yantiqueAvatar border
TS
yantique
Mensyukuri Jokowi jadi RI-1 itu Seharusnya dgn Do'a, bukan Jingkrak2 Main Musik SLANK
Sambut Pelantikan Jokowi, Slank dkk Gelar Pesta Rakyat
Friday, 10 October 2014, 03:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup band Slank beserta sejumlah musisi yang tergabung dalam Revolusi Harmoni bakal menggelar pesta rakyat. Acara itu untuk menyambut pelantikan presiden dan wapres terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) pada 20 Oktober 2014.

Personel Slank, Abdee Negara mengatakan, acara pesta rakyat bakal dipusatkan di area Monas. "Kita akan bikin acara-acara, bentuknya bisa konser bisa macem-macem. Semacam syukuran rakyat pada 20 Oktober," kata Abdee di Jakarta Pusat, Kamis (9/10).

Ia mengajak semua orang untuk terlibat dalam acara tersebut. Artinya, kata dia, semua orang sudah siap untuk menyambut pemerintahan baru.
"Jokowi-JK kan dipilih oleh rakyat, rakyat yang akan mengantar dia dari DPR sebagai simbol ke istana. Dan pada 20 itu akan jadi momen bangkitnya Indonesia," ucapnya.

Dalam pesta rakyat itu, para musisi, termasuk Slank dan Oppie Andaresta, bakal membawakan lagu khusus yang diciptakan musisi Revolusi Harmoni. Menurut Abdee, lagu bertema persatuan Indonesia tersebut dipersembahkan untuk Indonesia baru.

Abdee mengakui keterlibatannya dalam mendukung Jokowi-JK sebagai upaya memberikan semangat untuk perubahan Indonesia. Sebagai seniman yang punya kemampuan berkarya, ia ingin memberi simbol semangat dalam pemerintahan baru dan menjadi titik tolok majunya Indonesia ke depan.
Menurutnya, Jokowi serta tim kabinet tidak mungkin bisa melakukan perubahan tanpa melibatkan rakyat. Keterlibatan rakyat tersebut perlu simbol semangat dari para seniman salah satunya melalui lagu.

"Itu kontribusi kita sebagai seniman, kontribusi kita mengajak orang untuk mengajak orang, "Ayo bersama-sama membangun Indonesia'," ujarnya.
http://nasional.republika.co.id/beri...r-pesta-rakyat







Jokowi dalam ssebuah moent konser SLANK di Monas saat Kampanye Pilpres yl ...


Setelah Pelantikan Presiden, Ratusan Ribu Relawan Arak Jokowi ke Konser Slank di Monas
Jumat, 10/10/2014 10:30 WIB

Jokowi-JK akan membaca sumpah sebagai Presiden dan Wapres pada 20 Oktober nanti. Setelahnya, ratusan ribu relawan akan menggelar 'pesta rakyat' dengan mengarak Jokowi-JK dari Gedung DPR hingga ke Monas. "Rencananya massa akan berkumpul di halaman DPR untuk menyaksikan pelantikan. Setelah itu mengarak Jokowi-JK ke Monas untuk konser musik bersama Slank," kata Jubir PDIP Eva Sundari kepada detikcom, Jumat (10/10/2014).

Para relawan berencana membuat pesta. Grup musik Slank akan turut serta dalam perayaan di Monas. "Para relawan merencanakan bikin perayaan," ujar mantan anggota Komisi III DPR ini.

Relawan yang akan turun tak hanya berasal dari Jakarta, tapi juga dari luar Ibu Kota bahkan luar Jawa. Para relawan ini tak hanya siap untuk merayakan, tapi juga siap menduduki Gedung DPR/MPR jika pelantikan Jokowi-JK digagalkan. "Mereka juga siap ambil alih pelantikan jika MPR/DPR menunda atau menggagalkan pelantikan. Mereka ingin jadi penyelenggara pelantikan oleh rakyat," tutur Eva.
http://news.detik.com/read/2014/10/1...?991104topnews


Ini tips dan saran untuk anggota SLANK yang Muslim:
Bagaimana Cara Bersyukur Di Dalam Islam
Oleh: Ali Tafsir Prof.Dr. QURAISH SHIHAB

Syukur mencakup tiga sisi:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.

b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.

c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya

a. Syukur dengan hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur –seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas– diartikan oleh orang yang bersyukur dengan “untung” (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).

Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.

Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan di hadapan si penderita itu).

Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki –seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudhu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudhu.

b. Syukur dengan lidah

Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi “al-hamdulillah.”

Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain. Kata “al” pada “al-hamdulillah” oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti “keseluruhan”. Sehingga kata “al-hamdu” yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.

Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada akhirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai “kurang baik”, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah “al- hamdulillah” (segala puji bagi Allah).

c. Syukur dengan perbuatan

Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,

“Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur!” (QS. Saba [34]: 13).

Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya.

Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah SWT. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:

“Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur” (QS. An-Nahl [16]: 14).

Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat “mencari karunia-Nya”.

Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,

“Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?

Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa “Kalau kamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”

Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS. Ibrahim [14): 7) Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7).

Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut.

“Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan” (QS. An-Nahl [16]: 112).

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba –satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya.

Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar-kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,

Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS. Saba [34]: 17).

Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:
“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 7).
http://nadiaqu.wordpress.com/bagaima...uraish-shihab/


Informsi untuk Muslim yang Diberi Amanah Rakyat:
Jabatan kok "Alhamdulillah", Seharusnya bilang "Innalillah" ...
Sabtu, 24 November 2012

“Alhamdulillah akhirnya anda menjadi ketua organisasi x”, “selamat ya atas jabatan barumu”, “selamat atas dilantiknya saudara fulan sebagai ketua organisasi x”.

Sudah lazim kita dengar ucapan-ucapan semacam itu ketika seseorang atau mungkin kita sendiri mendapat jabatan ‘strategis’, sebutlah jabatan sebagai ketua, dalam sebuah organisasi ataupun komunitas tertentu. Setahu saya ucapan syukur ketika mendapat jabatan itu tidak tepat jika ditakar dengan timbangan akhlak. Konon ketika para khalifahur rasyidin memimpin, jabatan adalah sesuatu yang ‘ditakuti’. Mestinya kita pernah mendengar ataupun membaca, kisah meninggalnya Rasulullah SAW yang mengakibatkan para sahabat kebingungan untuk menentukan siapa yang akan memegang peran khalifah sepeninggal beliau. Pada saat itu masing-masing sahabat dekat Rasulullah yaitu sayyidina Umar, Ali, Ustman, dan Abu Bakar RA, saling menunjuk satu sama lain mengenai siapa yang pantas menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah SAW. Akhirnya setelah melalui musyawarah terpilihlah khalifah pertama pengganti Rasulullah SAW yaitu sayyidina Abu Bakar. Sikap para sahabat itu berbeda jauh dengan kenyataan sikap sebagian orang zaman ini yang berebut kekuasaan karena merasa mampu memimpin.

Dalam kisah para sahabat, respon yang ditunjukan seseorang ketika menerima sebuah amanah bukanlah ucapan-ucapan bahagia seperti yang lazim kita dengar pada masa sekarang ini. Bagi para sahabat, jabatan sebagai khalifah adalah amanah ‘berat’ yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Rabb-nya. Bagaimana bisa, jika dipikir dengan akal sehat, seseorang bahagia mendapatkan sesuatu sementara sesuatu itu merupakan pertaruhan antara ridho dan murka Tuhan. Jika dalam memegang jabatan seseorang bisa amanah maka tentu ridho Allah-lah balasannya. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka murka Allah-lah balasannya.

Sekarang ini kita dengan mudah melihat ‘kenarsisan’ para calon pemimpin di tataran legislatif dan eksekutif. Kita mungkin pernah mendengar kalimat-kalimat semacam ini “Pilihlah saya rakyat akan sejahtera”, “Pilih no.sekian untuk Indonesia makmur”, “Fulan: Sholeh, Cerdas, Amanah”. Contoh tagline iklan-iklan kampanye itu mudah-mudahan merupakan cita-cita yang benar-benar muncul dari hati para calon pemimpin kita. Bukan sekedar pencitraan yang ditampilkan untuk mendongkrak suara. Sayyidina Abu Bakar pernah berpesan kepada Umar RA : “Wahai Umar, dalam urusan kekuasaan ini ada dua orang yang celaka : pertama, orang yang berambisi menjadi penguasa padahal dia tahu bahwa ada orang lain yang lebih pantas dan lebih mampu daripada dirinya. Kedua, orang yang menolak ketika diminta dan dipilih padahal dia tahu dirinyalah yang paling pantas dan paling mampu; dia menolak semata-mata karena lari dari tanggung jawab dan enggan berkhidmah kepada umat.”

Pada akhirnya menurut hemat saya memimpin itu karena adanya kepercayaan dari orang-orang disekitar kita. Berambisi memimpin karena ingin dihormati, terkenal, dan ambisi-ambisi negatif lain mudah-mudahan bisa kita hindari. Jikapun orang-orang meminta kita untuk memimpin karena memang mereka percaya kepada kita dan kita mampu untuk menjalani amanah tersebut maka terimalah dengan ikhlas. Pun, ketika menerima jabatan tertentu menurut saya tidak tepat jika kita kemudian melakukan prosesi “tasyakuran”. Kenapa kita tidak menggantinya dengan istilah “doa bersama, agar mampu menjalankan amanah dengan baik dan benar”. Wallahu’alam.
source

--------------------------

Just da'wah, gan!
Meski terasa pahit ditelinga ... tapi memang harus disampaikan untuk kalangan muslim yang mayoritas di negeri ini. Maaf untuk yang bukan muslim


emoticon-Kiss (S)
Diubah oleh yantique 12-10-2014 08:54
0
9.9K
135
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.