Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adiwtalksAvatar border
TS
adiwtalks
Kesurupan, LOGIS atau MISTIS?
Jelas ga bakalan repost gan, karena ini Murni pengalaman ane yang sayang kalo ga di share...

bahasanya masih perawan ya gan, mohon maklum (sumber: dari blog ane pribadi)
Bagi agan-agan yang punya cerita terkait KESURUPAN bisa share di sini... ane taro pejwan dah emoticon-Cendol (S)emoticon-Cendol (S)

No BATA ya gan, ane lagi ga bangun rumah .. Rate atau cendol ane sangat harapkan....... Semua kaskuser baik itu komengers atau silent readers sangat ane hargai waktunya untuk menyempatkan membaca trit ini emoticon-Cendol (S)emoticon-Cendol (S)

Well, kalau mendengar kata kesurupan atau Trance seringkali otak kita akan berpikir tentang seseorang yang tubuhnya sedang dikuasai atau dimasuki oleh jin dan sejenisnya. Secara logis hal ini sulit dijelaskan, karena berhubungan dengan ketidak sadaran seseorang atas perilaku dirinya dalam suatu waktu.

Spoiler for KESURUPAN adalah hal LOGIS:


Spoiler for KESURUPAN adalah hal MISTIS:


singkat cerita,

Waktu itu aku ditugaskan oleh kantor untuk melakukan pekerjaan 5 tahunan di wilayah Hulu Sungai Utara (Kalimantan Selatan) sekitar bulan Juli 2012, tepatnya di Amuntai. Pekerjaan ini harus diselesaikan dalam kurun waktu sekitar 1 minggu dengan ditemani petugas dari kabupaten lain yaitu sejumlah 8 orang (termasuk aku), 3 laki-laki dan 5 wanita. Kami memutuskan menginap di salah satu bangunan tua bekas kantor yang lokasinya berada di dekat Candi Agung (salah satu lokasi wisata di Amuntai) dengan alasan efisiensi. Singkat cerita di suatu malam (sekitar jam 9), kami kedatangan 2 orang tamu wanita (teman kami juga) yang membawa makanan ringan. Seperti yang kuduga sebelumnya, obrolan berlangsung seru dan ngalor ngidul karena kedua temanku itu memang tipikal periang dan suka bercanda. Memang kalau dilihat sepintas obrolan kami sudah tidak sehat, karena becanda yang berlebihan dengan nada tertawa yang sangat keras (terbahak-bahak). Kami juga berpikir tidak masalah dengan hal itu, karena tempat menginap kami ini jauh dari perumahan penduduk.

Hingga di satu saat (sekitar jam 10.30) kami dikejutkan dengan suara bayi menangis (rasanya tidak mungkin ada bayi di kompleks perkantoran, karena emang menurut temen yang asli Amuntai tidak orang yang tinggal di sekitar situ), lumayan keras karena hampir sebagian besar dari kami mendengarnya (aku sendiri agak kurang jeli menangkap suara bayi tersebut karena terlalu larut dalam suasana canda yang cukup seru). Kami berhenti sejenak, tapi sesaat kemudian kami larut kembali dalam omong kosong tak berpenghujung. Salah seorang teman wanita kami sebut saja Yeyen masuk ke kamar (khusus untuk petugas wanita) dengan tatapan kurang suka dengan kedua tamu kami tadi karena dia merasa sudah capek dan ingin istirahat. Kami sempat mewanti-wanti agar dia tidak tidur sendirian, tapi dia berkeras untuk tidur. Salah seorang teman wanita kami sebut saja Jen berinisitaif menemani Yeyen tidur.

Sekitar jam 11 malam, kedua tamu kami pamitan pulang.

Selain Yeyen dan Jen, kami tetap melanjutkan obrolan yang semakin ngawur dan tak ada habisnya hingga aku merasa berada pada titik jenuh dan berusaha menghentikan semua obrolan tersebut. Akhirnya teman-teman menyepakati dan kami mulai masuk ke kamar masing-masing. Hingga 30 menit kemudian ….

Jen tiba-tiba keluar dari kamar dengan mimik panik dan cemas.

