Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahdisuronoAvatar border
TS
mahdisurono
Istidraj: Apakah itu Makna dari Istidraj?
Bismillah, Walhamdulillah.

Sesungguhnya segala puji-pujian itu hanya milik Allah SWT semata. Kita memujiNya, meminta tolong kepadaNya, dan meminta pohonan maaf hanya kepadaNya saja. Dan kita semua berlindung kepada Allah dari semua keburukan diri kita, dan segala perbuatan diri kita.

Amma ba'du.

Baiklah, ini adalah tulisan pertama sy di Kaskus. Sy akan mengetengahkan apa itu makna istidraj.

Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِب ، فَإِنمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ " ، ثُم تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ : فَلَما نَسُوا مَا ذُكرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُل شَيْءٍ حَتى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ سورة الأنعام آية 44 .
Jika engkau melihat Allah Memberikan kepada hambaNya bahagian daripada dunia yg disukai oleh hambaNya, sedangkan, dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah. Kemudian, Rasulullah SAW membaca, "Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)"

(HR Ahmad no.16976, Ibnu Abid-Dunya dlm "asy-Syukru" no.31, ad-Daulabi dlm "al-Kuna wal-Asma'" no.809, Thabrani dlm "Mu'jam al-Ausath" no.9505, dan dalam "al-Kabir" no.14343; shahih, karena sanadnya sama2 saling menguatkan, menurut Syaikh al-Albani dlm "Ash-Shahihah" no.413)

Sementara, dlm bahasa Arab sendiri, istidraj (akar kata: da-ra-ja; Arab: درج), bermakna naik. Artinya apa? Allah Mengadzabkan hamba2Nya secara tdk langsung, tapi perlahan dgn pasti, org tersebut 'kan diadzab.

Sikap Para Ulama terhadap Istidraj
Untuk sikap para ulama ini, sy akan membawakan 2 kisah tentang pendapat ulama terhadap istidraj ini.

Abu Nuaim dlm "Hilyatul-Auliya'" (5/5/6215) meriwayatkan kisah Muhammad bin Suwaqah melewati jalur Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim, sampai ke Mas'ud bin Sahal, dia berkata,
نَظَرَ مُحَمدُ بْنُ سُوقَةَ فِي مَالِهِ فَوَجَدَ قَدِ اجْتَمَعَتْ لَهُ مِائَةُ أَلْفِ دِرْهَمٍ، فَأَقْبَلَ يَقُولُ: مَا اجْتَمَعَتْ مِنْ خَيْرٍ اسْتَدْرَجَتْ وَاسْتُدْرِجَتْ لَهُ لَئِنْ بَقِيَتْ لَهُ، قَالَ: فَلَما دَارَتِ الْجُمُعَةُ وَعِنْدَهُ مِنْهَا مِائَةُ دِرْهَمٍ، قَالَ: وَاشْتَرَى مُحَمدُ بْنُ سُوقَةَ مِنْ غَزْوَانَ خَزا بِوَزْنٍ فَدَفَعَهُ إِلَيْهِ بِالْوَزْنِ الذِي اشْتَرَاهُ بِهِ، فَوَزَنَهُ فَوَجَدَهُ يَزِيدُ ثَلَاثَ مِائَةِ دِينَارٍ فَقَالَ مُحَمدٌ لِغَزْوَانَ: اشْتَرَيْتُ مِنْكَ كَذَا وَكَذَا مَنا فَوَجَدْتُهُ كَذَا وَكَذَا مَنا، فَقَالَ لَهُ غَزْوَانُ: لَا أَدْرِي مَا تَقُولُ اشْتَرَيْتَ كَذَا وَكَذَا مِنا، فَدَفَعْتُ إِلَيْكَ بِالْوَزْنِ الذِي اشْتَرَيْتُ، فَمَكَثَا يَتَرَددَانِ الْكَلَامَ، مُحَمدُ بْنُ سُوقَةَ يُرِيدُ أَنْ يَرُد الْفَضْلَ عَلَى غَزْوَانَ، وَغَزْوَانُ يَأْبَى أَنْ يَقْبَلَهُ، فَقَالَ لَهُ غَزْوَانُ: يَا هَذَا، إِنْ كَانَ لِي فَهُوَ لَكَ، وَإِنْ يَكُنْ لَكَ فَهُوَ لَكَ "
Muhammad bin Suwaqah melihat kepada hartanya, dia mendapati bhw dia tlh mengumpulkan (harta) sbnyk 1100 dirham, lantas dia berkata, 'Sy tlh byk mengumpulkan kebaikan, dan (sy takut kena) istidraj, seumpama sy mengumpulkan harta lbih byk. Maka, tatkala tiba hri Jum'at, dan di sisinya ad 100 dirham, maka dia (mksudny, Mas'ud berkata kembali) berkata, "Muhammad bin Suwaqah tlh membeli barang kain sutra dari Ghazwan di Wazan, maka diapun menjual kembali kepadanya di Wazan, yg padahal di situ tadi dia beli." Rupanya, tlh ada jual-beli, dia mendapat 300 dirham tambahan lagi. Maka, Muhammad berkata kpd Ghazwan, "Sy membeli kepadamu ini dan itu. " Ghazwan membalas, "Sy tdk tahu-menahu akan ap yg kau katakan pasal ap yg tlh kau beli dariku, tapi sy terimalah uang yg pasal kemarin jual beli." Maka, dua org ini saling merunding. Inginnya Muhammad itu adalah mengembalikan barang yg hasil dia jual beli, tapi Ghazwan menolak. Akhirnya, Muhammad berkata pula kpd Ghazwan, "Wahai, kalau memang ini kepunyaanku, maka ini adalah punyamu, begitu juga kalau ini punyamu, jadilah ini barang kepunyaanmu pula."

