan anak untuk tahu sopan santun, JANGAN SAMPAI SAAT DEWASA NANTI SI ANAK TUMBUH TANPA TAHU ETIKA KESOPANAN.
Saya pribadi tidak sepenuhnya mendukung untuk tidak berkata jangan kepada anak, sedari kecil si anak harus tahu batas dari hal-hal tertentu. Memang terkadang anak harus mengalami jatuh dan terluka untuk merasakan sakit, namun jatuh ke lobang yang sama untuk kedua kalinya berarti si anak belum menyadari peringatan yg diberikan ortunya. Bagi saya mending bilang jangan daripada anak pengin tahu bagaimana rasanya memegang kabel beraliran listrik 220 volt.
Quote:
Original Posted By rakapandarmawan►jangan bermain games, berarti kita diperbolehkan main game gan
Quote:
Original Posted By sureukis►ane gak setuju, gan...
justru kalau tidak dikenalkan kata 'jangan' dari kecil, si anak justru tidak akan tahu arti sebuah larangan. dan itu justru bahaya.
bahkan di al-quran dalam surat luqman, luqman pun mengajari anaknya tentang tauhid menggunakan kata 'jangan'
mungkin yang perlu di perhatikan adalah, tepat menggunakan kata jangan. untuk hal-hal yang prinsip apalagi dalam hal aqidah agama, kata jangan amat perlu. tetapi dalam hal-hal yang berhubungan dengan kreatifitas, silakan menggunakan kata-kata larangan lainnya.
justru kalau tidak dikenalkan kata 'jangan' dari kecil, si anak justru tidak akan tahu arti sebuah larangan. dan itu justru bahaya.
bahkan di al-quran dalam surat luqman, luqman pun mengajari anaknya tentang tauhid menggunakan kata 'jangan'
mungkin yang perlu di perhatikan adalah, tepat menggunakan kata jangan. untuk hal-hal yang prinsip apalagi dalam hal aqidah agama, kata jangan amat perlu. tetapi dalam hal-hal yang berhubungan dengan kreatifitas, silakan menggunakan kata-kata larangan lainnya.
Quote:
Original Posted By FHEYCIS►JANGAN=Tegas
JANGAN=Mengetahui batasan
jadi JANGANLAH menghilangkan kata itu untuk mendidik anak.. Benar dan Salah adalah hasil ' nya bukan ditengah tengah.
JANGAN=Mengetahui batasan
jadi JANGANLAH menghilangkan kata itu untuk mendidik anak.. Benar dan Salah adalah hasil ' nya bukan ditengah tengah.
Spoiler for yang ada ada aja:
Quote:
Original Posted By sakitnya.disini►jangan ada dusta diantara kita kak
Quote:
Original Posted By rakapandarmawan►jangan bermain games, berarti kita diperbolehkan main game gan
Quote:
Original Posted By sprudulz►Tapi apakah adakata jangan yg bisa buat di katakan
Quote:
Original Posted By noerrisme►padahal "jangan" kan enak gan, anak2 harus banyak2 dikasih "jangan"
misalnya jangan asem, jangan lodeh, jangan terong, dll
misalnya jangan asem, jangan lodeh, jangan terong, dll
Quote:
Original Posted By kodokterlentang►Sip gan, tapi ane blom punya anak
Quote:
Original Posted By kajibento►jangan kau bohongi diriku lagi
Quote:
Original Posted By Patriot12►bener bener ane pengen coba aplikasikan dalam idup ane
tapi para artis band harusnya baca thread ini juga,
biar mereka ubah kata "Jangan" di lirik lagu nya
kaya ST12
"Jangan Jangan kau menolak cintaku"
"Jangan Jangan kau ragukan hatiku"
kalo di ilangin kata Jangan nya,, jadi gimane yaaa
tapi para artis band harusnya baca thread ini juga,
biar mereka ubah kata "Jangan" di lirik lagu nya
kaya ST12
"Jangan Jangan kau menolak cintaku"
"Jangan Jangan kau ragukan hatiku"
kalo di ilangin kata Jangan nya,, jadi gimane yaaa
Diubah oleh scandal77 11-11-2014 06:21
0
119K
Kutip
1.3K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya