Ini salah satu topik menarik yang saya temui kemarin dulu, karena menunjukkan dengan gamblang bagaimana cepatnya manyarakat mengadopsi tulisan dari kebudayaan lain bahkan jika komunikasi diantara keduanya minimal. Kejadiannya juga baru sehingga terdokumentasikan dengan baik (tidak seperti perkembangan tulisan paku atau hiroglif yang kita harus banyak mengira-ngira)



Alkisah Seqouyah, seorang pandai besi cherokee yang buta huruf dan tidak tahu bahasa inggris. Sebagai pandai besi dia punya banyak pelanggan yang ngebon dan ngutang sehingga butuh sesuatu untuk bisa mengingat siapa punya utang. Sequoyah melihat orang kulit putih banyak mencoret-coret kertas dan merekam transaksi dengan tulisan. Ia mulai tertarik dengan ide mengembangkan tulisan.

Mulanya, sequoyah membuat lambang untuk setiap pelanggan, lalu untuk masing masing kata dalam bahasa cherokee. (Yap, seperti tulisan cina). Namun dia memutuskan sistem ini terlalu rumit dan harus banyak mengingat lambang, sistem ini ditinggalkan.

Kemudia dia menyadari bahwa kata-kata disusun atas masing masing silabi, atau suku kata (misalnya suku terdiri atas su dan ku). Sequoyah mulai membuat lambah buat setiap suku kata. Mulanya lambang ini dibuat mirip gambar, namun karena bikin gambar ribet lama-lama lambangnya makin sederhana. Beberapa lambang meminjam dari alfabet latin. Konon seorang guru memberikan sebuah buku kepada sequoyah. Dia tentu saja tidak bisa membaca latin dan tidak bisa bahasa inggris tapi alfabetnya dipinjam buat tulisan buatannya. Sistem silabi ini, yang mirip sistem kana jepang akhirnya memuat 80 lambang untuk tiap silabi, dan kelihatan seperti ini.

Sejarah juga merekam bagaimana cepatnya orang cherokee mengadopsi sistem ini, Sequoyah mulai menyusun tulisannya pada 1810, pada pertengahan 1820an, sistem ini sudah diterima luas dan diajarkan kepada semua anggota suku. Tingkat melek aksara mereka bahkan melampaui orang kulit putih!

Dari cerita sequoyah dan tulisannya, kita bisa membayangkan proses bagaimana tulisan-tulisan yang kita kenal saat ini berevolusi. Dan saya bersyukur ketika menulis ini tidak pakai tulisan paku, hiroglif atau piktograf cina karena yang seperti itu lebih susah dari alfabet