Kami di Twitter tentu saja pernah mengalami sebuah permasalahan besar. Situasi terburuk yang pernah kami alami dan terus menerus berulang ialah layanan kami mengalami 'down' dan pengguna berhenti berkicau. Ini menjadi sumber frustrasi kami yang paling besar karena kami membangun Twitter sebagai platform untuk berkomunikasi dan kami pernah harus beberapa kali mengalami down. Akibatnya orang tidak bisa berkomunikasi via Twitter sama sekali selama beberapa jam. Perasaan kesal itulah yang harus kami rasakan sebagai sebuah perusahaan jejaring sosial yang masih kecil saat itu. Dan kami tak tahu penyebabnya.

Kami tentu melakukan sejumlah perbaikan saat down melanda. Akhirnya kami memutuskan menyewa jasa insinyur yang piawai dengan penanganan sistem dan seorang kontraktor dari Pivotal Labs yang memiliki kepakaran 'pair programming', yang intinya dua orang di satu komputer. Mereka mencari akar masalah dengan mempelajari sistem kami yang bermasalah. Sementara itu, kami malah tidak tahu apa yang terjadi di sistem kami sendiri dan tidak
memiliki instrumentasi apapun. Bisa dikatakan, kami sama sekali buta tentang apa yang terjadi pada sistem yang kami buat sendiri.

Kemudian diterapkan instrumen untuk memantau kerja sistem. Dengan itu, kami bisa melacak bagian mana yang menjadi sumber masalah dan kami memperbaiki kodenya. Tetapi kemudian muncul lagi masalah di bagian lainnya. Perlahan-lahan kami bisa memperbaiki masalah-masalah teknis kecil ini.

Inilah kekuatan dari visualisasi dalam memecahkan masalah. Dengan begitu, akan diketahui dengan mudah siapa yang bertanggung jawab atas isu yang mana. Akhirnya kami bisa mengatasi masalah downtime kami yang sering terjadi dengan melakukan diskusi di perusahaan. (Disarikan dari wawancara Endeavor 2013 dengan Biz Stone dan Jack Dorsey/ap)

sumber