- Beranda
- The Lounge
Ngeri ! Liat Keseriusan Myanmar Membangun Sepakbolanya, INDONESIA GIMANA ?
...
TS
merahmaroen
Ngeri ! Liat Keseriusan Myanmar Membangun Sepakbolanya, INDONESIA GIMANA ?
Myanmar atau dahulu bernama Burma, pernah begitu disegani di kancah persepakbolaan Asia. Hal itu terjadi dalam rentang tahun 1950 hingga 1960-an, tatkala tim nasional mereka sanggup meraih gelar Piala Asia Junior, yang kini disebut Piala Asia U-19, sebanyak tujuh kali! Namun lambat laun prestasi negara berjuluk tanah emas ini luntur seiring dengan konflik yang kerap terjadi.
Sempat terpuruk dalam waktu yang lama, kini Myanmar mulai mencoba bangkit. Titik krusialnya ada pada perkembangan ekonominya yang begitu pesat, dalam dua tahun terakhir. Faktor itu secara otomatis mendorong kemajuan sepakbola di negara tersebut.
Perbaikan di segala sendi mereka lakukan, terutama dalam hal pembinaan usia muda, yang jadi dasar baik-buruknya sepakbola suatu negara. Myanmar Football Association (MFA), melalui presidennya, Zaw Zaw, paham benar akan hal itu dan segera memulainya dari perumusan kebijakan pembentukan sepakbola kelompok umur.
Klub di Myanmar wajib miliki tim junior mulai dari U-10
Meski dengan segala keterbatasannya, di Myanmar sebuah klub sepakbola profesional diwajibkan memiliki tim junior yang dimulai dari U-10. Setiap dua tahun akan ada kenaikan kelas hingga mereka menginjak usia dewasa dan siap bermain secara profesional.
Untuk lebih mematangkan pembinaan di usia muda, MFA lantas membentuk liga untuk tim junior U-20 pada 2012. Hal itu dimaksudkan untuk membangun iklim kompetitif pada jiwa-jiwa muda pesepakbola profesional. Dan cara itu semakin dipoles dengan manisnya, tatkala mereka menerapkan cara serupa untuk U-18.
Kesemua kebijakan brilian yang sudah dipaparkan akan terasa percuma jika pembinaan usia muda tak ditopang dengan fasilitas. MFA yang sadar akan hal itu kemudian memperbaiki segala infrastruktur sepakbola yang ada secara bertahap. Fokusnya terletak pada tiga kota besar, yakni Mandalay, Yangon dan ibu kota negara, Nay Pi Taw.
Stadion baru dengan standar internasional dibangun, stadion lawas direnovasi besar-besaran, dan fasilitas latihan dilengkapi dengan berbagai infrastruktur modern. Salah satunya bisa Anda lihat dari hasil renovasi stadion Thuwunna di Yangon dan tempat latihannya yang berumput sintetis.
Salah satu fasilitas modern untuk sepakbola di Yangon, Myanmar
Ketika kebijakan menyoal sepakbola yang dirumuskan sudah dipatri fondasinya, maka proses untuk mambangun hingga puncak harus dilakukan melalui ujian. Dan ujian yang dimaksud adalah dengan menjadi tuan rumah hajatan sepakbola berskala besar.
MFA yang tentunya mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya, bisa dibilang sudah lulus dari ujian “level awal” tersebut. Hanya dalam rentang waktu dua tahun, Myanmar sukses menggelar deretan turnamen bergengsi, dimulai dari Piala AFF U-16, Piala AFF Wanita, SEA Games, hingga memuncak pada pagelaran putaran final Piala Asia U-19.
Sebelum digelarnya ajang yang disebut terakhir, MFA bahkan sukses mendapat predikat “kelulusan” melalui penghargaan dari otoritas sepakbola tertinggi Asia, AFC, sebagai AFC Dream Asia Football 2013. Mereka sanggup mengalahkan beberapa negara yang sepakbolanya sudah mapan, macam Malaysia dan UEA.
MFA mendapat apresiasi tersebut karena selain fokus di bidang sepakbola, otoritas sepakbola terbesar di Myanmar itu juga memberikan donasi atau bantuan kepada rumah sakit umum untuk menambah jumlah tempat tidur, peningkatan petani miskin dan serangan wabah hama serta penyakit, biaya siswa untuk pesepakbola muda, memberikan program bantuan untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental serta membangun kembali Akademi Sepakbola di Ayyawadi yang hancur karena serangan topan Nargis.
Hasilnya pun mulai nampak. Timnas senior Myanmar sudah mulai sanggup menyentil kekuatan-kekuatan lawas ASEAN, macam Thailand, Vietnam, Malaysia, hingga Indonesia. Masa depan tampak makin cerah manakala timnas kelompok umur mereka juga mampu berbicara banyak di berbagai kompetisi.
