Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

selamaulidanAvatar border
TS
selamaulidan
Gaya Pacaran Remaja Urban Semakin Parah


Saya sempat shock, tertegun, dan mata saya berkaca-kaca saat menonton acara Mata Najwa di Metro TV yang menghadirkan Tri Rismaharini – walikota Surabaya - sebagai tamu acara talk show yang tayang tanggal 12 Februari 2014. Bukan Risma mau mundur dari kursi walikota yang membuat saya menangis, tetapi dialog antara Risma dengan seorang pramuria tua berusia 60 tahun. Sepenggal dialog itu diawali dengan pertanyaan Risma kepada sang pramuria : ibu sudah tua gini, lantas siapa yang jadi pelanggan ibu ?” sang pramuria itupun menjawab : “anak-anak SD dan SMP bu.., hanya mereka yang mau membayar saya 1000-2000 Rupiah.” Bayangkan. Anak SD dan SMP sudah berhubungan badan dengan seorang pramuria.

Selang tiga hari kemudian, saya mengalami shock yang lebih parah saat membaca postingan mbak Baby Jim Aditya di Facebook, seorang psikolog seksual yang sekaligus aktivis anti HIV/AIDS. Dalam postingan itu, mbak Baby menguraikan betapa mengerikan dan mengkhawatirkannya perilaku seksual anak-anak urban Indonesia, terutama mereka yang laki-laki. Sekolah yang seharusnya menjadi wadah pembelajaran dan pencerdasan anak-bangsa berubah fungsinya menjadi tempat kekerasan seksual. Sedihnya, kekerasan seksual itu didemonstrasikan tanpa pengawasan. Guru dan orang tua tidak tahu atau tidak mau tahu.
Karena pentingnya masalah ini, saya kutip secara utuh postingan dari Baby Jim Aditya itu, yang diberi judul “PK (Penjahat) Kelamin di Usia SMP”, sebagai berikut :

Quote:


Jujur, saya tak tega membaca postingan panjang dari mbak Baby di atas. Tetapi, saya tak kuasa memungkiri kenyataan bahwa apa yang dituturkan oleh mbak Baby adalah realitas sosial anak-anak saat ini. Mereka – anak-anak itu – memiliki pengetahuan tentang seks yang melampaui usianya, terutama anak laki-laki. Realitas sosial ini tak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga merambah di kota-kota kecil di Indonesia.
Dalam salah-satu komentar atas postingan mbak Baby di atas, ada testimoni menarik sekaligus tragis dari seorang guru PAUD di Kalimantan dengan nama akun Bunda Herlina. Merespon postingan mbak Baby, Bunda Herlina memberi komentar testimoni panjang sebagai berikut :

Quote:


Dialog antara Risma dengan seorang pramuria di atas, yang kemudian diikuti postingan panjang dari seorang pakar psikologi seksual serta komentar berisi testimoni seorang guru PAUD menunjukkan bahwa ada persoalan serius di masyarakat kita, terutama yang menimpa anak-anak. Masyarakat kita seolah kehilangan kontrol dan pengendalian sosial atas penyimpangan perilaku seksual yang didemonstrasikan anak-anak. Terdapat kesenjangan sosial yang cukup jauh antara orang tua dengan anak-anaknya dan antara guru dengan anak-didiknya. Orang tua dan guru terlampau sibuk dengan dunianya sendiri sehingga abai dengan anak-anak yang menjadi harapan bangsa. Anak-anak usia PAUD, SD, dan SMP yang seharusnya memenuhi hari-hari dengan belajar dan bermain, ternyata telah “kerasukan” seks tanpa kita sadari. Imajinasi seks anak-anak itu sangat liar dan mengerikan.
Di samping itu, internet merupakan media yang menjadi piranti bagi para anak-anak ABG untuk mendapat informasi tentang seks. Situs-situs yang berisi film atau konten pornografi bertebaran di Internet. Menurut rilis majalah yang berbasis di Kanada, One Minute, bahwa di tahun 2013 jumlah situs porno di dunia telah mencapai 10,3 Juta buah. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 14,9 juta buah. Meskipun menurun, jumlah 10,3 juta adalah angka yang sangat fantastis, terutama jika situs-situs porno itu diakses oleh anak-anak kecil tanpa pengawasan.
Data data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kompas, 15 Maret 2012), sejak tahun 2005, Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Tahun 2005, Indonesia berada di posisi ketujuh, tahun 2007 di posisi kelima, dan tahun 2009 di posisi ketiga. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengguna internet yang kini mencapai 55,2 juta orang. Dan, pengakses utama internet di Indonesia adalah kalangan anak-anak, remaja,dan kaum muda.
Dari sini, kita melihat bahwa revolusi tekhnologi informasi ternyata berimplikasi pada terbukanya kotak Pandora tanpa sanggup dibendung ekses negatifnya. Untuk konteks Indonesia, tekhnologi informasi sebagai modal utama masyarakat komunikasi gagal dimanfaatkan secara cerdas untuk menyemai pengetahuan progresif. Alih-alih berfungsi sebagai alat pencedasan, tekhnologi informasi malah berfungsi menjadi alat untuk melakukan genosida kebudayaan.

Spoiler for Sumur:
Diubah oleh selamaulidan 20-05-2014 03:27
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
28.8K
103
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.