- Beranda
- The Lounge
IBU TIEN SOEHARTO, SANG IBU NEGARA SEJATI…
...
TS
i12f4n4ry4
IBU TIEN SOEHARTO, SANG IBU NEGARA SEJATI…
Quote:
Quote:
Semoga gk
Quote:
Sebelum Membaca Mohon di
Biasakan Berkomentar karena bagi ane itu sangat berharga
Kalong memang berkenan Berikanlah ane
sory sebelum nya kalo thread ane
ane hanya ingin share Buat kaskuser juga kan
Biasakan Berkomentar karena bagi ane itu sangat berharga
Kalong memang berkenan Berikanlah ane
sory sebelum nya kalo thread ane
ane hanya ingin share Buat kaskuser juga kan
Quote:
Di balik kesuksesan seorang pria pasti ada peranan wanita didalamnya. Kalau di Amerika Serikat, Hillary Clinton sebegitu kuat pengaruhnya terhadap kesuksesan Bill Clinton. Indonesia pun punya sosok powerfull bagi orang nomor satunya, yakni Ibu Tien Hartinah Soeharto atau lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien. Namanya melekat di benak rakyat Indonesia karena kesetiaannya mendampingi sang suami saat bertugas. Setiap tindakan dan pemikiran yang dikeluarkan Soeharto saat menjabat sebagai presiden, sedikit banyak dipengaruhi Ibu Tien. Presiden juga mengungkapkan bagaimana peranan Ibu Tien. Tien Soeharto sebagai istri, ibu dan pengabdi masyarakat.
“Ibu pun demikian, kecuali memenuhi kewajibannya sebagai pendamping saya, mengasuh anak-anak juga sebagai anggota masyarakat. Jadi dipilah-pilahkan, mana untuk suami, mana untuk anak dan mana untuk masyarakat,” tutur mantan presiden RI ke-2 ini.
Kemudian Presiden menegaskan, bila Ny Tien Soeharto ikut membangun rumah sakit untuk anak, rumah sakit jantung, Taman Mini Indonesia Indah, dan yang terakhir di bidang agrowisata, itu bukan dilakukan sendiri, tapi dengan mengajak masyarakat untuk membangun.
“Jadi bukan dengan uangnnya ibu sendiri, tapi dengan mengajak masyarakat yang sepaham dan ternyata mereka itu mau… Walaupun permulaan pada waktu membangun Taman Mini dulu terjadi banyak salah paham, disangka ibu itu mengambil komisi dari setiap proyek,”tutur Presiden.
“Ibu pun demikian, kecuali memenuhi kewajibannya sebagai pendamping saya, mengasuh anak-anak juga sebagai anggota masyarakat. Jadi dipilah-pilahkan, mana untuk suami, mana untuk anak dan mana untuk masyarakat,” tutur mantan presiden RI ke-2 ini.
Kemudian Presiden menegaskan, bila Ny Tien Soeharto ikut membangun rumah sakit untuk anak, rumah sakit jantung, Taman Mini Indonesia Indah, dan yang terakhir di bidang agrowisata, itu bukan dilakukan sendiri, tapi dengan mengajak masyarakat untuk membangun.
“Jadi bukan dengan uangnnya ibu sendiri, tapi dengan mengajak masyarakat yang sepaham dan ternyata mereka itu mau… Walaupun permulaan pada waktu membangun Taman Mini dulu terjadi banyak salah paham, disangka ibu itu mengambil komisi dari setiap proyek,”tutur Presiden.
Quote:
Terlahir dengan nama Raden Ayu Ibu Tien Hartinah lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah, 23 Agustus 1923. Ibu Tien Hartinah, yang sehari-hari dipanggil "Tien" merupakan merupakan anak kedua dari 10 bersaudara dari pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo, Kakaknya adalah R. Aj. Ibu Tien Hartini, sedangkan adiknya adalah RM Ibnu Hartomo, RM Ibnu Harjatno, R. Aj. Ibu Tien Hartanti, RM Ibnu Harjoto, RM Ibnu Widojo, R. Aj. Ibu Tien Hardjanti, RM Bernadi Ibnu Hardjojo, dan RM Sabarno Ibnu Harjanto.Ia merupakan canggah Mangkunagara III dari garis ibu.