Jen: “kak, si Yeyen aneh ..”
Aku:”aneh?? maksudnya?”
Jen: “dia ngomel-ngomel sendiri, ngelantur gak jelas”
Aku: “ahh … paling-paling juga ngelindur aja” ucapku seraya menenangkan Jen bahwa semua baik-baik saja. Aku melihat kerumunan teman-temanku yang juga terlihat gelisah.
Jen: “kayaknya bukan ngelindur deh kak, suaranya berat gitu kok kayak cowok. Gak kayak biasanya”
Belum jernih otakku menangkap maksud perkataan Jen, tiba-tiba dari arah kamar Yeyen berteriak-teriak dan marah-marah meski masih dalam posisi rebahan (dengan mata tertutup).seketika itu juga, kami memutuskan untuk masuk kamar melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Opi (salah seorang teman laki-laki): “kak, kayaknya Yeyen kesurupan deh”
Jen: “gimana nih kak?” sambil memerintahkan teman-teman yang lain untuk mengambil air minum untuk Yeyen. Sementara itu si Anne (salah satu teman wanita kami) sibuk memencet keypad HP menghubungi senior kami yang kebetulan tidak menginap di situ. Dia terlihat makin gelisah, karena tak juga si senior menjawab (panggil saja Pak Iyan). Aku tetap menyuruhnya agar terus menghubungi siapapun yang bisa dihubungi, entah itu teman, ustadz atau siapapun yang bisa membantu mengatasi atau minimal membantu menenangkan keadaan “chaos” di sini.

Astagfirullah, seumur-umur aku baru melihat dengan mata kepala sendiri orang yang kesurupan dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Sementara teman-teman yang lain menatapku penuh harap untuk segera melakukan sesuatu.. Mampus, apa yang harus aku lakukan?

Aku: “Jen, Opi dan teman-teman tolong bacakan ayat-ayat Al Quran sebisa kalian”
Seketika itu juga teman-temanku membacakan ayat-ayat Al Quran, karena kebanyakan hafal Surat Yasin maka Surat inilah yang dibaca. Tanpa kami duga tiba-tiba, “Yeyen” meracau dan mencoba berkomunikasi dengan kami dengan bahasa Banjar yang kental dan khas logat Amuntai, suaranya berat mirip suara bapak-bapak. Aku cukup kaget juga, karena setahuku si Yeyen ini orang Jawa yang medok banget kalau ngomong.

“Yeyen”: “sudah hentikan saja bacaan kalian, aku tahu kok bacaan itu. Kalian ini ganggu saja, benar-benar menjengkelkan”
Aku: “Kami ke sini tidak ada niat mengganggu, sudah keluar saja dari tubuh teman kami ini”
“Yeyen”: “Nggak mau, enak aja ngusir-ngusir. Ini rumahku, kalian seharusnya yang pergi”
Aku:”ehh jangan buat aku marah ya, keluar sukarela atau terpaksa” kucoba menggertak dengan nada mengancam.
“Yeyen”: “kalian ini sudah masuk rumahku gak ijin, tertawa terbahak-bahak, mengganggu, sekarang minta aku keluar… Tidak aku tidak mau. Aku sudah nyaman begini” sambil meringkukkan kembali tubuhnya dalam selimut.
Aku:”baik kalau itu maumu…” aku duduk di sampingnya di dekat wajahnya membacakan Ayat Kursi (sepengetahuanku Ayat Ini merupakan bentuk Maha Arogan, Maha Kuasa dan Maha Kesombongan dari Sang Pencipta yang tak terlawan oleh semua makhlukNya di muka bumi). Aku melantunkan ayat Kursi dengan sedikit keras secara perlahan yang diikuti oleh semua teman-teman.

Tiba-tiba “Yeyen” meronta, dia mengumpat kami denganbahasa yang tidak kami pahami.
“Yeyen”: “kubilang sudah, hentikan … mengganggu saja” kakinya menendang ke segala arah dan tangannya meraih apa yang bisa dia raih. Aku memerintahkan teman-teman untuk memegangi kaki dan tangannya sambil tetap membacakan Ayat Kursi. Sesekali teman kami yang lain memercikkan air ke muka Yeyen. Hingga 10 menit kemudian, Yeyen membuka mata dan berkata.

Yeyen: “aduuhh, apa-apan sih ini” sambil berusaha melepaskan pegangan di tangan dan kakinya dengan nada dan gaya bicara khas Jawanya.
Jen: “Yen, sadar sadar istighfar … minum dulu” sambil membangunkan Yeyen dan memandunya untuk duduk.
Yeyen: “ada apa sih Jen, kok rame banget di sini” melihat sekeliling dengan tatapan bingung.
Jen:”gak ada apa-apa, kamu sudah bangun kan yah?”
Opi: “Kak, kayaknya Yeyen udah sadar kita keluar aja kak.. gak nyaman kalau lama-lama di kamar teman-teman wanita” aku menganggukkan kepala sembari keluar dari kamar dan kami berdua sepakat untuk begadang dulu sampai keadaan tenang.

