Serangan malas membuat tubuh enggan bergerak, terus-terusan menguap, dan seolah tak punya daya untuk melakukan apapun. Tidak hanya berpotensi mencetak rapor performa kerja yang buruk, kemalasan yang terus berulang ternyata juga menyiratkan bahwa ada yang salah dengan cara hidup Anda.
Para ahli kesehatan juga penasaran terhadap musabab di balik munculnya rasa malas ini. Terutama karena manusia sejak awal didesain untuk bergerak. Aktivitas berburu dan bercocok tanam yang dilakukan nenek moyang kita sejak berjuta-juta tahun yang lalu itulah yang membentuk tubuh kita seperti sekarang.
Dalam British Journal of Sports Medicine, Dr. Richard Weiler mengatakan kemalasan harusnya mulai dikategorikan sebagai penyakit. ”Begitu banyak uang dikeluarkan untuk mengobati gejala yang ditimbulkan oleh kemalasan tubuh, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Kalau tidak segera diatasi, hal ini akan menyeret orang ke liang kubur lebih cepat,” ujar ahli kesehatan dan olah raga dari London ini kepada BBC.
Dr. Richard menyebut pola hidup dan minimnya aktivitas tubuh atau olahraga sebagai kunci dari penyakit kemalasan. Setuju dengan pendapat Dr. Richard, Spesialis Kedokteran Olahraga Dr. Michael Triangto, SpKO, menambahkan bahwa kondisi ini makin diperparah oleh minimnya pengetahuan tentang nutrisi dan olah raga yang berujung pada praktik atau aplikasi yang juga salah.
Tidak banyak yang tahu bahwa rasa kantuk yang kerap menyergap di siang hari juga bisa dilatari oleh masalah mal nutrisi. ”Ingat, mal nutrisi tidak hanya mengacu pada orang yang kekurangan gizi. Tetapi, juga berbicara tentang komposisi asupan bahan-bahan nutrisi yang tidak tepat,” ujarnya mengoreksi kesalahan pemahaman yang selama ini ada di masyarakat.
Semuanya berawal dari kebiasaan hidup yang salah. Karena tidak sarapan, serangan lapar di siang hari membuat orang terdorong untuk makan menu berkarbohidrat tinggi dalam porsi jumbo dengan hidangan penutup yang manis-manis. Alhasil, kandungan gula dalam darah melonjak drastis! Kondisi ternyata menghambat kerja neuron orexin (dalam hipotalamus otak) yang bertugas untuk menjaga Anda tetap terjaga dan fokus. Tak heran, jika setelah makan siang, bukannya segar, Anda justru mengantuk!
Kemalasan bangun di pagi hari juga terkait erat dengan masalah mal nutrisi. Mengonsumsi makanan dan minuman yang manis-manis sebelum tidur ternyata bisa berdampak buruk. Masuknya gula akan membuat tubuh memerintahkan otak untuk mengeluarkan hormon insulin. Oleh insulin, semua gula yang ada dalam darah dimasukkan ke sel otot, hati, dan ke dalam lemak.
Alhasil, gula darah menjadi drop, sehingga otak memerintahkan tubuh memproduksi hormon kortisol untuk memecah lemak menjadi gula. Jeleknya, hormon kortisol yang memicu stres ini akan membuat tidur malam Anda tidak nyenyak dan tersiksa. Ditambah kuantitas waktu tidur yang sedikit karena aktivitas lembur kantor, bisa dibayangkan apa yang terjadi pada tubuh Anda di pagi hari: bangun dalam kondisi tidak segar, pegal-pegal, dan malas!
Sebaliknya, tubuh yang tidak bersemangat juga bisa disebabkan oleh kesalahan pola diet. Karena tidak paham, banyak yang kemudian melakukan diet ekstrem dengan tidak mengonsumsi karbohidrat. Harapannya, dengan absennya karbohidrat, tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi.
Padahal, tubuh lebih suka menguras persediaan glikogen (protein otot) daripada membakar lemak. Akibatnya, massa otot akan berkurang dan mengendur. Ditambah lagi, untuk setiap satu kilogram glikogen yang hilang terbakar, tubuh juga akan kehilangan 3 kilogram air yang diikat oleh glikogen. Tidak heran jika para pelaku diet jenis ini selalu terlihat lemas dan tidak energik.
Selain itu, produksi gula yang berkurang dalam darah karena diet yang tidak berimbang ini akan membuat tubuh untuk meproduksi gula melalui proses glukoneogenesis. Dalam proses ini, tubuh akan membentuk gula bukan dari karbohidrat, tapi dari protein dan lemak. Namun lemak yang tidak sempurna terbakar akan menghasilkan badan keton. Badan keton yang terakumulasi dalam darah akan dikeluarkan lewat urin (ketonuria).
Meningkatnya kadar glukosa urin akan meningkatkan volume urin, sehingga cairan tubuh akan berkurang, yang pada kondisi ekstrem menyebabkan serangan dehidrasi. Apabila kasus dehidrasi yang terjadi sangat hebat dan kadar hormon pada darah sangat rendah, penderita dapat mengalami koma!