Masa kecil Ibu Tien Hartinah diwarnai dengan berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya yang ditugaskan ke berbagai daerah. Terkadang, ketika dipindahkan ke sebuah wilayah, orangtuanya belum menyiapkan tempat tinggal untuk keluarga itu. Ada kalanya keluarga itu tinggal sementara di rumah Kepala Desa sebelum mendapatkan rumah baru. Pada masa itu belum ada istilah rumah dinas untuk pejabat golongan rendah.
Pada umur 3 tahun Ibu Tien pernah terkena wabah disentri yang hamper merenggut nyawanya ketika ia dan keluarganya menetap di kota kecamatan di Solo bernama Jumapolo.
Seringnya Ibu Tien dan keluarganya berpindah-pindah tempat tinggal yang mengakibatkan perbedaan alam dan lingkungan yang harus cepat diadaptasi oleh Ibu Tien ternyata memberi bekal yang cukup berarti bagi pribadinya menjadi pribadi yang terbuka dan luas pergaulannya.
Pada suatu hari, seorang sahabat ayahnya, Abdul Rachman, datang dari Solo. Abdul Rachman yang sudah berkeluarga namun tidak punya anak itu bermaksud mengangkat salah seorang anak Soemoharjomo. Pilihannya jatuh pada Ibu Tien. Meskipun berat hati, setelah dirundingkan, akhirnya permohonan Abdul Rachman dikabulkan. Ia pun ikut keluarga baru di Solo. Di sana ia sekolah di salah satu sekolah elit, HIS (Holland Indlanche School). Untuk pertama kalinya, ia berhubungan dengan sistem pendidikan Belanda.
Sayangnya, baru setahun bersama dengan keluarga Abdul Rachman yang begitu perhatian, ia terpaksa harus kembali ke keluarganya dan meninggalkan HIS. Hal ini terjadi karena ia terserang penyakit cacar yang sangat mengkhawatirkan. Ia pun kembali ke desa. Ia tidak kembali ke Matesih, melainkan ke Kerjo, karena orangtuanya sudah kembali dipindahkan. Di tempat baru, setelah sembuh, ia kembali masuk sekolah. Tentu saja tidak di HIS, melainkan di sekolah Ongko Loro yang ada di desa itu.
Kerjo barangkali merupakan masa penutup untuk masa kanak-kanaknya. Setelah di desa ini, ayahnya mendapat kenaikan pangkat menjadi wedana. Pada tahun 1933, Wedana Soemoharjomo memboyong keluarganya ke Wonogiri, termauk Siti Hartinah. Di Wonogiri, ia kembali masuk HIS, duduk di bangku kelas III.
Selama bersekolah ia selalu memakai kebaya, bukan memakai rok. Hanya pada kegiatan kepanduan JPO (Javaanche Padvinder Organisatie) ia diizinkan orangtuanya memakai rok, pakaian seragam JPO. Karena rajin mengikuti latihan-latihan di JPO, akhirnya dalam dirinya tumbuh tunas-tunas idealisme yang terus berkembang. Fungsi kepanduan yang universal adalah pembinaan budi pekerti, watak, dan karakter sejak usia muda, disiplin dan solidaritas serta tolong menolong, saling hormat menghormati serta saling menyayangi.
Namun, sayangnya ia tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ayahnya menjadi Wedana Wonogiri hanya dalam waktu lima tahun. Kemudian ia dipindahkan menjadi Wedana di Wuryantoro. Dua tahun kemudian ia pun dipensiunkan.
Keinginannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan cita-cita menjadi seorang dokter memang tidak tercapai. Tetapi, dengan mengalihkan kegiatan-kegiatan lainnya seperti mem
desainerbatik, belajar menari dan menyanyi tembang Jawa, menulis syair, ternyata memenuhi dorongan dan tuntutan jiwa remajanya. Yang tidak terjadi barangkali jatuh cinta. Ia tidak mengalami jatuh cinta sebagaimana remaja lainnya.
Quote:
AWAL PERTEMUAN DENGAN SOEHARTO
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, rakyat Solo segera melakukan mobilisasi untuk mendukung kemerdekaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melucuti senjata tentara Jepang. Ternyata, kaum
wanita Solo pun antusias untuk terlibat dalam upaya heroik itu. Putri-putri Solo yang gemulai itu pada tanggal 11 Oktober 1945 membentuk organisasi bersenjata yang mereka namakan Laskar Puteri Indonesia (LPI). Mereka dilatih oleh perwira dari Batalyon yang dipimpin Mayor Soeharto. Persenjataan pun diperoleh dari batalyon yang sama. Dengan memiliki 120 pucuk senjata, laskar itu pun telah menjelma menjadi pasukan tempur wanita.Ibu Tien pun masuk sebagai salah satu anggota LPI.