Memang, maksud atsar (kisah ulama) ini sedikit membingungkan. Maksudnya, Ibnu Suwaqah ini hendak membeli barang. Eh, gak taunya, dapat untung 300 dirham, karena takut kena istidraj, maka barang yg dibelinya itu tadi dikembalikannya, karena takut harta itu menjadi bumerang bagi dirinya sebagai istidraj.

Kedua, Ibnu Abid-Dunya dlm "ar-Riqqatu wal-Buka'" (no.62) meriwayatkan melalui jalan periwayatannya hingga Abdul 'Aziz bin Ali ash-Sharraf:
أَن حَسانَ بْنَ أَبِي سِنَانٍ قُدمَ لَهُ سُكرٌ مِنَ الْأَهْوَازِ , فَرَبِحَ فِيهِ مَالًا كَثِيرًا، فَدَخَلَ عَلَيْهِ قَوْمٌ مِنْ إِخْوَانِهِ يُهَنؤُونَهُ بِذَلِكَ، فَوَجَدُوهُ فِي نَاحِيَةِ الْحُجْرَةِ يَبْكِي، فَقَالُوا: يَا عَبْدَ اللهِ هَذِهِ نِعْمَةٌ مِنَ اللهِ عَلَيْكَ، فَفِيمَ الْبُكَاءُ؟ قَالَ: «إِني خَشِيتُ وَاللهِ أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ سَكَرًا، فَاسْتِدْرَاجًا , وَإِني [ص: 70] أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنْ نِسْيَانِي مَا ذَكرَنِي بِهِ رَبي، وَمِنْ غَفْلَتِنَا عَنْ ذَلِكَ»
Bhw Hassan bin Abi Sinan didatangkan (dikasih dgn pemberian berupa) gula (sukkar [Arab; سُكرٌ]: tebu) dari al-Ahwaz (sebuah kota Islam, sekarang letaknya di Iran -penerjemah), maka dia mendapatkan keuntungan yg cukup banyak darinya. Maka, masuklah sekelompok org yg masih bersaudaraan dgnnya itu mengucap selamat (dan kagum akan) dia yg mengambil keuntungan daripada gula itu. Maka, sekelompok org itu melihat Hassan menangis seraya meletakkan jari tangannya (di mata untuk menyeka air matanya itu). Mereka berkata, "Wahai Abdullah (nama asli Hassan kemungkinan), ini semua adalah nikmat Allah SWT. Lantas, knp kau menangis?" Dia menjawab, "Sungguh, ak takut Allah malah akan Menjadikan gula ini (sebagai jalan untuk) mengistidrajkan ak. Dan sy sungguh meminta ampun kpd Allah atas kelupaan sy, yg sdh sepatutnya dlm pasal ini, sy mengingat Tuhanku, atas semua kelengahan sy."

