Mencuri Ilmu Marketing dari Satpol PP Cantik Nurul Habibah

Akhir-akhir ini ada satpol PP cantik yang makin ngetop di media. Namanya Nurul Habibah. Yang menarik adalah ada banyak wanita yang tak kalah cantik darinya. Namun mengapa Nurul yang berhasil menarik perhatian orang banyak?

Mari kita lihat seberapa populer namanya di dunia maya. Wah, pada hari Selasa, 23 September 2014 ia sudah menduduki posisi teratas di Google Trend Indonesia. Jumlah pencarian per hari ini mencapai 20.000 lebih.




Tunggu dulu Nurul kan anggota satpol PP, lalu apa hubungannya dengan marketing?

Ada satu kesamaan di antara keduanya, yaitu mereka mencuri perhatian.

Yah, mencuri perhatian adalah pekerjaannya dunia pemasaran. Sementara itu Nurul entah bagaimana caranya telah berhasil mencuri hal yang sama. Jadi pasti ada yang bisa dipelajari dari wanita ini.



Mengapa mencuri perhatian orang itu penting? Pertama, semakin orang mendapat banyak perhatian, berarti ia semakin populer. Popularitas itu ada harganya. Orang yang populer memiliki kesempatan finansial yang lebih besar.

Contoh saja MC yang terkenal pasti lebih banyak mendapatkan tawaran job. Selain itu bayarannya juga pasti lebih mahal. Ini sama halnya dengan pemain film dan pelawak. Bahkan dari pengusaha hingga presiden kalau tidak populer, tidak laku.

Masalahnya dunia ini sudah penuh dengan informasi. Orang jengah. Sehingga mereka sudah belajar untuk cuek. Jadi kalau kita bisa tahu apa yang bisa membuat orang mau memberikan perhatiannya ini bisa jadi pelajaran beharga buat kita.


Wanita cantik pencuri perhatian


Paras cantik nan rupawan memang mudah mencuri perhatian. Tetapi tidak semua wanita cantik otomatis populer.

Lalu kenapa ada yang wanita cantik yang menjadi populer?

Mari Kita kilas balik sebentar kasus-kasus seperti Yoona Malaysia alias Rabiatul Afifah dan Brigadir Eka Frestya. Mereka berdua adalah para wanita cantik pencuri perhatian publik. Sama seperti Nurul Habibah.


Apakah ada benang merah di antara ketiganya?

Yuk kita intip mereka sedikit. Dalam kasus Rabiatul Afifah ada sebuah faktor kejut/tidak biasayang memisahkan dia dari wanita cantik lainnya, yaitu ia sangat mirip dengan pentolan artis Korea, Yoona dari grup SNSD.

Yoona itu terkenal, dan jadi terkenal tidak mudah. Sehingga kalau bisa sampai mirip bingits dengan orang terkenal, wah jarang-jarang.

Apalagi mereka tidak bersaudara, bahkan secara genetik, darah Malaysia dan darah Korea, jauh banget hubungannya. Tapi wajahnya bisa mirip. Sungguh tidak biasa.




Bagaimana dengan Nurul Habibah dan Brigadir Eka Frestya?




Kalau kita lihat, mereka juga memiliki faktor kejut/tidak biasa. Bedanya yang membuat mereka mencuat adalah kontras antara image profesinya dengan image wanita cantik.

Mari kita bayangkan pekerjaan satpol PP atau kepolisian. Umumnya yang segera terlintas di benak kita adalah ini dunia laki-laki, pekerjaan yang memerlukan fisik, keras, banyak ribut-ribut, tidak ramah dengan perempuan.

Sementara stereotipe pekerjaan wanita cantik lebih ke arah yang ringan, lembut, softskill, terlindung dari bahaya, pokoknya jauh dari image profesi satpol atau polisi

Sehingga begitu ada yang bening-bening di sana, heboh lah jadinya.


Pelajaran


Mari kita ambil kesimpulan. Ketiga wanita di atas memiliki faktor kejut/tidak biasa sehingga mereka berhasil mencuri perhatian orang.

Khusus untuk kasus Nurul Habibah dan Brigadir Eka Frestya mereka memperoleh faktor kejut/tidak biasa dengan adanya sesuatu yang sangat kontras, yaitu image wanita cantik dengan profesinya yang tak lazim.

Apabila faktor kontras itu tidak ada, mereka pasti tidak akan populer.

Untuk lebih jelasnya begini. Keduanya wanita cantik. Kalau pun mereka operasi plastik dan menjadi tambah cantik, itu tidak akan membuat mereka populer. Mereka hanya tetap jadi orang biasa.

Jadi kalau kita mau mencuri perhatian, ciptakanlah kekontrasan. Jangan membuat tinta hitam makin pekat. Melainkan carilah kertas putihnya agar warna hitam itu menjadi semakin kelihatan.

Nah, apakah kamu bisa menemukan aplikasinya di dalam kehidupan atau pekerjaanmu? Silahkan komen.

Source : TKP