Selama di LPI, Ibu Tien Hartinah tidak pernah berada di garis depan pertempuran. Tetapi, ia menjadi tulang punggung di garis belakang yang sangat membantu perjuangan di garis depan. Selama menjadi anggota LPI, Ibu Tien Hartinah pernah ditempatkan di dapur umum Salatiga untuk membantu kekurangan tenaga di sana. Secara umum, LPI benar-benar menjadi penunjang kesuksesan perjuangan melawan musuh.
Usia Ibu Tien Hartinah terus bertambah, namun ia tidak juga menunjukkan tanda-tanda tertarik pada lawan jenis. Orang tuanya, tante-tante dan kerabatnya justru khawatir dara berlesung pipit ini tidak kunjung mendapat jodoh. Padahal, Ibu Tien Hartinah sendiri sering berdoa agar dirinya diberi jodoh yang benar-benar cocok dan tidak hanya sekadar sebagai suami tetapi juga sebagai kawan seperjuangan sepanjang jalan kehidupan nantinya.
Hingga pada suatu hari datanglah utusan keluarga Prawirowihardjo yang merupakan orang tua angkat
Soeharto bermaksud melamar Ibu Tien Hartinah. Pada waktu lamaran, baik
Soeharto maupun Ibu Tien Hartinah sama-sama belum saling bertemu. Sebelum lamaran dilakukan, ada kegamangan di hati pemuda Soeharto kalau lamaran itu bakal ditolak. Alasannya, dia berasal dari kalangan biasa, sedangkan Ibu Tien Hartinah merupakan keluarga bangsawan.
Barangkali inilah yang namanya jodoh. Bukan satu dua kali Ibu Tien Hartinah mendapat lamaran atau ada pemuda yang mencoba mendekatinya, tetapi dia selalu saja menolak. Akan tetapi, ketika yang melamar adalah seorang perwira muda bernama Soeharto, dia sama sekali tidak menunjukkan keberatannya.
Perkimpoian kedua insan yang tidak melakukan masa pacaran sebelumnya terjadi pada tanggal 26 Desember 1947. Upacara pernikahan dilangsungkan secara amat sederhana. Resepsi pun hanya diterangi lampu lilin yang redup. Malam pertama mereka diwarnai dengan pemberlakuan jam malam. Setiap warga tidak diperkenankan meninggalkan rumah atau tidak boleh terlihat keluar rumah oleh aparat yang berjaga. Dalam kondisi yang darurat seperti itu, sangat wajar jika tidak ada dokumentadi dalam bentuk foto perkimpoian dua insan itu. Pada waktu menikah, uasia Soeharto adalah 26 tahun sedangkan Ibu Tien Hartinah 24 tahun.
Meskipun tanpa melalui acara pacaran, mereka berdua berupaya mempertahankan perkimpoian sepanjang usia. Keduanya berpegang pada pepatah, "witing tresna jalaran saka kulina" yang berarti datangnya cinta karena bergaul dekat.
Berbagai suka duka sudah dialami Ibu Tien bersama Soeharto, baik itu kelahiran ank-anak mereka maupun ketika Ibu Tien sering ditinggal sang suami bertugas dalam perjuangan untuk Bangsa Indonesia, Ibu Tien selalu setia menjaga keutuhan keluarga.
Keluarga besar Soeharto
Quote:
MENGEMBAN TUGAS SEBAGAI IBU NEGARA
Suatu hari ketika Soeharto masih menjabat Panglima Kostrad, Ibu Tien kedatangan seorang penjual batu akik yang bisa meramal. "Madam, suami madam akan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang," kata si penjual batu akik. Ucapan peramal itu membuat Ibu Tien tertawa. Menurutnya, menjadi perwira tinggi AD saja sudah demikian berat tugasnya.
Pada tahun 1967, Sidang Istimewa MPRS secara aklamasi mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Menurut perasaannya, jabatan Soeharto itu tidak akan lama. Makanya, Ibu Tien Soeharto tidak hadir menyaksikan peristiwa penting dan bersejarah itu. Dia memilih untuk tetap di rumah bersama anak-anaknya.
Istri Presiden Soeharto itu adalah sosok yang berjuang untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Mulai dari batik sebagai busana identitas Indonesia, baik perempuan maupun laki-laki di dunia Internasional.
Berikut beberapa hal yang Ibu Tien lakukan sebagai Ibu Negara :
1.Taman Mini Indonesia Indah
Spoiler for 1.Taman Mini Indonesia Indah:
Ibu Tien menyadari bahwa kekayaan alam dan budaya Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Ibu Tien terinspirasi untuk membangun sebuah taman yang menyajikan keindahan budaya dan lingkungan alam Indonesia. Gagasan ini merupakan cita-cita untuk membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia. Niatan Ibu Tien makin diperkuat ketika mengunjungi Disneyland di Amerika Serikat dan taman budaya Timland di Thailand. Proyek Miniatur Indonesia Indah terwujud ketika hasilnya berupa sebuah Taman Mini Indonesia Indah yang diresmikan pada tanggal 20 April 1975.
2. Perpustakaan Nasional
Spoiler for 2. Perpustakaan Nasional:
Ibu Tien juga prihatin kepada sebagian besar bangsa Indonesia yang masih tertinggal dalam pendidikan. Kemudian dia menggagas untuk membangun perpustakaan nasional, agar orang mudah mendapatkan informasi. Tanggal 8 Desember 1985 pembangunan gedung Perpustakaan Nasional dimulai dalam dua tahap. Tahap pertama selesai Desember 1986 dan tahap kedua selesai Oktober 1988. Sejak itu bangsa Indonesia bisa tersenyum telah memiliki gedung perpustakaan nasional yang pantas dibanggakan.
3. Menata Ulang Istana Negara
Spoiler for 3. Menata Ulang Istana Negara:
Mendampingi Soeharto, Ibu Tien mengubah hiasan bangunan istana yang merupakan peninggalan zaman Belanda kemudian diisi dengan berbagai perangkat yang menonjolkan keindonesiaan. Ukiran jati dari Jepara dalam ukuran besar mengisi ruang-ruang istana. Warna merah untuk Istana Merdeka dan warna hijau untuk Istana Negara.
4. Cendera Mata Untuk Tamu Negara
Spoiler for 4. Cendera Mata Untuk Tamu Negara:
Menu makanan pun tak lepas dari pantauannya, Ibu Tien mengatur untuk menghormati negara asal tamu diseimbangkan antara menu Indonesia dengan menu asing. Agar tamu negara merasa dihormati dan tetap dapat menikmati hidangan khas Indonesia. Dia juga berusaha memperkenalkan Indonesia via tamu negara yang datang. Contohnya, Perdana Menteri Jepang berkunjung, souvenir yang diberikan adalah satu set kursi ukiran Jepara.
Selanjutnya diputuskan bahwa cendera mata haruslah benda-benda hasil kerajinan Indonesia. Kalau tamu itu kepala negara, maka akan diberi keris emas buatan Bali sedangkan istrinya akan diberi liontin emas. Dalam perkembangannya, souvenir untuk tamu negara diubah menjadi sendok garpu dari perak buatan Yogyakarta.
5. Kecintaan kepada Indonesia
Spoiler for 5. Kecintaan kepada Indonesia:
Biasanya kue tart menjadi sajian utama ketika merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Ternyata Ibu Tien tidak suka, karena tidak ada unsur Nusantara dalam gelaran itu. Akhirnya, pemotongan kue tart diganti dengan pemotongan tumpeng. Kemudian lukisan penghias dinding istana yang dianggap tidak cocok dimasukkan ke museum istana. Diganti dengan lukisan-lukisan para pelukis Indonesia dari berbagai aliran.
6. Rumah Sakit Anak & Bersalin ‘Harapan Kita’
Spoiler for 6. Rumah Sakit Anak & Bersalin ‘Harapan Kita’:
Perhatian Ibu Tien terhadap masalah kesehatan cukup besar. Tingginya angka kelahiran dan juga tingkat kematian ibu-anak pada saat persalinan membuatnya berpikir untuk membangun rumah sakit khusus. Di samping itu, kelahiran anak merupakan harapan baru bagi Indonesia masa depan yang lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
Pada tahun 1974 dimulailah pembangunan Rumah Sakit Anak dan Bersalin yang terletak di Jalan S Parman Jakarta. Peresmian RSAB dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ibu tahun 1979.