Keteladanan Umar bin Khaththab Tatkala Tiba Kepadanya Harta
Abu Dawud dlm "az-Zuhd" (no.65, penomoran shamela.ws), Abdullah bin Ahmad dlm "Zawa'iduz-Zuhd" (143), dan al-Baihaqi (6/358), membawakan atsar ini melalui sanad mereka dari Hisyam bin Sa'ad, dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah bin Zubair, dari al-Miswar bin al-Makhramah:
أَن عُمَرَ بْنَ الْخَطابِ أُتِيَ بِمَالٍ فَوَضَعَ فِي الْمَسْجِدِ، فَخَرَجَ إِلَيْهِ يَتَصَفحُهُ، وَيَنْظُرُ إِلَيْهِ، ثُم هَمَلَتْ عَيْنَاهُ، فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَا يُبْكِيكَ؟ فَوَاللهِ إِن هَذَا لِمِنْ مَوَاطِنِ الشكْرِ قَالَ عُمَرُ: إِن هَذَا وَاللهِ مَا أَعْطَيَهُ قَوْمٌ يَوْمًا إِلا أُلْقِيَ بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ.
Bhw kpd Umar bin al-Khaththab dibawakan kpdnya harta, dan dibawa d masjid. Maka, dia keluar dari masjid itu, dan menengoknya. Kemudian, berkaca-kacalah kedua matanya, dan Abdurrahman bin 'Auf berkata kpdnya, "Wahai Amirul-Mu'minin! Apa sebab engkau menangis? Demi Allah, bukankah ini semua adalah semua yg patut disyukuri. Maka, Umar menjawab, "Allah tdk akan Memberi ini semua (harta) kepada suatu kaum, kecuali pastilah akan terjadi perselisihan dan permusuhan di dalamnya."

Sanad atsar ini dha'if (lemah), karena adanya Hisyam bin Sa'ad yg lemah haditsnya, kecuali pada periwayatan Zaid bin Aslam. Tapi dikuatkan oleh jalur periwayatan yg lain, yg lebih shahih -cuma berlawanan, dari Ma'mar, dari Zuhri, dari Ibrahim bin Abdurrahman bin 'Auf, dari Abdurrahman bin 'Auf, jalur ini lebih shahih. Jalur shahih ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Mubarak dlm "az-Zuhd"nya (no.265), dan Ibnu Abi Syaibah dlm "Mushannaf" (8/147).

Artinya apa? Hendaknya saat mendapat harta itu, kita mikir apa yg terjadi seumpama kita lengah dalam pemanfaatan harta. Jangan sampai! Jangan sampai, perbuatan kita itu bisa menyebabkan kerusakan bagi diri sendiri atau org lain. Mungkin kita tdk melihat akibat kesewenang-wenangan kita d masa skrg, tapi bagaimana dgn ap yg terjadi brminggu, bln, atau thn ke depan? Umar bin Khaththab, Khalifah ke-II umat Islam ini benar sdh sikapnya, benar2 wara' (menjaga) dlm harta ini. Dia tdk mau terlengah, jangan sampai terjadi kesenjangan atau iri-hati antar-masyarakat sebab karena harta itu. 'Toh, ad org karena harta, saling-bunuh, dan saling-sengketa. 'Iya 'kan?

Demikianlah dalil yg bisa sy sampaikan, semoga bisa mengena hingga ke lubuk hati kita, supaya kita jgn lengah atas ap yg kita dapati. Bisa jadi, semua kenikmatan dunia yg kita dapati pada masa ini; boleh jadi -ya, boleh jadi, kesemuanya 'kan balik jadi bumerang/istidraj bagi diri kita sendiri. Sebab itu, jgn kita sekali2 merasa lengah akan harta yg kita dapati, dan Berkah Allah yg Kita Terima dariNya, Allah, Tuhan kita semua Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

Wallahu A'lamu bish-Shawab.
Diubah oleh mahdisurono 20-09-2014 18:18
tata604
tata604 memberi reputasi
1
4.2K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
SpiritualKASKUS Official
6.3KThread2.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.