Anne memaksa Yeyen untuk keluar kamar dan ngobrol-ngobrol dengan tujuan agar Yeyen tersadar sepenuhnya dan tidak kembali mengalami “kesurupan” seperti tadi. Tapi Yeyen menolak dengan halus dengan alasan dia capek banget dan ingin tidur. Ya sudah, tak ada guna memaksanya. Akhirnya dia kembali ke tempat tidur dan meringkuk dalam selimut batiknya.
Karena tidak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan lagi, keempat teman wanita tidur di kamar Yeyen.

Akan tetapi sekitar 10 menit kemudian, “yeyen” kembali berulah aneh. Kakinya bergerak-gerak, seperti kaki orang yang sedang santai dan mulutnya bergerak seperti sedang mengunyah sesuatu. Kami kembali berkerumun di sekitar Yeyen sambil berusaha membangunkan Yeyen. Tiba-tiba saja …

“Yeyen”: “jangan ganggu, diam saja kalian … “suara Yeyen agak cempreng mirip dengan suara nenek-nenek dengan logat khas Banjar-Amuntai yang sangat kental.
Aku:”Siapa kamu? Kami ke sini tidak ingin menganggu. Tapi sebelumnya keluar saja dari teman kami ini”
“Yeyen”: “hehehehe .. aku tidak mau, aku sudah nyaman di sini. Kalian gak punya sopan-santun sama orang yang lebih tua kan? Mengganggu saja …”
Aku:”kami minta maaf kalau memang kami menganggu, tapi tolong keluar dari tubuh teman kami sekarang”
“Yeyen”: “tidak” jawabnya singkat sambil tetap menggerak-gerakkan telapak kakinya santai dan seperti mengunyah sesuatu di mulutnya.
Aku: “kami sudah cukup sabar, kalau kami tidak mau keluar dengan sukarela maka kami akan memaksa”.

Aku tidak peduli dengan kata-katanya, karena sepengetahuanku jangan pernah mempercayai omongan Jin karena kebanyakan adalah dusta, apalagi Jin Kafir. Aku dan teman-teman kembali membaca Ayat-ayat Kursi, kali ini dengan suara dan nada yang lebih keras dari sebelumnya. Yeyen menggeliat-geliat sambil tertawa-tawa, sesekali dia menangis sambil berkata “hentikan, aku bilang hentikan ya.. hentikan”

Sambil sesekali, aku berteriak memerintah agar “dia” keluar dari tubuh “Yeyen” dan dia tetap berkata “tidaak” sambil terus tertawa dengan sesekali diiringi jeritan dan tangisan. Sudah sekitar 20 menit tidak terjadi perubahan apa-apa, kami sudah sangat lelah berjibaku dengan kondisi ini. Hingga Alhamdulillah tiga orang teman (termasuk Pak Iyan) datang dan mencoba membantu menenangkan keadaan. Salah satu teman (yang juga seorang ustadz) meminumkan segelas air putih yang kuyakini sudah dibacakan doa-doa. Hingga sesaat kemudian Yeyen kembali tersadar, dan kali ini kami tidak akan membiarkannya tidur lagi. Dia harus benar-benar sadar dan mengerti bahwa dia baru saja kesurupan. Seakan tidak terkejut, dia malah terlihat santai menanggapi keadaan yang barusan terjadi padanya. Dia bilang bahwa dia memang sering banget kesurupan, waduh … dia santai saja kenapa kita semua yang panik yah? Seiring berjalannya waktu kami lalui malam mencekam itu dengan perasaan lega dan kembali ber istirahat untuk mengumpulkan energi agar besok kami siap kembali ke lapangan untuk menuntaskan pekerjaan.

……..

Sekarang terserah kalian untuk memutuskan, Kesurupan itu suatu hal yang Logis atau Mistis?
apapun jawabannya adalah Tenang dan berpikirlah jernih dalam mengatasi atau menghadapi orang yang kesurupan … Di satu sisi gunakanlah logikamu dan di sisi lain tetaplah menyerahkan segala urusan kepada Sang Khalik melalui rangkaian ayat Suci dan Doa.

p.s: hikmah dari pengalaman tersebut: jangan becanda secara berlebihan

Spoiler for SHARE di sini gan:


UPDATE (share pengalaman kesurupan dari agan kaskuser lain emoticon-Cendol (S))
Spoiler for Pengalaman agan kaskuser lain = kesurupan:
Diubah oleh adiwtalks 22-09-2014 04:39
0
8.3K
44
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.