7. Taman Buah Mekarsari
Spoiler for 7. Taman Buah Mekarsari:
Bicara mengenaibuah terutama buah-buahan lokal Indonesia, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Taman Buah Mekarsari yang kini lebih dikenal sebagaiTaman Wisata Mekarsari (TWM).
Taman Koleksi Buah yang terletak di Jalan Raya Jonggol, Cileungsi ini diprakarsai oleh Alm. Ibu Tien Soeharto sebagai tempat pengembangan agrohortikultura dan pariwisata.
Taman Wisata Mekarsari dibangun sejak tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1995. Sehari sebelum meninggalnya Ibu Tientanggal 28 April 1996, Beliau menyempatkan diri datang ke Taman Buah Mekarsari dan tampak senang sekali melihat berbagai jenis tanaman sedang berbuah.
Harapan Alm. Ibu Tien menjadikan taman seluas264 hektar ini sebagai pusat pertanian keanekaragaman hayati buah – buahan Indonesia yang terlengkap dan dapat dinikmatikhalayak banyak.
Quote:
SAAT-SAAT TERAKHIR IBU TIEN SEBELUM WAFAT
Hari Minggu 28 April 1996 sekitar pukul 05.10 WIB, Indonesia berkabung. Ibu Tien meninggal di RSPAD Gatot Subroto
Bermula ketika Ibu Tien Tien mengunjungi sentra pembibitan buah di Taman Buah Mekarsari. Sedangkan Seoharto, pada saat itu, Sabtu, 27 April 1996, berada dalam perjalanan pulang dari kawasan perairan sebelah barat Anyer, Jawa Barat, setelah memancing bersama rombongan.
Soeharto berangkat memancing, Jumat, 26 April 1996. Tak seperti biasanya, hanya dua ekor ikan dapat ditangkap. "Ini kok tidak seperti biasanya," celetuk Soeharto saat itu. Sore hari, cuaca mendadak semakin tidak bersahabat, sehingga Soeharto dibawa ke kapal TNI AL yang lebih besar.
Karena gelombang makin besar dan angin berembus kencang, dengan alasan keselamatan, semua tamu penting pindah ke kapal AL. Setelah badai reda, pagi harinya Soeharto kembali ke Jakarta.
Ketika Soeharto bertemu Ibu Tien Tien pada Sabtu sore, suasana berlangsung seperti biasa. Hanya saja, Ibu Tien Tien harus banyak beristirahat karena kelelahan. Sekitar pukul 04.00, Ibu Tien Tien mendapat serangan jantung mendadak.
Ibu Negara tersebut tampak sulit bernafas. Dalam kondisi genting segera diputuskan membawa Ibu Tien ke RSPAD Gatot Soebroto, tempat beliau sebelumnya beberapa kali menjalani pemeriksaan.
Dokter kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan alat pernafasan. Saat itu, selain Soeharto, Tommy dan Sigit Hardjojudanto ikut mendampingi Ibu Tien.
Pada saat-saat terakhir itu Pak Harto mendapingi Ibu Tien di rumah sakit. Soeharto, nampak dirundung kesedihan mendalam. Bagaimana tidak, Ibu Tien adalah sosok yang mendampingi Soeharto selama puluhan tahun.
Kejadian aneh saat Soeharto memancing di perairan sebelah barat Anyer baru disadari Soeharto sebagai firasat setelah beberapa hari meninggalnya Ibu Tien Tien Soeharto
Ibu Tien meninggal dunia pada Minggu, 28 April 1996, jam 05.10 WIB pada usia 72 tahun. Soeharto sangat merasa terpukul atas kematian Ibu Tien.
Ibu Tien dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah, pada 29 April 1996 sekitar pukul 14.30 WIB. Upacara pemakaman tersebut dipimpin oleh inspektur upacara yaitu Ketua DPR/MPR saat itu, Wahono dan Komandan upacara Kolonel Inf G. Manurung, Komandan Brigif 6 Kostrad saat itu.
Sedangkan sebelumnya saat pelepasan almarhumah, bertindak sebagai inspektur upacara, Letjen TNI (Purn) Ahmad Taher dan Komandan Upacara Kolonel Inf Sriyanto, Komandan Grup 2 Kopassus Kartasura zaman itu.
Astana Giri Bangun, Tempat peristirahatan terakhir Ibu Tien Soeharto
Lanjut ke Bawah Gan..............
Ada di Post #4.....
0
44.2K
Kutip
259
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya