Calon Presiden dan Wapre 2044-2019
PDIP Usung Eva Sundari Jadi Menteri di Kabinet Jokowi?
Kamis, 18 September 2014 12:07 wib
JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Eva Sundari mencuat sebagai salah satu calon menteri dari partai berlambang kepala banteng moncong putih ini. Eva digadang sebagai Menteri Sosial.
Ketika dikonfirmasi, Eva yang juga anggota Komisi III DPR ini mengaku siap jika memang kemudian presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan juga perintah dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menunjuk dirinya untuk membantu menjalankan pemerintahan.
"Sebetulnya nama posisi standby, menunggu, ada yang mengangkat nama, saya alhamdullillah kalau ada penugasan bu Mega, kalau tidak saya tidak berangkat," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Jokowi dikabarkan menyediakan lima kursi kabinet untuk kader PDIP. Dari sekian kursi, Eva digadang bakal mengisi satu kursi kabinet tersebut.
Eva sendiri mengatakan kalau dirinya tidak meminta menjadi menteri terlebih meminta pos Kementeriannya. Tetapi, ia sebagai profesional mengaku dirinya memiliki latar belakang ekonomi. "Kalau latar belakang akademik, saya ekonom," pungkasnya.
http://news.okezone.com/read/2014/09...kabinet-jokowi
Ini Lima Nama Calon Menteri dari PDI Perjuangan
Kamis, 18 September 2014 , 05:59:00
Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari. Foto: dok.JPNN
JAKARTA - Tidak hanya PKB yang menyiapkan calon menteri. PDIP juga telah menyiapkan daftar nama. Kabarnya, partai berlambang banteng bermoncong putih itu mendapatkan jatah lima menteri.
Untuk kelima posisi itu, ada sejumlah nama yang telah disiapkan, di antaranya Tjahjo Kumolo, Pramono Anung, Prananda Prabowo, Eva Kusuma Sundari, dan Hasto Kristiyanto.
Namun, daftar nama itu masih bisa berubah. Kuncinya ada di Puan Maharani. Jika Puan ingin menjadi menteri, tentu akan ada nama yang terdepak dari daftar tersebut.
"Semua tergantung mbak Puan. Awalnya tidak mau, tapi kalau berubah ya pasti ada yang tersingkir," salah seorang petinggi PDIP.
Sementara itu, Anggota DPR dari PDIP Eva Kusuma Sundari, mengaku tidak mengetahui soal daftar nama tersebut. "Saya gak komentarlah, tentunya itu semua tergantung mbak Mega," ujarnya dihubungi kemarin.
Namun, lanjut dia, tentu PDIP memiliki cara tersendiri untuk memilih kader. Yang pasti kader yang dipilih akan disesuaikan dengan keinginan Jokowi. "Jokowi memiliki standar sendirikan," jelasnya. (i
http://www.jpnn.com/read/2014/09/18/...DI-Perjuangan-
Kabinet Jokowi-JK: Inilah Calon Menteri dari PDIP
Jumat, 19 September 2014 - 05:25
Jakarta – Sekarang ini bukan hanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tengah menyiapkan calon menteri. Dari PDI Perjuangan sekarang juga telah menyiakan nama nama calon menteri untuk mengisi jatah lima kursi menteri.
Ada pun nama nama yang telah dipersiapkan oleh PDIP untuk mengisi lima jatah kursi menteri adalah Tjahjo Kumolo, Pramono Anung, Prananda Prabowo, Eva Kusuma Sundari, dan Hasto Kristiyanto.
Daftar nama nama calon menteri diatas masih bisa berubah. Karena ini semua tergantung dari putri Megawati yakni Puan Maharani. Jika nantinya Puan ingin jadi menteri maka dipastikan ada nama yang akan tergeser dari datar lima calon menteri dari PDIP.
Salah seorang petinggi Partai PDIP, Kamis (18/9/2014) mengatakan semua ini tergantung dari Puan. Sekarang memang Puan tidak menginginkan posisi menteri, tetapi jika ada peruabahan dan Puan ingin jadi menteri, maka otomotis kelima nama tersebut akan berubah.
Eva Kusuma Sundari yang merupakan anggota DPRD dari PDIP saat dihubungi pewarta mengungkapkan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa PDIP sudah menyiapkan lima nama untuk mengisi jatah kursi menteri dari PDIP.
Eva yakin PDIP memiliki cara tersendiri untuk memilih kader-kadernya yang akan diajukan sebagai calon menteri. Dan pastinya dari PDIP akan mengajukan nama yang sesuai keinginan Jokowi, karena seperti kita ketahui bahwa Jokowi memiliki standart tersendiri untuk menteri yang dia inginkan.
http://www.indopos.co.id/2014/09/kab...dari-pdip.html
Quote:
Kisah Eva Kusuma Sundari yang Bersuami Diplomat Timor Leste
Sempat Pisah Karena Pilihan Nasionalisme, Rujuk Kembali Demi Anak
Selasa, 03 Juli 2012 , 00:03:00
Eva Kusuma Sundari dan suaminya, Jose Antonio Amorim Dias saat merayakan ulang tahun anak kedua mereka, Danny Surya Utama Dias. Foto : Dokumen Pribadi for JPNN
EVA hanya bisa geleng –geleng kepala. Dia sama sekali tidak menyangka kalau pernikahannya dengan Jose Antonio Amorim Dias mendadak dipermasalahkan. Bahkan, sampai dilaporkan ke Badan Kehormatan (BK) yang mengurusi penegakan etika para anggota dewan.
’’Ini kan wilayah privat, terserah masing –masing individu. Wong nggak merugikan rakyat kok dipersoalkan,’’ kata politisi PDIP itu, kepada Jawa Pos, Kamis (28/6) pekan lalu.
Menurut para pelapor yang mengatasnamakan Lembaga Kajian Hukum dan Politik Indonesia Cerah Abadi itu, diplomasi matrilineal atau diplomasi perkimpoian merupakan praktek diplomasi kuno (ancient diplomacy). Pernah dijalankan Nabi Sulaiman yang menikahi Ratu Balqis. Begitu juga Cleopatra dari Mesir dengan menikahi Jenderal Anthony dari Romawi untuk mencegah Mesir diserang Roma.
Pada intinya, diplomasi perkimpoian dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, mulai dari mencegah perang, sampai perluasan pengaruh. Saat ini, larangan bagi anggota DPR merangkap profesi atau jabatan tertentu sudah diatur UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, termasuk tata tertib DPR. tapi, tidak demikian dengan merangkap istri pejabat diplomatik untuk negara lain. Karena itu, para pelapor berharap ke depan persoalan ini bisa diatur.
Eva sendiri tidak habis fikir sampai muncul kekhawatiran terhadap praktek ancient diplomacy itu. ’’Ancient diplomacy apa? Dua tahun lagi dia balik jadi pegawai negeri biasa,’’ ujar anggota Komisi III yang juga tengah menjabat Presiden Kaukus Parlemen ASEAN untuk Myanmar itu.
Dia menuturkan dirinya menikah dengan Jose pada tahun 1995. Mereka bertemu di Belanda ketika tengah sama –sama mengambil gelar master di Institute of Social Studies, The Hague, Belanda. Eva yang saat itu masih menjadi dosen di almamaternya yakni Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Surabaya, mengambil Politics of Alternative Development Strategy. Sedangkan, Jose memilih human rights.
Cinta yang bersemi di kampus itu dengan cepat menjadi serius. Tanpa menunggu lama keduanya memutuskan untuk menikah. ’’Nggak kuat ngempet. Wis tuo. Sekolah ngoyo kudu bikin bolo,’’ canda perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 8 Oktober 1965 itu.
Dari hasil pernikahan itu, mereka dianugerahi seorang anak yang diberi nama Maria Fatima Kusuma Dias. ’’Sekarang usia Maria 15 tahun. Sudah kelas 2 SMA,’’ ceritanya.
Sewaktu situasi krisis antara Indonesia dan Timor Leste (saat itu masih disebut Timor –Timur dan menjadi bagian dari Indonesia, Red) mencapai puncaknya pada 1999, keharmonisan rumah tangga Eva dan Jose ikut ’’memanas’’.
Pada 30 Agustus 1999, pemerintahan BJ Habibie terpaksa menggelar jajak pendapat bagi rakyat Timor Timur pada 30 Agustus 1999. Hasilnya mengecewakan. Sekitar 78,5 persen rakyat Timor Timur menyatakan ingin merdeka.
Sebagai orang asli Timor Timur atau Timor Leste, Jose ngotot ingin kembali ke Dili, kampung halamannya. Perbedaan sikap dalam memandang nasionalisme inilah yang membuat Eva dan Jose memutuskan untuk berpisah. ’’Sejak referendum kami sepakat beda jalan,’’ tutur Eva yang sempat bekerja sebagai konsultan di Asia Foundation.
Jose sendiri akhirnya memilih berkarir sebagai pegawai negeri di departemen luar negeri Timor Leste. Dianggap berprestasi, Jose kemudian dipercaya menjadi dubes Timor Lester di Belgia dan Uni Eropa. Pada tahun 2006, Jose kembali ditarik ke Timor Leste.
Pada tahun 2006 itulah Eva dan Jose mulai memperbaiki hubungan. Setahun sebelumnya, yakni pada 2005, Eva melangkah ke DPR sebagai pengganti antar waktu dari Fraksi PDIP. ’’Karena situasi kedua negara membaik, terus anak ogah aku nyari bapak baru, kami memperbaiki hubungan demi anak. Ternyata setelah enam tahun, hati kami tidak terpisah. Tapi, semuanya terutama demi anak,’’ kata Eva lantas tersenyum.
Tiga tahun kemudian lahirlah putra kedua yang diberi nama Danny Surya Utama Dias. ’’Yang kecil ini hasil rujuk,’’ ujar Eva.
Menurut Eva, baru sekitar enam bulan, Jose ditunjuk menjadi dubes Timor Leste di Kuala Lumpur, Malaysia. ’’Tapi, kularang masuk partai. Biar nggak tambah complicated,’’ tuturnya.
Dia menegaskan, ketika menikah Jose sepenuhnya berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Persoalan politik yang membuat Jose akhirnya memilih kewarganegaraan Timor Leste. ’’Apa karena Timor Lester merdeka, lalu saling menghalangi karir hasil kerja keras masing –masing? Edan wae,’’ protes Eva.
Sejauh ini, sebagai anggota DPR, Eva merasa tidak pernah diintervensi suaminya. Sebaliknya, dia juga tidak pernah mengintervensi posisi Jose sebagai duta besar Timor Leste di Malaysia. ’’Hubunganku terbuka. Kolega di PDIP, komisi III, sampai lintas partai tahu dan kenal Jose. Tidak ada slintat-slintut,’’ tegasnya.
’’By the way, apa Timor Leste begitu menakutkan? Apa mereka mau nyaplok RI? Apa negara kita sedang bermusuhan?’’ imbuh Eva masih dengan nada kesal.
http://www.jpnn.com/read/2012/07/03/...t-Timor-Leste-
PROFIL Eva Kusuma Sundari
- Nama Lengkap : Eva Kusuma Sundari
- Profesi : -
- Agama : Islam
- Tempat Lahir : Nganjuk
- Tanggal Lahir : Jumat, 8 Oktober 1965
- Zodiac : Balance
BIOGRAFI
Eva Kusuma Sundari, wanita kelahiran Nganjuk 45 tahun lalu itu merupakan sosok politikus perempuan yang kerap bersuara di parlemen. Pernyataannya lugas dan tak jarang usulannya menjadi jalan keluar dalam rapat-rapat yang kerap bersitegang dalam dua arus yang saling berhadapan.
Latar belakangnya sebagai pengajar di kampus serta pengalamannya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) jelas mempengaruhi gaya dan cara Eva berpolitik. Dia pernah jadi dosen, lalu aktif di LSM, kemudian aktif di PDI Perjuangan.
Eva termasuk politikus DPR yang sadar dengan pendidikan. Eva menambahkan pendidikan Strata Satu (S-1) di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya (1991). Tingkat magister dia tempuh dua kali, dua-duanya di luar negeri yakni lulus 1996 di The Hague The Netherlands dan di University of Nottingham, United Kingdom (UK)
(2000).
Sosok Eva terbilang unik. Kendati orang tuanya merupakan aktivis Partai Golkar, namun dia memilih bergabung ke PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarnoputri. Dia mengaku tidak ada rencana dari awal untuk masuk ke partai ini.
Ketika disinggung perannya sebagai politisi perempuan DPR yang cukup vokal, Eva dengan merendah menepis pandangan tersebut. Ia mengingatkan saat ini susah banyak aktivis perempuan yang memang cukup vokal di parlemen. Penyebabnya, Eva melihat proses rekrutmen calon anggota DPR tidak ideal dilakukan oleh partai politik.
Salah satunya rekrutmen dengan model koneksi dinasti menjadi penyebabnya. Anggota Komisi Hukum DPR ini mengaku pekerjaan yang dirasa paling monumental selama menjadi anggota DPR saat dirinya bersama rekan-rekannya memperjuangkan keberadaan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) sebagai alat kelengkapan DPR yang tertuang dalam UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Di sisi lain, di turut serta memperjuangkan penambahan anggaran untuk item trafficking di Kejaksaan. Salah satunya untuk pelatihan jaksa terkait pengetahuan trafficking.
Selain sadar pendidikan formal, Eva juga termasuk politisi yang kerap mengikuti pelatihan-pelatihan tekait isu perempuan dan anggaran. Seperti sepanjang 2008 Eva mengikuti pelatihan Public Account Committee , Effective Budget Scrutiny dan Public Finance Management. Pada 2007, Eva juga terlibat pelatihan Global Woman Leadership di
Washington.
Tidak hanya melakukan tugas konstitusional seperti soal legislasi dan anggaran, Eva juga termasuk politisi yang kerap terjun langsung melakukan advokasi kepada masyarakat. Dia sering terlibat beberapa isu aktual aktif.
PENDIDIKAN
- S-2 Economics and Development Economics, Faculty of Ekonomics, University of Nottingham, Inggirs, 2000.
- S-2 Politics of Alternative Development Strategy, Institut of Social Studies, The Hague Belanda, 1996.
- S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.
KARIR
- Anggota Steering Commitee Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), 2005.
- Divisi Pendidikan Kaukus Perempuan Jawa Timur, 1998-sekarang.
- Anggota Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), 1998-sekarang.
- Anggota Komisi Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank (Komisi XI) DPR-RI.
http://profil.merdeka.com/indonesia/...usuma-sundari/
---------------------------------
Pihak BIN tentu sudah mengetahui akan hal itu, dan pasti memberikan rekomendasi setiap calon menteri yang akan diajukan ke Jokowi-JK. Memang sebaiknya calon menteri yad, selain bersih moral dan bersih dari praktek korupsi, sebaiknya juga hal-hal yang bisa membahayakan kepentingan nasional, diantisipasi betu-betul agar jangan sampai bocorrrr.....