Sebagai contoh adalah timnas Myanmar U-19. Meski belum meraih gelar apapun, rentetan hasil positif didapuk tim asuhan Gred Friederich Horst. Dalam partai uji coba jelang pagelaran Piala Asia U-19 mereka sunggup meraih kemenangan asal Thailand U-19, Indonesia U-19, hingga Jepang U-19.
Puncaknya bisa Anda saksikan sendiri pada pagelaran Piala Asia U-19 kali ini. Dari dua pertandingan menghadapi tim yang di atas kertas lebih superior, Yaman dan Thailand, Myanmar sukses meraih empat poin dengan rekor tiga gol tanpa pernah kebobolan. Karenanya Nyin Chang Aung cs kini duduk di puncak klasemen sementara Grup A dan memiliki peluang besar untuk melaju ke perempat-final.
Pecinta sepakbola Myanmar juga taruh perhatian besar pada sepakbola kelompok umur
Euforia pun melanda masyarakat Myanmar akan torehan tersebut. Ya, tak hanya terjadi di Indonesia, antusiasme masyarakat setempat terhadap kiprah penggawa di timnas kelompok umur juga sama besarnya. Stadion Thuwunna yang berkapasitas 50 ribu tempat duduk nyaris selalu penuh, setiap kali timnas U-19 kebanggaan mereka bertanding.
Menilik apa yang sudah dilakukan dan dipetik Myanmar untuk membangkitkan kembali sepakbolanya, selayaknyalah Indonesia, melalui PSSI mulai berkaca. Pembinaan sepakbola yang baik haruslah dimulai dari sebuah kebijakan matang dan tindakan yang benar-benar nyata.
Sudah terlampau banyak bakat-bakat emas sepakbola Indonesia terbuang begitu saja, karena tak ada pembinaan yang matang. Dan hal itu tak boleh lagi terjadi terhadap sekumpulan bocah luar biasa yang menyesaki skuat timnas Indonesia U-19.
Memang kegagalan kembali ditelan, namun mari segera tinggalkan luka itu untuk berproses menjadi lebih baik. Pengorbanan harus mulai dilakukan, karena percayalah tak ada kesuksesan yang bisa diraih dengan cara instan, selayakanya paradigma umum terhadap sepakbola tanah air.
KESIMPULAN ANE :
Menurut ane, stoplah berita2 tentang kemenangan timnas yang berlebihan. Coba beritain tentang pembangunan fasilitas sepakbola untuk usia dini. Sedih banget liat bibit muda berbakat yang gak bisa berkembang karena sistem yang kurang bagus
Nyomot Dari : Goal.com > SUMBER THREAD
PENDAPAT KASKUSER
Sempat terpuruk dalam waktu yang lama, kini Myanmar mulai mencoba bangkit. Titik krusialnya ada pada perkembangan ekonominya yang begitu pesat, dalam dua tahun terakhir. Faktor itu secara otomatis mendorong kemajuan sepakbola di negara tersebut.
Perbaikan di segala sendi mereka lakukan, terutama dalam hal pembinaan usia muda, yang jadi dasar baik-buruknya sepakbola suatu negara. Myanmar Football Association (MFA), melalui presidennya, Zaw Zaw, paham benar akan hal itu dan segera memulainya dari perumusan kebijakan pembentukan sepakbola kelompok umur.
Klub di Myanmar wajib miliki tim junior mulai dari U-10
Meski dengan segala keterbatasannya, di Myanmar sebuah klub sepakbola profesional diwajibkan memiliki tim junior yang dimulai dari U-10. Setiap dua tahun akan ada kenaikan kelas hingga mereka menginjak usia dewasa dan siap bermain secara profesional.
Untuk lebih mematangkan pembinaan di usia muda, MFA lantas membentuk liga untuk tim junior U-20 pada 2012. Hal itu dimaksudkan untuk membangun iklim kompetitif pada jiwa-jiwa muda pesepakbola profesional. Dan cara itu semakin dipoles dengan manisnya, tatkala mereka menerapkan cara serupa untuk U-18.
Kesemua kebijakan brilian yang sudah dipaparkan akan terasa percuma jika pembinaan usia muda tak ditopang dengan fasilitas. MFA yang sadar akan hal itu kemudian memperbaiki segala infrastruktur sepakbola yang ada secara bertahap. Fokusnya terletak pada tiga kota besar, yakni Mandalay, Yangon dan ibu kota negara, Nay Pi Taw.
Stadion baru dengan standar internasional dibangun, stadion lawas direnovasi besar-besaran, dan fasilitas latihan dilengkapi dengan berbagai infrastruktur modern. Salah satunya bisa Anda lihat dari hasil renovasi stadion Thuwunna di Yangon dan tempat latihannya yang berumput sintetis.
Salah satu fasilitas modern untuk sepakbola di Yangon, Myanmar
Ketika kebijakan menyoal sepakbola yang dirumuskan sudah dipatri fondasinya, maka proses untuk mambangun hingga puncak harus dilakukan melalui ujian. Dan ujian yang dimaksud adalah dengan menjadi tuan rumah hajatan sepakbola berskala besar.
MFA yang tentunya mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya, bisa dibilang sudah lulus dari ujian “level awal” tersebut. Hanya dalam rentang waktu dua tahun, Myanmar sukses menggelar deretan turnamen bergengsi, dimulai dari Piala AFF U-16, Piala AFF Wanita, SEA Games, hingga memuncak pada pagelaran putaran final Piala Asia U-19.
Sebelum digelarnya ajang yang disebut terakhir, MFA bahkan sukses mendapat predikat “kelulusan” melalui penghargaan dari otoritas sepakbola tertinggi Asia, AFC, sebagai AFC Dream Asia Football 2013. Mereka sanggup mengalahkan beberapa negara yang sepakbolanya sudah mapan, macam Malaysia dan UEA.
MFA mendapat apresiasi tersebut karena selain fokus di bidang sepakbola, otoritas sepakbola terbesar di Myanmar itu juga memberikan donasi atau bantuan kepada rumah sakit umum untuk menambah jumlah tempat tidur, peningkatan petani miskin dan serangan wabah hama serta penyakit, biaya siswa untuk pesepakbola muda, memberikan program bantuan untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental serta membangun kembali Akademi Sepakbola di Ayyawadi yang hancur karena serangan topan Nargis.
Hasilnya pun mulai nampak. Timnas senior Myanmar sudah mulai sanggup menyentil kekuatan-kekuatan lawas ASEAN, macam Thailand, Vietnam, Malaysia, hingga Indonesia. Masa depan tampak makin cerah manakala timnas kelompok umur mereka juga mampu berbicara banyak di berbagai kompetisi.
Sebagai contoh adalah timnas Myanmar U-19. Meski belum meraih gelar apapun, rentetan hasil positif didapuk tim asuhan Gred Friederich Horst. Dalam partai uji coba jelang pagelaran Piala Asia U-19 mereka sunggup meraih kemenangan asal Thailand U-19, Indonesia U-19, hingga Jepang U-19.
Puncaknya bisa Anda saksikan sendiri pada pagelaran Piala Asia U-19 kali ini. Dari dua pertandingan menghadapi tim yang di atas kertas lebih superior, Yaman dan Thailand, Myanmar sukses meraih empat poin dengan rekor tiga gol tanpa pernah kebobolan. Karenanya Nyin Chang Aung cs kini duduk di puncak klasemen sementara Grup A dan memiliki peluang besar untuk melaju ke perempat-final.
Pecinta sepakbola Myanmar juga taruh perhatian besar pada sepakbola kelompok umur
Euforia pun melanda masyarakat Myanmar akan torehan tersebut. Ya, tak hanya terjadi di Indonesia, antusiasme masyarakat setempat terhadap kiprah penggawa di timnas kelompok umur juga sama besarnya. Stadion Thuwunna yang berkapasitas 50 ribu tempat duduk nyaris selalu penuh, setiap kali timnas U-19 kebanggaan mereka bertanding.
Menilik apa yang sudah dilakukan dan dipetik Myanmar untuk membangkitkan kembali sepakbolanya, selayaknyalah Indonesia, melalui PSSI mulai berkaca. Pembinaan sepakbola yang baik haruslah dimulai dari sebuah kebijakan matang dan tindakan yang benar-benar nyata.
Sudah terlampau banyak bakat-bakat emas sepakbola Indonesia terbuang begitu saja, karena tak ada pembinaan yang matang. Dan hal itu tak boleh lagi terjadi terhadap sekumpulan bocah luar biasa yang menyesaki skuat timnas Indonesia U-19.
Memang kegagalan kembali ditelan, namun mari segera tinggalkan luka itu untuk berproses menjadi lebih baik. Pengorbanan harus mulai dilakukan, karena percayalah tak ada kesuksesan yang bisa diraih dengan cara instan, selayakanya paradigma umum terhadap sepakbola tanah air.
KESIMPULAN ANE :
Menurut ane, stoplah berita2 tentang kemenangan timnas yang berlebihan. Coba beritain tentang pembangunan fasilitas sepakbola untuk usia dini. Sedih banget liat bibit muda berbakat yang gak bisa berkembang karena sistem yang kurang bagus
Nyomot Dari : Goal.com > SUMBER THREAD
PENDAPAT KASKUSER
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
0
9.6K
117
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.1KThread•91KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok