Dengan alokasi ruang fiskal sempit lantaran tingginya subsidi energi, membuat pemerintahan baru harus memutar otak untuk mencari celah. Pasalnya, jika ingin menerapkan pembangunan, maka bantalan fiskal harus cukup, terutama dalam menghadapi krisis.

"Pertama masalah posisi dan ruang fiskal kita memang sangat sempit, tidak mungkin kita bisa mengejar pembangunan infrastruktur dengan ruang fiskal yang ada sekarang," ungkap Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui di Jakarta, Kamis (18/9/2014).

Lebih lanjut dia mengatakan, salah satu opsi yang mungkin dilakukan Jokowi adalah dengan mengotak-atik anggaran Bahan Bakar Minyak Bersubsidi (BBM) yang mencapai angka Rp443 triliun.

"Dana yang mencapai Rp443 triliun yang sedang dibahas di dewan yang akan dipakai untuk subsidi, setelah kita lihat ruang yang ada untuk perbesar bisa dilakukan dengan mengalihkan dana subsidi ke sektor produktif kepada usaha-usaha produktif, kepada infrastruktur, jadi bukan menaikkan harga ya," jelas Jokowi.

Menurut dia, memang nantinya harga BBM bersubsidi akan naik. Namun dengan dialihkannya dana anggaran BBM bersubsidi akan ada banyak manfaat yang di dapatkan.

"Mengalihkan dari subsidi BBM ke irigasi ke pertanian, benih untuk petani, mesin kapal untuk nelayan, infrastruktur yang menunjang kegiatan-kegiatan berproduksi, kalau kita bisa alihkan ke sana, ruang fiskal akan bertambah," tukas Jokowi.

http://economy.okezone.com/read/2014...al-warisan-sby

Asal kontinu membuat kebijakan yang positif, insya Allah, hasilnya juga positif, Pak Jokowi.





Mutiara Al Qur'an Surat Al-An'am Ayat 133

Dan Tuhanmu Maha Kaya, penuh rahmat. Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu dan setelah kamu (musnah) akan Dia ganti dengan yang Dia kehendaki, sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan golongan lain.